Senin, 06 Oktober 2014

Fighter VS Star! - ff Kai EXO



 Fighter VS Star!
Fanfiction EXO Area

Judul : Fighter VS Star!
Genre : Romance, School, Little Yadong.
Cast : Kai EXO            as Kai
         Kim Nana            as you (reader)

Notes : Mian ya, kalau ceritanya kurang greget. Baru mulai bikin ber-genre yadong, haha. Ini permintaan my chingu buat update ini ff. okee, selamat menikmati jalan ceritanya. *^^v 


Disebuah sekolah mewah berdiri diatas lahan yang luas diwilayah Seoul. Disana tempat anak – anak yang lahir dari keluarga kaya belajar. Dengan fasilitas yang mencukupi, membuat sebagian besar dari mereka lebih memilih menghabiskan hari disekolah dibanding dirumah. Menurut mereka, didalam rumah hanya ada kebosanan, tak ada teman, apalagi orang tua yang tinggal dirumah. Kebanyakan orang tua dari mereka bekerja diluar negeri atau pulang dua bulan sekali. Berbeda dengan sang artis disekolah, namja ini tidak terlalu betah menghabiskan waktu disekolah. Bukan berarti dia menyukai rumah, dia hanya rindu dengan tempat latihan dan dorm-nya.
Maklum saja, dia adalah salah satu member boyband yang terkenal di seluruh penjuru Seoul. Bahkan dalam rencananya, ia dan semua member yang lain akan melakukan tour dunia. Tak lagi hanya di Asia, agensinya membuat rencana tour Eropa.
Pesonanya membuat para yeoja selalu memperhatikannya berlebihan, itu yang membuatnya risih disekolah. Ia tak terlalu bisa konsentrasi belajar pada setiap pelajaran. Ia memiliki supir yang ditugaskan untuk mengantar jemput dari sekolah ke dorm (asrama). Malas pulang ke rumah, alasan yang sering Kai utarakan pada manajer yang selalu menyuruhnya pulang ke rumah. Manajernya tak mau ada media yang meliput ketidakharmonisan keluarga dari salah satu member. Selain itu juga karena dia adalah member termuda di boyband itu, maka ia masih harus diawasi juga oleh orang tuanya.

“Ya! Aku malas kalau harus pulang, hyung!” ujar Kai mengeluh pada manajernya yang duduk didepan sebelah sopir.
“Kali ini aku diminta oleh direktur untuk mengantarmu pulang,” jawab manajer pada Kai, berharap anak ini mengerti apa maksudnya. Tujuannya selain untuk memperbaiki kabar yang beredar, ini juga atas permintaan ibunya Kai sendiri. Manajer pun selalu berharap Kai mengerti permintaan dari direktur agensi.
“Kau harus mengerti, hyung. Ayah dan ibuku juga tak akan ada dirumah. Kalau pun memang ada dirumah, anaknya itu bukan aku tapi semua kerjaan mereka dan tumpukan kerjaan yang mesti diselesaikan. Dan aku, akan tetap menyendiri dirumahku sendiri,” bentak Kai,
“Dirumah ada ibumu,” ujar manajer memperhalus nadanya,
“Apa? Ibu? Hyung, kalau kau terus mengajakku untuk bertemu dengannya. Lebih baik aku turun disini saja,” ujar Kai tak memutuskan pandangannya pada luar jendela mobil.
“Baiklah. Kita akan pergi ke tempat latihan, setelah itu kau menemui direktur dikantor.”
Manajer berusaha mengatur nada bicaranya agar Kai tak nekat untuk turun. Ia hanya bisa mengusap dahinya dan terus menatap ke depan. Kai tak ingin lagi mengingat ibunya, yang ia tahu sekarang ia bersama ayah dan ibu tirinya yang bekerja di Jepang. Ia mulai seperti ini sejak ibunya yang sudah lama meninggalkannya kembali pada Kai saat ia memulai debutnya. Ia terus mengingat saat – saat ibunya meninggalkan dirinya seorang diri dirumah. Sebesar apapun rasa benci Kai pada ibunya, tapi ia sadar ibunya tetap ibunya Kai yang dulu merawatnya. Sesampainya di tempat latihan, manajernya pun selalu menemani Kai latihan.
“Hyung, apa aku jahat seperti itu pada ibu?” tanya Kai berjalan menuju ruang latihan,
“Iya. Sebaiknya kau jangan begitu, setelah ini kau mau pulang sebentar?” tawar manajernya,
“A-aniyo, aku masih canggung bertemu ibuku sendiri. Aku selalu mengingat saat – saat itu ketika melihatnya,” ujar Kai yang membuka lokernya dan ganti baju.
“Baiklah. Kalau begitu, kau seriuslah latihan. Nanti hubungi aku kalau sudah selesai, aku akan ke kantor dulu menemui direktur,” ujar manajer
“Ne,” Kai pun berlalu, ia pun pergi ke dalam dan mulai berlatih dengan yang lain.
Kai pun kembali membaur dengan jiwa keartisannya setelah murung mengingat ibu kandungnya. Ia pun mulai membawa dirinya mengikuti alunan musik yang mengiringi. Setelah tiga jam berlatih dance untuk satu lagu yang akan menjadi single utamanya, manajerpun datang. Ia menjemputnya untuk pulang kerumah, tak jadi ke kantor. Direktur sudah menyuruhnya untuk membawa Kai secepatnya menemui ibunya.
“Hyung! Kau tak bisa memaksaku seperti ini,” ujar Kai berhenti mengeringkan rambutnya dengan handuk seusai mandi.
“Direktur memintaku seperti itu, aku juga bingung harus bicara bagaimana lagi. Tolong untuk sekali ini kau dengarkan aku,” ujar manajer menatap ke arah Kai,
“Dimana?” akhirnya Kai menjawab, sebelumnya dia diam tanpa kata,
“Dirumahmu. Kau akan ku antar kesana,”
“Setelah itu?” tanya Kai,
“Kau akan tinggal disana,” jawab manajer, wajah Kai terlihat terkejut menatap lurus ke arah dalam loker,
“Shireo,” jawab Kai dengan nada datar, merapihkan baju dilokernya ke dalam tas tanpa menatap wajah manajernya,
“Jangan membantah, untuk saat ini saja. Sudah banyak artikel buruk tentangmu, kau membiarkan ibumu tinggal sendiri dirumah,”
“Aku tak peduli. Biarkan itu berlalu, yang penting aku tak melakukan seperti itu.” Kai memindahkan tasnya ke punggungnya. Dan berjalan lebih dulu daripada manajernya. Ia pun segera masuk ke dalam mobil, beberapa fans yang melihat Kai keluar dari gedung segera menghampirinya. Wajahnya berubah jadi tersenyum ramah didepan para fansnya.
Manajernya pun membatasi orang yang ingin berfoto dengannya. Dan mengarahkan Kai untuk segera masuk ke dalam mobil dan sesegera mungkin pergi ke rumahnya Kai.
Kai melihat seorang wanita dengan penampilan tomboy, lewat mendorong fans Kai menjauh dari dirinya dan memberi jalan karena ingin lewat. Tak sengaja ada yang mendorongnya sampai ia terbentur kaca jendela mobil yang didalamnya ada Kai.
“YA!!” teriak wanita itu pada penggemar yang sengaja mendorongnya untuk balas dendam karena sudah mendorongnya tadi.

Kai POV

“Ya! Ya! Dia berdarah, hyung. Dahinya terluka,” ujarku pada manajer, hyung pun yang kaget langsung turun dan menarik wanita itu ke dalam mobil.
“Kau tak apa?” tanyaku pada wanita tomboy yang kulihat sedang melawan arus para fansku, dia hanya diam dengan wajah meringis memegang dahinya terus.
“Gwaechana,” jawabnya dan ingin segera keluar dari mobil.
Tapi aku akan membawanya dan mengobati dahinya yang terluka itu. Aku tak membiarkan dia keluar, karena akan ada wartawan yang meliput dan membuat berita yang tak pernah ku perbuat sebelumnya. Aku memberikan sapu tanganku untuk setidaknya ia mengeringkan darah di dahinya itu. Wanita itu diam saja, sejak kapan aku seorang artis terkenal dibiarkan diam tanpa ada pembicaaraan oleh orang yang tak pernah ku kenal.
“Aaaaak! Aku bisa gila!” teriakku tiba – tiba didalam mobil, kesal.
“Ada apa, Kai? Kau lapar? Kau ingin makan?” tanya manajer padaku,
“Aaakk, hyung. Aku tak tahu harus bicara apa lagi,” ujarku kesal, mengucek rambutku.
“Kau memang seperti ini setiap hari?” akhirnya wanita itu berbicara padaku, tapi karena gengsi. Aku membalasnya, aku menjawab pertanyaannya agak lama.
Tak disangka, wanita itu kembali menatap jendela dan tak menatapku lagi. Lagi, harga diriku sebagai artis dilecehkan. Beraninya dia membiarkan aku seperti orang bodoh yang sedang berbicara sendiri. Memang salahku juga yang lama menjawab pertanyaannya.
“Namamu siapa?” tanyaku memberanikan diri, menaruhkan harga diriku.
“Nana, Kim Nana. Wae?” tanyanya garing, aku hanya tercengang melihatnya. Aku baru kali ini melihat wanita bertindak seperti ini padaku.
“Mwo, wae? Ah-aniyo. Tidak ada apa – apa, aku hanya bertanya namanya,” aku malas berbicara padanya, bisa gila muda disini, kesal! Semoga saja wanita ini cepat jatuh hati padaku, aku kan artis. Ah paling wanita ini hanya berusaha menutupi dirinya kalau sebenarnya suka padaku, banyak wanita yang seperti itu padaku. ‘santai saja,’ ujarku dalam hati. Aku terus tertawa dalam hati yang menyebabkan senyumku naik ke permukaan. Manajerku yang mengintip dari kaca spion segera bertanya padaku.
“Kenapa Kai? Kenapa tersenyum seperti itu?” tanya manajerku,
“Ahh, tidak. Aku hanya mengingat kejadian semalam di dorm,” ujarku menutupi apa yang sedang kupikirkan sebenarnya,
“Kau kenal dengan Sehun kan, dia kelas 2-2? Dia akan sekelas denganku disekolah,” ujarnya padaku,
“Oh iya, memangnya kenapa?” jawabku sedikit kaget,
“Aku mengidolakan dia, titip salam ya. Ahjussi, aku turun disini saja. Terima kasih ya, Kai.” ujarnya menatapku dengan senyumannya.
Perasaanku mulai berbeda, jantungku juga bukan berdetak, tapi ini bernyanyi. Aku diam saja mendengarkan alunan lagu jantungku. Ada apa ini, aku malah mematung dihadapan senyumannya. Musim semi? Bukan, ini musim gugur. Kenapa musim ini menjadi indah? Waktu seperti berhenti dihadapanku, lagu “After Day Passes – Junhyung ft. BTOB” pun bermain ditelingaku, tunggu! Hatiku juga mulai mengikuti nyanyian dan setiap irama lagu itu. Dan ketika aku sampai titik tinggi khayalanku, lamunanku disadarkan oleh pukulan ditanganku dari Nana yang menyadarkanku untuk berpamitan pulang.

“Ya! Kai, kau kenapa? Aku pulang ya, gomapta,” ujar Nana keluar dari mobil, menundukkan kepalanya dan berlalu dari hadapanku. Aku mulai merasa ada yang menarikku keluar.
“Nana!”
“Ya, ada apa?” jawabnya menoleh padaku yang sedang memasukkan tangannya ke saku jaketnya. Senyuman itu lagi yang mencoba membunuh karakter cool-ku. APA INI!!! geramku pada diriku sendiri.
“Kau tinggal dimana?” tanyaku,
“Aku tinggal disana, tidak jauh dari sini. Maaf ya aku sedang buru – buru,” dia pun meninggalkanku dengan senyumannya lagi. Aku takkan mau bertemu dengannya lagi, baru kenal saja sampai begini. Dia hanya membuatku kesal dengan perlakuannya padaku seperti itu. Aku ini artis, harus dibuat seperti ini terlalu kejam.
Sesampainya dirumah, aku dan manajer melangkah masuk ke dalam rumah. Aku masih menunduk dan berdiri di sebelah manajerku.
“Aku masuk lebih dulu ya. Kau tunggu disini,” ujarnya meninggalkanku sendiri berdiri didepan rumah. Ia masuk untuk menemui ibuku, entah apa yang mereka bicarakan yang pasti tak lama dari itu hyung memanggilku. Aku pun masuk ke dalam rumah berusaha memantapkan setiap langkah mendekati orang yang aku kesali. Seorang wanita dengan wajah anggunnya, teduh dan senyuman lembutnya menyapa tubuhku yang berdiri dihadapannya. Tiba – tiba nyaliku bergetar, tubuhku dingin, airmataku terbendung. Entah kenapa, yang pasti ini selalu terjadi saat aku berdiri dihadapan wanita itu, dulu pun seperti ini. Ya, wanita ini adalah ibuku.
“Akhirnya kau mau pulang,” ujarnya membuatku terkejut. Aku salah tingkah, aku mengangkat tubuhku yang kubungkukkan untuk menghormati beliau.
“Oh, iya. Ba-bagaimana kabar ibu?” tanyaku memberanikan diri sendiri. Dia diam, wajahnya terkejut, entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
“Ibu, ada apa?” tanyaku menyadarkannya,
“Kau bisa meninggalkan kami berdua saja?” ujar ibu, aku heran mendengar itu. Ia meminta manajerku meninggalkan kami berdua, hanya berdua. Hyung pun keluar rumah dan memilih untuk pergi ke kantor. Aku mulai canggung dihadapannya.
“Kabar ibu baik – baik saja, kau sendiri?” tanyanya padaku,
“Aku baik, ibu.” aku diam kembali setelah menjawab pertanyaannya,
“Bagaimana kegiatanmu, mengganggu sekolahmu tidak?” tanyanya menuntunku ke kursi di ruang makan,
“Ya, begitu saja, ibu. Aku tak merasa sekolahku terganggu,” jawabku,
“Oh begitu. Ya sudah,” jawabnya. Aku hanya bisa diam saja, tak ada pembahasan lagi. Tapi ada yang ingin kutanyakan sebenarnya padanya. Kenapa setiap aku memanggilnya ibu, wajahnya selalu seperti itu, kaget seakan tak percaya.

Author POV

“Ibu..” tanya Kai pada ibunya,
“Ya nak?”
“Aku boleh bertanya sesuatu?” tanyanya,
“Apa nak?”
“Kenapa setiap aku memanggilmu ibu, kau selalu terkejut?” tanyanya pelan,
“E-em, karena ibu sudah lama tak mendengarkan panggilan itu darimu,” jawab ibu terlihat gugup,
“Oh. Tapi kenapa dulu kau meninggalkanku dirumah?” tanya Kai dengan wajah sinis tanpa menatap wajah ibunya,
“Sudah, lupakan. Kau belum makan kan? Kau makan dulu, kelihatannya sehabis latihan kau lelah dan lapar,” ujar ibu memberikan semangkuk sup rumput laut, dan nasi.
“Eoh?” heran Kai melihat itu,
“Selamat ulang tahun, anakku. Ibu tak pernah lupa kalau ini hari ulang tahunmu,” ujar ibunya menahan tangis berlalu dari hadapannya ke dalam kamar. Kai hanya bisa membendung airmatanya, dan memakan sesendok sup rumput laut buatan ibunya. Ia terus menarik ingusnya, menahan air matanya jatuh, dan terus tersenyum haru.
“Ibu...” bisiknya disela waktu makannya. Lalu ia segera menghabiskan makan malamnya. Setelah ia membereskan meja makannya, ia berpikir untuk menghampiri ibunya yang ada didalam kamar. Kai berdiri didepan pintu kamar ibunya, menahan ketukannya. Ia takut kalau ibunya sudah tertidur pulas dikamarnya. Ia pun memilih untuk pergi ke kamar dan beristirahat. Bagaimanapun besok ia mesti pergi ke sekolah sebelum latihan dengan yang lainnya. Lampu kecil di sebelah tempat tidurnya masih menyala, Kai tak bisa tidur malam itu. Malamnya resah, merasa terjaga oleh sebuah masalah, dirinya sendiri pun tak mengerti itu.
“Ishh..akkk!” ujar Kai mengacak – acak rambutnya dan membanting tubuhnya ke tempat tidur. Wajah Nana selalu membayangi dia, itu yang daritadi membuatnya kesal bukan main.
“Nana?” celetuk Kai saat menatap langit kamarnya.
“Kau kan sekelas denganku bodoh! Kenapa kau bilang seperti itu. Kan Sehun yang baru pindah ke kelas kita, Ya! Bisa – bisanya kau lupa,” gerutu Kai. Kali ini, mungkin Kai sedang jatuh cinta atau dibuat jatuh oleh cinta. Ia pun segera mematikan lampu, dan segera memutar badannya membelakangi arah pintu kamar. Bersiap untuk tidur nyenyak, ia menarik selimutnya agar semakin nyenyak dari dinginnya malam. Seseorang terjaga tidur disebelah Kai, ia mengelus rambutnya yang berwarna hitam dan ikal itu.
“Ibu mencintaimu, nak. Kau percaya itu kan?” ujar ibunya hampir menangis tanpa memutuskan belaiannya pada Kai. Ia berusaha menahan napasnya, ia masih belum bisa memejamkan mata. Ia mendengar apa yang ibunya bilang, Kai menahan emosinya untuk menangis dan terus merasa bersalah. Selama dia meninggalkan ibunya, berarti selama ini dia membuat sakit hati ibunya. Ia membiarkan tubuhnya dipeluk oleh wanita itu sepanjang malam. Hanya saja, Kai tak seperti yang dulu, seperti anak sekolah dulu. Kegiatannya sekarang sudah mulai padat dari pagi hari sampai hampir tengah malam. Dari mulai latihan, off air dan on air bersama grupnya, dan ia memang harus memenuhi seluruh kegiatan agensinya. Benar saja, ponselnya berdering tepat jam 2 dini hari, ternyata hyung meneleponnya.
“Kau sudah siap?” tanya manajer,
“Aniyo, hyung tunggu saja diparkiran. Aku akan kesana, sebenarnya apa yang mau hyung membicarakan, apa harus membawaku?” bisik Kai ditelepon,
“Ada. Lebih baik kau turun saja, tak perlu mandi. Kita jam 6 pagi sudah kembali ke rumah,” ujar manajer. Kai perlahan bangun, sesekali menoleh kebelakang mengawasi ibunya. Kai memindahkan tangan ibunya yang mengalungi tubuhnya dari belakang. Sekarang dia membereskan posisi tidur ibunya, dan menghampiri kening beliau.
“Ibu, jaga dirimu ya. Aku keluar sebentar,” ujarnya sambil mendaratkan kecupannya, dan Kai segera pergi dari kamar menuju parkiran basement. Disana sudah ada manajer Kim dan seseorang yang tampaknya berpakaian biasa saja. Dahi Kai mengernyit waktu orang yang berdiri di sebelah hyung menyapanya akrab. Ia terpaksa melontarkan senyumannya untuk menghormati salamnya. Kai mendekati telinga manajer dan mencoba mencari tahu tentang orang tersebut. Namun hyung malah menariknya ke dalam mobil dan membicarakan beberapa hal sambil berkeliling kota Seoul.

POV Nana

Sesampainya dikantor ayah, ia mendapati seseorang telah berdiri menghormatiku yang baru datang. Ia tersenyum padaku, aku penasaran kenapa bisa begini. Aku berpikiran, lelaki yang pantas menjadi pamanku itu akan dijodohkan denganku. Ternyata dia staf dari salah satu stasiun TV, sampai sekarang masih belum mengerti banyak tawaran seperti ini melayang padaku. Padahal aku hanya ingin anak biasa, ayahku saja yang terkenal.
“Eoh?” aku kaget, ayah menarikku untuk duduk dikursi. Aku tadi memang mengalihkan pura – pura tidak tahu kedatangan paman Hyongsuk disini. Ayah mengarahkan badanku, menghadapnya sekarang, dan aku terpaksa menunduk menghormatinya. Dan badanku ditarik untuk duduk disebelah ayah, apa maksudnya.
“Bagaimana dengan putrimu? Apakah dia mau sedangkan dia masih duduk dibangku sekolah?” tanya paman Hyongsuk,
“Bagaimana, Nana? Kau bisa melakukan itu?” tanya kembali ayah menoleh padaku. Pada saat itu, aku ingin ada ibu dia pasti tahu apa yang terbaik untukku. Aku terus berteriak nama ibu dalam hati, aku terus berusaha agar tak salah apa yang kupilih. Ayah belum memberitahuku tentang apapun perjanjian mereka. Entah kenapa kepalaku berayun dari atas ke bawah. Ayah pun menandatangani surat kontrak itu, aku mendadak dingin. Seorang Nana panik setengah mati, sebenarnya ini ada apa.
“Ayah, ini sebenarnya apa?” tanyaku penasaran,
“Mereka dari pihak stasiun TV menanyakan kesiapanmu bermain di film produksi mereka,” jawab ayahnya yang sibuk dengan pekerjaannya,
“Memang film apa, bukankah ayah selalu menandatangani tanpa aku yang hadir, yah?” tanyaku,
“Ini film berbeda. Setelah ayah pikir – pikir, sebaiknya ayah mempertimbangkan ini bersamamu. Tak disangka kau akan menyetujuinya,”
“Memang apa masalahnya?”
“Di film itu kau harus mencium bibir pemeran pria, ada scene di film itu. Ini tentang sekolah SMA. Sama seperti kamu sekarang,”
“MWO!!!” teriakku kaget. Biasanya yang menghampiri ayah itu orang yang membuat film tentang wanita tangguh sepertiku. Aku baru kali ini harus mendapati scene yang seperti itu. Siap atau tidak, ayah sudah menandatangani surat itu. Kalau tahu isi perjanjiannya seperti itu, aku akan membatalkan itu.
“Kapan aku mendapat naskahnya?” tanyaku membereskan buku yang ada didalam tas,
“Sekarang. Itu yang ada dimeja, silakan kau pelajari. Ayah liat juga jadwal sekolahmu tak terganggu karena ini. Ini hanya film bukan drama serial dengan beberapa episode. Kubuka saja naskah itu, kudapati ada pesan kutipan dari paman tadi. ‘Kalian harus menghayati, untukmu Nana teruslah berusaha! Fighting!’ Akkkk! Aku bisa gila kalau memikirkan ini. Aku membaca beberapa scene dari mulai awalku bertemu dengan orang itu. Aaaak! Aku mau tidur saja sepertinya.
“Ayah, aku syuting film ini kapan?” tanyaku,
“Hari Jumat minggu depan. Kau akan di Gangnam nanti,” ujar ayah,
“Mwo? Gangnam, untuk apa?” heranku.
“Syutingnya akan disana.” Ayah kembali menatap pekerjaannya setelah menjawab pertanyaanku. Berharap saja orang yang akan berciuman denganku pemalu. Agar tak terjadi hal – hal yang berlebihan ketika take scene. Aku disuruh ayah untuk pulang dan istirahat disana. Setelah berada dirumah, adik lelakiku menggodaiku tentang tantangan adegan berciuman itu. Dia terus menyatukan tangannya yang ia kuncupkan, ia terus meledekku.
“YA!!” teriakku kesal,
“Mianhae. Tapi memang benar kakak akan melakukan hal ini?” ujarnya memajukan bibirnya.
“Ne,” jawabku lemas. Iya benar, kakak akan melakukan itu tapi siapa pemerannya. Tunggu esok hari saja, kami akan bertemu antar pemain satu sama lain. Disitu aku akan cari tahu siapa lelaki itu.

Disekolah sudah gempar berita aku akan syuting film tersebut. Hampir semua orang membicarakanku. Aku kira ini tak akan terkenal, aku malah berdoa film ini tak begitu banyak ada yang menontonnya. Tapi setiap aku lewat, wajah mereka seperti tidak suka. Aku yang cuek, terus berjalan melewati mereka yang mencoba membicarakanku dari belakang. Sampai dikelas, wajah Sehun berbeda menatapku. Jangan – jangan Kai serius menceritakan perasaanku pada Sehun. Bagaimanapun, Sehun teman yang selalu menemaniku kemanapun. Ada langkah yang menghampiri mejaku, wajah cuek memang diperlukan. Aku pun mengangkat kepalaku menyambut orang yang berdiri didepanku saat ini.
“Nana,” ujar Sehun. Aku terkejut mendengar suaranya yang datar,
“Mwo?” jawabku datar,
“Kau ada waktu?” ujarnya, aku diam saja. “..hanya sebentar,” sambungnya.
“Hmm..” aku pun mengikuti langkahnya yang panjang. Setiap langkahnya, lenjang kakinya membuatku selalu memujanya. Dalam diam. Ia mengajakku ke belakang gelanggang olahraga. Dia mendorongku, ke tembok. Tubuhku goyah menabrak tembok, dan berhadapan dengan Sehun.
“Sehun-ah,”
“Apa? Bukannya kau menyukaiku? Nana..” ujarnya dihadapanku dengan jarak yang dekat. Aku risih dengan hembusan napasnya, anginnya terlalu hangat menyapa wajahku. Aku terus memejamkan mata lebih lama dan membuka mataku lagi. Kutemukan wajah Sehun semakin dekat. Teriakpun malah aku juga akan kena masalah ini. Hembusannya semakin menghangatkan wajahku, tepatnya hidungku.
‘Ya! Ya! Jangan seperti ini, Sehun!’ teriak hatiku menahan napas. Tapi aku merasa napasnya menjauh dari wajahku. Seseorang menariknya menjauh dari wajahku, dan kudengar ada suara Sehun mengeluh karena jatuh. Kai! Kai mendorong Sehun sampai jatuh ke tanah. Mataku sementara terbelalak dihipnotis oleh tingkah lakunya.
“Mau apa kau dengannya? Dia pasanganku,” teriak Kai,
“Hhh – hanya pasangan di film kan? Kenapa kau marah seperti ini?” ujar Sehun bangun dari jatuhnya dengan senyuman smirk-nya.
“M-mwo? K-kai, k-kau pa-pasanganku di f-film itu?” heranku,
“I-iya. A-aku memilihmu,” ujar Kai tertunduk, tak menatapku sama sekali. Aku berlari pergi menjauh dari mereka. Tapi ternyata aku tersandung dan terjatuh. Terlihat seseorang mendekatiku dan membantuku bangun dari jatuh itu.
“Nana! Nana! Ya! Bangun Nana,” ujar Kai mengguncangkan tubuhku,
“M-mwo?” bangunku kaget. Ternyata itu cuman mimpi, kulihat ke arah Sehun. Ternyata dia sedang duduk dan asyik dengan buku pelajarannya.
“I-itu, dimulutmu. Mulutmu mengeluarkan air,” ujar Kai tampak tak mau melihat, menunjuk ke arah sisi mulutku. Sontak aku panik dan refleks mengelap semua. Tapi tak kutemui basah diderah mulutku.
“Eoh! Kenapa kau begitu panik? Aku kan cuman bercanda,” tawa Kai merekah,
“Ya!!” teriakku membalas perbuatannya dengan menarik tasnya. Tubuhnya oleng, dan terjatuh ke lantai. Tubuhku tertarik tasnya yang terjatuh, tubuhku ada diatasnya. Bibirku berpapasan dengan bibirnya. Tangannya memeluk pinggangku, aku terus mencoba melepaskan bibirku dari bibirnya yang sedang bertautan. Tangan Sehun membantuku bangun dengan menarik tanganku. Dia meletakkan tubuhku dikursi, dan ia kembali mengulurkan tangannya pada Kai. Dia menarik dan membantunya bangun dari posisi berbaringnya. Karena kejadian itu ada dibarisan belakang dan masih pagi, tak banyak yang melihat kejadian itu.
“Kau tak apa?” ujar Sehun dengan nada datarnya. Aku menganggukkan kepalaku, dia pun menatap sinis Kai yang duduk di barisan sebelah menatapku diam – diam. Aku membalas tatapannya saat ia menatap kedepan. Saat mata kami bertautan, aku segera menatap buku lagi.

Author POV

Hari ini adalah hari dimana Nana harus memulai izin pada kepala sekolah. Ia segera berangkat ke Gangnam, syuting akan mulai petang nanti. Ia ditemani oleh tantenya yang mengendarai mobil. Ayahnya sudah lebih dulu pergi ke kantornya.
“Bi, kalau aku mau pulang bagaimana?” ujar Nana kepada bibinya,
“Ya, kau harus professional, Nana. Kau pasti bisa, nanti aku akan mengajakmu pergi setelah syuting ini.” ujar bibinya, Nana hanya tersenyum simpul sambil memasang headset dan memutar musik. Ia sangat menyukai EXO, ia sangat mengoleksi lagu – lagu dari mereka. Sesampainya disana, Nana segera pergi ke kamar hotel untuk sekedar merebahkan badannya sejenak. Bibinya terus mengingatkan kalau ia harus pergi sesegera mungkin ke lokasi.
“Bibi, sebenarnya siapa saja sih pemerannya? Sampai sekarang aku tidak tahu,” teriak Nana dari kamar mandi,
“Bibi juga tidak tahu, sudahlah. Cepat mandinya,” jawab bibinya. Nana pun melanjutkan mandinya dan sesegera mungkin menyusul bibinya yang sudah ada diparkiran. Mereka segera ke lokasi syuting, disana sudah ada kru film dan pak sutradara.
“Kau, Kim Nana?” tanya pak sutradara yang menghampiri bibi,
“N-ne, saya menemaninya. Saya bibinya Nana,” jawab bibi menarikku untuk memberi salam padanya. Nana menundukkan badannya memberi salam, pak sutradara tersenyum padaku. Dia mengajakku berkeliling lokasi, sampai akhirnya ke pembicaraan yang lainnya.
“Ya, kita belum bisa mulai syuting. Karena Kai belum datang,” ujar pak sutradara,
“Eoh?” heran Nana mendengar nama Kai,
“Kebiasaan dia yang terlambat membuat kita selalu kesal. Tapi karena prestasinya yang baik, cukuplah membuat Kai bertahan dalam seleksi pemeran pria di film ini.” ujar pak sutradara, Nana terus menelan air ludah dalam – dalam. Itu artinya ia akan melakukan itu dengan Kai, orang yang paling ia benci. Tak lama, seorang lelaki dengan celana 7/8, memakai kaca mata, sweater merah, topi yang dipakai terbalik dan juga sepatu cats melangkah mendekatiku dan pak sutradara.
“Eoh, Kai-ah. Cepat kemari,” panggil pak sutradara, Kai pun melangkah semakin dekat ke arahku. Aku berusaha menutupi wajahku agar tak dikenali olehnya.
“Silakan kalian persiapkan diri, semoga lancar hari ini,” ujar pak sutradara, ia pun meninggalkan mereka berdua. Setelah berjalan bersama ke tempat take scene pertama.
“Mwo? Nana, haha kau lawan mainku?” heran Kai tertawa smirk,
“Ya! Aku juga tidak tahu. Kalau aku tahu itu kau, aku juga takkan mau!” bentak Nana,
“Biasa saja. Oh ya, kau itu orang yang paman Hyongsuk bilang?” tanya Kai,
“Mwo?”
“Iya, kau. Katanya kau terkejut saat diberitahu ada scene kita berciuman,”
“Ne, wae?” ujarku,
“Aku rasa tidak. Hahahaha,” tawa Kai berlalu dari Nana, ia segera ke ruang make over. Nana kemudian dipoles sedemikian rupa. Mereka pun memulai syutingnya. Hari ke -3, mereka masuk kepada scene yang mana mereka harus menautkan bibir. Nana gugup saat itu, hembusan napas Kai semakin membara dihadapan Nana. Ia memilih untuk tidak membalas napasnya yang membara.
“And...” “action!” pak sutradara memulai take scene ini. Kai mulai mencoba untuk mencium leher Nana. Namun Nana malah gugup, sampai ia salah bicara. Beberapa kali Nana dan Kai harus mengulang pengambilan gambarnya. Mata Nana berkaca – kaca, Kai pun menghampirinya.
“Nana, kau kenapa?” tanya Kai mencoba mengintip wajah Nana yang menunduk,
“Aku tidak bisa melakukan itu,”
“Kenapa? Karena aku bukan Sehun yang kau impikan?”
“Bukan, sepertinya aku memang tak bisa,” jawab Nana mengangkat wajahnya,
“Kenapa? Yasudah, lupakan. Ayo syuting lagi,” ujar Kai menarik tangan Nana. Ia menatap tangan Kai yang menggenggam tangannya. Ia pun bilang sudah siap untuk mengambil take. Rencananya pak sutradara akan mengambil scene ini dengan pemeran pengganti cast lain. Namun dalam hati Kai, ia tak mau digantikan oleh siapapun. Karena Kai sudah memilih Nana sebagai cast wanitanya.
“Kau bisa, kau bisa membayangkan aku Sehun. Atau bayangkan saat posisi kita bersama terjatuh,” bisik Kai, Nana langsung tersenyum. Take scene mulai,
“Gomawo,” ujar Nana dan langsung mencium bibir Kai. Cukup lama, Kai pun mulai memejamkan matanya. Mereka mulai terbawa suasana, Kai menghayati dan melumat bibir Nana. Kai sesekali membuka matanya sedikit, ia melihat Nana pun memejamkan matanya. Menikmatinya, memeluk punggung Kai erat – erat. Kai pun mengalungi tangannya ke pinggang Nana. Cukup selama 2 menit, sutradara terlihat puas dengan akting mereka. Mengapa begitu, karena hanya ini satu – satunya scene mesra difilm ini. “CUT!” tepuk tangan dari sutradara pun pecah.
“Gomawo,” ujar Nana sekali lagi menatap Kai, senyuman lembut dari seorang Kai dinikmati oleh seorang Nana. Mereka pun tersenyum lebar sambil berjalan kembali ke ruang ganti. Mereka merayakan keberhasilan pengambilan film bersama semua kru yang bertugas. Nana pun pulang bersama bibinya, tapi ponselnya berbunyi.
“Halo?” ujar Nana,
“Temui aku dimobil,” ujar Kai dan menutup teleponnya. Nana meminta waktu pada bibinya untuk ke sebuah tempat. Setelah ia sampai di depan mobil Kai, manajer Kai mempersilakan Nana masuk ke dalam mobil.
“Mianhae,” ujar Kai,
“Untuk apa?” jawab Nana menatap Kai,
“Aku mencintaimu,” suasana hening. Nana tak menjawab ucapan Kai. Ponsel Nana berdering, bibinya menelepon. Beruntung Nana saat itu.
“Aku harus menemui bibi. Sampai jumpa,” ujar Nana,
“Hati – hati dijalan,” ujar Kai. Malam itu kembali sepi setelah ramai pesta perayaan tadi. Setelah itu, ternyata Kai yang tak tampak disekolah. Ia harus ikut tour promosinya, hanya berlima. Sehun tak ikut tour promo itu, dan dia tetap tinggal dikelas. Nana terus sesekali menatap kursi Kai. Sudah 3 bulan Kai melakukan tour-nya, saat ia kembali ke sekolah. Heboh berita kalau Nana dan Sehun sudah berpacaran. Hati Kai cukup sakit mendengar itu, ia tak sanggup menatap Nana dan Sehun saat kembali ke sekolah. Nana mencari Kai sampai ke semua tempat tapi tak ada. Ia mendengar kalau Kai sudah pulang dari tour-nya. Nana harus menjelaskan sesuatu kepada Kai yang sebenarnya. Ia pun mendapati Kai diatap sekolah, ia sedang mencoba merokok.
“Kai, buang puntung itu!” ujar Nana menarik tangan Kai menjauhi rokoknya. Kai mengabaikan ucapannya dan menaruh rokoknya di bibirnya. Nana yang sopan – sopan menyuruh untuk tidak merokok harus memakai cara kasar. Iya membuat jatuh rokoknya yang ditangan Kai, wajahnya tampak kesal. Ia memungut rokok yang ada ditanah. Tak menjawab Nana, ia hanya menatapnya dengan tatapan sinis.
“Apa maumu?” ujar Kai menaruh rokok di bibirnya lagi, Nana tak bisa menahannya Kai lagi. Nana menarik tangan Kai dan mencium Kai. Rokok yang ada ditangan Kai patah oleh tangannya sendiri. Ia menahan keinginannya untuk membalas ciuman Nana.
“Aku mengikuti kata Sehun,” bisik Nana,
“Apa memangnya?” tanya Kai,
“Aku dengannya berpacaran dan memberitahumu. Agar kau jujur bagaimana perasaanmu,”
“Maksudnya?” tanya Kai,
“Aku mencintaimu juga, Kai.” bisik Nana, kembali bibir mereka saling bertautan. Kai pun menyenderkan Nana ke dinding. Dan melanjutkan ciumannya pada Nana. Tangan Nana memeluk punggung Kai erat, Kai tetap pada posisi memeluknya.


*GOMAWO!^^*

Saranghaeyo, chingudeul *^^*
Toshiro Yagami
Selaku tim ekspedisi dua alam
(Alam Sadar dan Tidak Sadar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar