Selasa, 03 Maret 2015

you'll be ok part.2 - ff EXO Chanyeol

Author POV  

Chanyeol terus mencari lift, keadaan di dalam mall sudah berantakan bahkan meja resepsionis pun sudah menjadi kepingan kayu tak bernilai. Debu, asap bekas bom yang berskala kecil yang digunakan untuk menakuti orang dan melancarkan aksinya sampai ke lantai 23. Ini hanya keluarga yang dendam terhadap pemilik mall, karena sebelum ia bangkrut ia membeli spot restoran itu untuk menjadi salah satu bagian dari perusahaan Korewa Group. Tapi presdir Jang tidak menyukai ini, maka ia membuat restoran itu bangkrut. Menurutnya kehilangan investor kecil tak akan membuat perusahaannya gulung tikar. Maka, presdir menyuruh orang untuk membuatnya bangkrut, dan memberikan kepada investor lainnya yang lebih menguntungkan grupnya.

Kembali kecerita di restoran tempat penyanderaan. Chanyeol sudah berada di lantai 23 dan dia masih bersembunyi diluar restoran. la melihat Inha yang nampak tegar namun tetap saja wajah ketakutannya terlihat jelas. Chanyeol sedang merencanakan sesuatu untuk menyelamatkan Inha dan semua orang disitu. Inha didorong hingga jatuh tersungkur, ia tak bisa menahan diri. Ia pun masuk, dan Jinwoo menyayangkan cara Chanyeol yang langsung masuk kesana. Mau tak mau, Jinwoo menunggu waktu yang tepat pula untuk masuk melindungi Chanyeol dan Inha.   Jinwoo akhirnya masuk segera menghajar orang yang menarik kerah baju Chanyeol, juga menarik Inha dengan kasar. Ia segera menarik penutup kepala dan terkejut saat mendapati seseorang yang ia kenal, itu kakaknya sendiri. Dia melepas tarikan kerahnya, dan berdiri sempoyongan tak tahu harus berbuat apa. Ia mendorong kakaknya kedinding dan menatap lurus ke mata kakaknya.
"Kak, kenapa kau melakukan ini?" tanya Jinwoo tak memutuskan pandangannya.
"Kau pikir kenapa ayah bunuh diri dengan menabrakkan diri ke bus malam itu?"
"Maksudmu?" sekarang malah Jinwoo yang kebingungan,
"lya, ayah memilih bunuh diri daripada melihat kita ikut menderita. Karena jika ayah mati, itu berarti asuransi ayah akan keluar, itu untuk biaya kita dipanti." jelas Hyunwoo,
"Lalu apa masalahnya dengan banyak orang seperti ini? Kenapa harus Inha yang kau sekap?"
"Karena ayahnya yang membuat ayah kita begini," Jinwoo hanya bisa nenatap lurus kearah dinding didepannya. Ia seperti sedang kebingungan, haruskah ia membantu kakaknya atau menyelamatkan orang-orang di sini termasuk Inha dan Chanyeol?
.
.

Author POV  

Jinwoo memilih untuk menggantikan diri untuk Inha dan Chanyeol, namun kakaknya tak mau menyakiti adiknya. Perseteruan mereka berdua dianggap penyelamat bagi semua yang ada di dalam, setidak memperlambat waktu mereka mati. Bom waktu belum ditentukan, dan Chanyeol diam-diam melepaskan ikatan tangan Inha. Ia juga ingin menolong Jinwoo, tapi diwaktu yang tepat ia akan mengalahkan kakaknya Jinwoo. Wajah Inha masih kaget saat mendengar sebuah kenyataan.
"Chanyeol," panggil Inha,
"Ya?" jawab Chanyeol yang masih sibuk membukakan tali pengikat tangannya, "Aku khawatir dengan Jinwoo,"
"Dia akan baik-baik saja," Chanyeol selesai melepaskan tali itu, Chanyeol menarik tangan Inha untuk bergabung dengan tawanan yang lain, tapi Inha menahannya. Ia pun menoleh ke arah Inha, dia memegang genggaman Chanyeol.  

Inha POV
 
Aku tak bisa membiarkan Jinwoo terus bersitegang dengan kakaknya. Aku pun berniat melepaskan genggaman Chanyeol, orang yang terlalu indah dan baik untukku. Wanita macam apa aku ini, lebih banyak mengecewakan dibanding membahagiakan lelaki yang jelas-jelas sayang padaku. Ia terlalu baik untukku, dan untuk usaha membalas kebaikannya aku akan menyelamatkannya dari sini. Inilah saatnya aku membiarkan ia tahu seberapa rasa sayang yang kumiliki untuknya. Chanyeol menatap genggaman tangannya semakin longgar dan lepas, ia memasang wajah tak percaya. Aku mempertegas tatapannya yang sengaja ia berikan untukku,
"Kau ini kenapa?" tanya Chanyeol,
"Aku tak akan membiarkanmu tersakiti." Lalu aku berlari ke arah Hyunwoo, aku harus mengambil remotenya. Biar aku saja yang terluka, demi nyawa ratusan orang yang ingin bertemu dengan keluarga mereka. Aku harus bertanggung jawab atas perlakuan ayahku kepada ayahnya Jinwoo. Aku mengambil paksa walkie talkie yang dimiliki petugas keamanan yang ada di barisan sana. Aku berjalan menuju petugas itu sambil mengusungkan remote itu. Jangan macam-macam, atau kalian mati!!!! Aku terus menahan emosi tangisku melihat Chanyeol yang menatapku sedih tak percaya. Setelah ku dapat, aku meminta tim pemadam kebakaran segera ke atas dan membawa orang-orang disini.
"Ini ancaman, kuberi waktu 30 menit. Kalian bawa orang-orang ini turun dari sini, jika kalian tepat waktu itu bagus. Tapi jika kalian terlambat, aku dan semua orang disini akan mati bersama. Ini bom waktu, aku akan menyalakannya saat kalian sudah menginjak mall ini. Utus para tim unit, aku akan menyalakan...." aku menatap jam dinding yang lurus dihadapanku,
"SEKARANG!!!" ujarku menahan tangis sambil menekan tombol setelah ku dengar kapten mengutus beberapa tim unit untuk kesini. Chanyeol bangun dari duduknya, aku menodongkan pisau yang kuraih dari meja makan. Kumohon Chanyeol jangan mendekat! Aku tak mau mekukaimu terus-terusan, izinkan aku saja yang berjuang untukmu! Jinwoo memanggilku dan bicara untuk tidak main-main dengan keadaan. Tapi aku kali ini tidak bercanda, aku ingin kalian semua selamat. Kalian, orang-orang yang kucintai. Aku membiarkan Kak Hyunwoo lari, biarkan aku saja yang menggantikan kesalahan mendiang ayahku yang meremehkan orang kecil. Chanyeol berhasil menggenggam tanganku dan menjatuhkan pisaunya. Ia memelukku,
"Jangan melakukan hal bodoh, aku takkan membiarkanmu disini. Aku akan membawamu turun juga," ia berbicara padaku dengan tulus, sepertinya ia tak marah padaku.
Aku tersenyum dipelukannya, Jinwoo dan kakaknya sudah keluar ruangan ini. Aku dan Chanyeol saja yang bertahan disini. Aku melihat digelangku terdapat kawat yang bisa menancap, kupikir inilah yang bisa menyelamatkanmu. Chanyeoool...
Kutusukkan kawat itu ke punggung Chanyeol dan kudorong dia ke dinding, agar menancap lebih dalam. Setelah ia mengerang sakit, baru aku berteriak pada petugas untuk segera menyelamatkannya.
"Toloooong!!!!"
"I-inha, apa-apaan kau!" ujar Chanyeol menghalangiku untuk memanggil orang yang ada diluar, ia masih merintih sakit. Ia memegang tanganku yang hendak berdiri, sengaja ku lempar tangannya, aku tak akan membiarkan dia disini. Aku berlari meminta tolong kepada seorang ahjussi, aku benar-benar ingin ia diselamatkan dari sini. Ia pun membantu menggotong Chanyeol bangun dan berjalan keluar.
"Inha, kau harus ikut denganku," Chanyeol menarik tanganku, aku menatapnya teduh, tersenyum, dan menanggukkan kepala. Ia juga tersenyum balik kepadaku, disitulah aku semakin yakin kalau kau mencintaiku. Setelah sampai di pintu darurat, aku berlari dan memencet tombol penutup pintu otomatis. Ia takkan terbuka dengan apapun kecuali tombol yang kutekan ini. Ku tahan dulu saat Chanyeol berteriak memanggil namaku.
"Inhaaaaaaaaa!!!!" kulihat ahjussi menahan Chanyeol mendekati pintu, aku tak bisa membendung lagi air mata. Aku memikirkan sesuatu yang membuat Chanyeol tak melupakanku,
"Oh iya, tunggu," ujarku mencari bingkisan yang ku hadiahkan untuknya. Ketemu!
"Chanyeol, dengar aku,"
"Rgghhhhhh" ia masih berusaha membuka pagar pintu darurat, aku pun menggenggam tangannya erat. Sangat erat, ini perpisahan.
"DENGARKAN AKU!!!!" saat aku berteriak, ia pun terdiam. Menatapku dengan mata yang berkaca, aku memberikan kado itu.
"Aku memberikan ini untuk satu hal. Kau harus melupakanku dan cari penggantinya. Jika kau cinta padaku, pandanglah hadiah ini tapi tolong kau harus bahagia." ia hanya diam dan meneteskan air mata.
Kujulurkan tangan, kuusapkan pipinya, kuhapuskan air matanya, kubuat ia takkan meneteskan air mata lagi. Ia memeluk tanganku yang masih ada di pipinya, ia memejamkan mata menikmati sisa waktu. Disaat seperti itu, terdengar suara mesin waktu yang semakin cepat. Segera kusadarkan Chanyeol dari khayalnya, ia pun membuka matanya.
"Inha, jangan,"
"Ahjussi, bawa dia ke satu lantai dibawah lantai ini. Jangan berdiri, merunduk terus lalu tiarap dibawah meja atau apapun itu.
Satu lagi.." ucapanku tertahan, "..jaga dia.." aku menjauh dari mereka. Aku pun menunggu waktunya, saat itu datang aku memilih memejamkan mata dan semua selesai....  

Author POV  

Setelah bunyi ledakan itu, ahjussi melambaikan tangan untuk meminta bantuan. Helikopter pun merapat, saat itu Chanyeol memanggil nama Inha untuk terakhir kalinya dengan nada berbisik sambil memeluk hadiah dari kekasihnya itu.
"Inha.." ia membuka matanya,
"..kau yang terbaik.." ia pun tak sadarkan diri.
Ahjussi dan dua petugas itu menjemput Chanyeol untuk dibawa ke rumah sakit. Saat mendarat, Jinwoo dan Eunji pun menghampiri Chanyeol dan menemaninya sepanjang perjalanan ke rumah sakit.
Eunji terus khawatir, dan Jinwoo sangat merasa bersalah. Ia membuka bingkisan yang Chanyeol peluk dari sebelum dibawa ke ambulance, ia terkejut saat melihat bahwa itu sebuah topi dan ada kotak merah. Ia tak mencoba membuka semuanya, karena Inha pasti ingin Chanyeol lah yang membukanya pertama kali.
Ia tersenyum menatap Chanyeol sebagai tanda bahagia dengan seorang lelaki yang beruntung dicintai Inha.  

Dua hari kemudian, Chanyeol baru bangun dari komanya sejak dibawa dari atas gedung. Ia mendapati ada Inha yang menyambutnya bangun, mencoba meraihnya. Ohh! Dapat, aku dapat merasakannya. Ini sungguhan, bukan mimpi. Saat ia hendak merapikan rambut depan yang menghalangi keindahan wajahnya, ia menahan dan meletakkan tangan Chanyeol jauh darinya. Dan saat itulah ia sadar, kalau Inha benar-benar sudah dalam kenangannya. Eunji sedang tertidur bodoh di sofa sana, Chanyeol teringat dengan hadiah yang Inha berikan padanya. Saat ia buka, ia tersenyum lebar, sedih, senang, terharu menjadi satu untuk selalu mengenangnya.    

Flashback: off  

Sekarang Chanyeol sudah berbahagia dengan Eunji, ia menikahinya setelah Eunji menyelesaikan studinya di Canada. Ia sskarang hanya ingin menyayangi Eunji dan kepadanya aku berusaha kuat dengan semuanya. Inha, terima kasih sudah membawaku menjadi lebih dewasa, menghadapi kehidupan ini.

you"ll be ok. part.1 - ff EXO Chanyeol

Cast :

-Chanyeol EXO
-Inha
-Jinwoo (OC)
-Eunji (OC)

Dua tahun sejak kejadian itu, Chanyeol harus benar-benar melupakan  Inha. Dia terlalu melihat jelas bagaimana Inha meninggalkannya dan hidupnya. Bukan hanya pergi dari kehidupan Chanyeol saja, tapi meninggalkan dunia ini. Iya, Inha meninggal tepat di hari ulang tahunnya.  

Flashback : On – dua tahun yang lalu...  

Chanyeol POV

Aku harus pergi dengan pakaian rapi agar terlihat tampan, sekarang kan hari ulang tahunnya. Sampai sore hari pun aku masih disibukkan dengan memilih baju yang akan kukenakan. Baekhyun datang akhirnya, aku percayakan dia untuk membantuku. Hari ini aku benar-benar bertatap wajah dengan Inha, setelah rindu karena kuliahku yang sangat sibuk. Mengapa tak kuhubungi Kyungsoo? Jangan tanya, dia sedang sibuk dengan wanitanya, yang cukup sulit ia raih. Aku tak ingin mengganggu kesenangannya dulu.
“Lalu aku harus pakai baju yang mana hyun-ah?” tanyaku sedikit merajuk pada Baekhyun,
“Yang ini saja lah. Atau yang ini lebih bagus di badanmu untuk malam ini.” ujarnya sambil memasangkan beberapa stel pakaian untukku.
Aku segera mencobanya, “atau yang ini! Ini juga bagus loh,” celetuknya. Aku ingin sekali menggigit kepalanya sekarang,
“Yang mana jadinya!!!! Aku pusing nih, jangan membuatku tambah pusing dong. Lihat jam, sudah hampir pukul 6 sore. Kau tahu tidak malam ini jalanan akan ramai karena akhir pekan?” ujarku sedikit meninggikan suara, aku kesal dengan sarannya yang seakan maju-mundur. Tak sedikitpun membuatku yakin dengan apa yang ia pilihkan untuk kupakai.  Aku masih bingung dengan urusan pakaian, sedangkan urusan kado? Tenang, aku sudah membelinya kemarin! Jadi aku tinggal membawanya.
Jam 7 sebentar lagi! “BAIKLAH! AKU YAKIN KAU AKAN TAMPAN DENGAN TAK BERPAKAIAN SEPERTI INI!” teriak Baekhyun membuat kepalaku semakin memanas, “OMO!” sahutku kaget mendengar perkataannya. Aku menatap Baekhyun aneh,
“Habisnya kau begitu. Mestinya kau tak harus seperti ini, kau sangat ketakutan terlambat. Aku yakin, pasti Inha juga akan datang terlambat,” ujarnya, aku tak percaya kalau Inha akan terlambat. Karena yang aku tahu, dia wanita yang sangat disiplin waktu, makanya aku jatuh hati padanya. Aku akhirnya memilih baju sendiri, sekarang tugas Baekhyun yang merapikan bajuku. Setidaknya agar tampak lebih rapi saja, enak dilihatnya.
“Selesai,” sahut Baekhyun, aku mengukuti langkahnya. Tak lupa ku raih dompet dan kunci mobil di meja rias kamarku. Sesegera mungkin kunyalakan mesin mobil,
“Kau benar-benar takut terlambat ya?” tanya Baekhyun,
“Iya! Ini kan hari ulangtahunnya. Aku tak mau mengecewakannya,” jawabku terus konsentrasi mengemudi.
“Yasudah, teruslah mengemudi dengan baik,” ujar Baekhyun, bagus kau diam.
Daritadi kau cerewet sekali hyunnie! Hah, aku tak bisa membayangkan wajah Inha yang berubah saat menatapku karena kedatanganku yang terlambat. Aku harus melatih wajah imut sebagai senjata di depan dia. Yuhuuu~ i got it! Aku sudah tau aku harus apa nanti, pokoknya aku sudah punya jurus sendiri. Sesampainya di sana.....  

Author POV

Chanyeol sudah begitu rajin, di sana belum ada Inha dan jam 7 cafe itu masih sepi. Padahal jam sudah menunjukkan lewat 15 menit dari waktu yang dijanjikan. Tapi ia dan Baekhyun hanya bisa mematung duduk di meja tempat yang tadinya akan ditempati oleh Chanyeol dan Inha.
“Ah aku bilang apa? Wanita tak pernah datang tepat waktu,” ujar Baekhyun sedikit mengejek,
“Lalu kita juga wanita maksudmu? Kau tak sadar, kita juga sebenarnya terlambat. Oh kau wanita ya, akan kuberitahu Taeyeon kalau sebenarnya kau ini wanita,” ujar Chanyeol memasang wajah kesal,
“Ya! Maksudmu apa? Gak lucu yeol. Kau jahat ya ternyata,” jawab Baekhyun memukul lengan Chanyeol dengan keras, mereka kembali diam dan sibuk dengan gadget mereka sendiri. Baekhyun sedang menerima telepon dari pacarnya, ah dia sudah punya jalan hidupnya sendiri.

Chanyeol POV

Hidupku sekarang ini entah apa yang harus ditebak? Sedang diambang -_- Inha itu hidupku sekarang dan dia tak kunjung datang. Ini sudah hampir dua jam menunggu dengan pria cantik sahabatku ini. Aku sudah cukup bosan, sudah hampir membusuk pula aku disini dengan minuman yang mungkin tinggal setetes lagi. Arggh! Aku butuh minuman lagi, minuman yang tak membuatku bosan! Aku ingin berteriak seperti itu saja ke semua pengunjung disini. Baekhyun pun mengakhiri teleponnya dengan wanita tersayangnya.
“Dimana dia? Sudah di telepon?” tanya Baekhyun, ah setiap pertanyaannya ingin kubekap mulutnya.
“Entahlah. Kau saja lah yang telepon. Aku malas,” kesal dengan keadaan, jangankan aku yang membusuk menunggu. Kado yang kubawakan juga sepertinya sudah habis dimakan rayap.
“Aku juga bilang apa. Wanita memang seperti ini. Bisa saja memang dia sedang membatalkan acara kalian secara tidak langsung,” ujar Baekhyun nyeleneh sambil menatap layar gadgetnya.
“OH!” aku muak sama keadaan. Akhirnya kuputuskan untuk tidak menunggu Inha lagi, entah sampai jam berapa aku disini. Mungkin kursi yang kududuki juga akan berasap kalau aku terus menunggunya.

Inha POV

Aku bingung harus bilang apa padanya, aku memang benar-benar tak bisa pergi dengannya. Aku tak bisa meninggalkan ibu dengan keadaan seperti ini, kondisinya sedang tidak baik. Tapi setidaknya kondisi ibu akan baik-baik saja setelah aku menjaganya semalaman ini. Aku terus menatap layar ponsel, aku buka kolom percakapan kita, aku dan Chanyeol. Aku ingin mengirimkan pesan untuknya, agar ia tak menungguku disana. Tapi kenapa aku merasa takut ia marah padaku, aku tak mau mendengar dia marah. Jangankan pesan singkat, tinggal menekan option call saja sepertinya lidahku kelu mendadak. Eunji sahabatku sesegera mungkin meneleponku untuk menasehati agar sesegera mungkin memberitahu ke Chanyeol. Dia memang kusuruh menunggu di tempat yang semestinya aku bertemu dengan Chanyeol.
“Sebaiknya kau beritahu dia secepatnya,”ujar Eunji di telepon,
“Kenapa memangnya?”
“Dia akan semakin kesal jika kau tak hubungi dia,” ujar Eunji,
“Tapi lidahku...”
“Ah sudahlah. Aku mesti pulang sepertinya, ada tugas seperti biasa. Aku tak bisa lebih lama lagi disini, aku juga tak bisa memberitahukan tentang Chanyeol lagi. Jadi, maaf ya aku pergi dulu,” ujar Eunji menyudahi teleponku.
Baiklah, aku akan meneleponnya nanti tengah malam.  

23.56 KST Aku memutuskan untuk meneleponnya.....

Teleponnya tidak aktif, sebegitu marahnya kah Chanyeol padaku? Memang aku sadari aku yang salah, bahkan jika ditanya biang masalah ini ya jawabnya aku dan cuma aku. Tak ada yang lain, maafkan aku Chanyeol. Eunji sedang mengerjakan tugasnya seperti biasa, mengantar delivery order di kerja paruh waktunya. Ia sahabatku yang tak pernah kenal lelahnya, sepertinya dia benar-benar petangguh sejati. Tampilannya tak begitu feminim, tapi sayang wajah manisnya ia sembunyikan dengan wajah garangnya ala gangster. Katanya, itu adalah tameng penyelamat dirinya jika memang ada kerjaan di luar kantor malam hari seperti ini. Cita-citanya ingin menjadi polisi wanita, jadi tingkah dan penampilannya sudah pasti jauh dariku.
“Eunji, aku ganggu tidak?”
“Aniya, aku baru saja menutup kios ahjussi. Memangnya ada apa?” tanya Eunji kembali,
“Aku harus bicara apa sama Chanyeol nih? Aku kebingungan sekarang. Sungguh,” ujarku merajuk kebingungan,
“Aku kan sudah bilang, mestinya kau hubungi dia tadi lebih cepat lebih baik. Bukannya seperti itu, membiarkan ia menunggu orang yang memang tak akan datang -_-. Mestinya tadi,” jawab Eunji yang membuatku semakin merasa bersalah.
Oh benar! Tak mungkin juga aku meminta waktu di putar ulang dan aku takkan melakukan kesalahan apapun pada Chanyeol.
“Tadi aku telepon dia, tapi gak diangkat. Mungkin dia sedang mengemudi ya?” tanyaku berprasangka baik saja,
“Hmm mungkin,” ujar Eunji mengiyakan apa yang kubicarakan.
“lebih baik kau telepon Chanyeol terus sampai diangkat. Atau kalau masih gak berani bicara, kirim saja pesan singkat untuknya,” Eunji menyarankanku berbagai cara, namun masih ragu Chanyeol memaafkan atau tidak. Baiklah aku akan mencoba memberanikan diri. Keesokkan harinya, Eunji menemuiku di tempatku bekerja, toko bunga.
“Annyeonghasimnikka,” ujar Eunji tersenyum ramah pada halmonnie pemilik toko bunga ini. Dan segera menghampiriku,
“Bagaimana semalam, kau jadi meneleponnya? Atau mungkin kau jadi mengirimkan pesan untuknya?”
“Pesan. Aku mengirimkannya pesan,”
“Apa isinya?” tanya Eunji yang nampaknya penasaran,
“Blaaablaaablaa.....”
“APAAA! KAU TAKKAN MENEMUINYA SAMPAI HARI ULANG TAHUNNYA? ITU MASIH TIGA HARI LAGI! KAU TAK RINDU DIA?” tanya Eunji meninggikan suaranya, itu efek dari terkejut, sudah biasa untukku.
“Shhhttt! Iya aku ingin memberikannya sebuah kata maaf,”
“Isssh! Yeoja bodoh! Pabo ya!” ujar Eunji meninggalkanku,
“Mau kemana?”
“Mau menemui Chanyeol,”
“MWO? Untuk apa?”
“Memberitahunya agar berhenti mencintai wanita bodoh sepertimu!” teriak Eunji sambil melambaikan tangannya,
“Ya!!!” panggilku, sepertinya ia mengacuhkanku. Sudahlah, sampai bertemu tiga hari lagi Chanyeol...aku tersenyum menatap layar ponselku, disana ada foto lelaki milikku yang sangat tampan.  

Author POV

Inha memang berniat penuh untuk tidak muncul di hadapan Chanyeol sampai hari ulang tahunnya. Kebetulan hari ulang tahun Chanyeol hanya selang 3 hari darinya. Ia merasa, memang harus membuat kejutan seperti ini, setidaknya agar Chanyeol mengerti alasanku mengapa tak datang malam itu.
“Terima kasih perhatianmu, Happyvirus.” Inha berbicara pada foto mereka berdua di ponselnya. Ia menatap jam di sudut kanan atas ponselnya,
“Aigoo! Sudah jam 8 malam, aku harusnya membeli obat untuk ibu!” ujar Inha seraya berlari, mengambil jaket dan dompetnya.
“Kalau saja Chanyeol disini, setidaknya ada yang membuatku yakin jalan diluar rumah malam hari seperti ini,” ujar Inha diperjalanan sepulang dari apotik.
Diujung jalan sana, ada beberapa anak muda yang memang meresahkan penduduk sini. Inha memilih untuk pura-pura tak melihat saja dan berjalan seakan acuh. Namun bukannya di biarkan, malah Inha yang semakin digodai. Chanyeol, aku takut, lirihnya ketakutan. Inha terus saja menyebut nama Chanyeol dalam hati. Ia menaikkan kecepatan langkahnya, namun pemuda itu tak mau kalah cepat. Ia akhirnya berlari ke lain arah, ia terlalu panik. Inha menyadari kesalahan langkahnya, dan sekarang ia semakin panik karena tak tahu harus bersembunyi dimana? Inha berhenti di dinding dekat tempat sampah, ia tak mengkhawatirkan baunya. Yang dipikirannya sekarang adalah bisa pulang tanpa terlihat brandalan itu.
“Kemana wanita itu pergi?” ujar salah satu dari mereka yang terdengar Inha,
“Tadi kulihat lari kesini,” jawab temannya, mereka pun melanjutkan larinya sedangkan Inha sedang berdiri dengan seseorang yang menariknya tadi.  

Inha POV

“Hmmmbbpp!” suaraku tertahan oleh tangan seseorang. Dia menarikku menepi ke dinding dan tidak melanjutkan berlari. Tangannya memelukku dan semakin rapat agar tidak terlihat oleh brandalan itu. Suaranya mereka terdengar mendekat, aku khawatir orang yang membekapku adalah salah satu dari mereka.
“Hmmrrr!” aku ketakutan. Suaraku ingin keluar berteriak agar ada seseorang menolongku,
“Diam, kubilang diam. Kalau kau terus begini, aku dan kau habis malam ini.” dia menjawabku, itu berarti dia tak bersekongkol dengan brandal itu? Mataku semakin melotot ketika aku bisa melihat sesuatu. Tangannya memelukku pas didadaku. Aku ingin teriak saat itu dan menjauhi diri darinya. Tapi sayang, brandal itu tak kunjung pergi. Aku mencoba melepaskan tangannya yang menutupi mulutku,
“Ya! Tanganmu!” ujarku berbisik,
“Kau jangan berisik,” ujarnya. Pergerakan kakiku, membuat brandal itu mendengarnya.
“Siapa itu? Apa itu kau gadis manis tadi, hm?” tanyanya dari kejauhan, derap langkahnya yang mendekat membuat jantungku berdetak sangat kencang. Aku panik dan dia berusaha menenangkanku. Dia memutar posisi berdiri kami, aku sekarang berhadapan dengannya. Ia mendorongku ke dinding, semakin menghimpitku. Kurang ajar lelaki ini! Brandal itu pun melihatku dan sesegera mungkin menjauhi aku dan dia.
“Eh maaf hyung, aku kira wanita yang kucari tadi, lanjutkan saja hyung. Maaf,” ujar brandal itu,
“MWO? Lanjutkan? Maksudnya apa?” heranku,
“Dia mengira kita sedang bermesraan,”ujarnya. Dia masih menutupi mulutnya dengan masker dan menggunakan topi. Aku mengenali kalung yang ia pakai, itu kalung yang kuberikan pada seseorang...

“Aku Jinwoo,” ujarnya menjawab kebingunganku,
“Apa? Aku tak bisa mendengarmu,” aku gugup, aku tak mendengar apa-apa juga tak peduli apapun. Yang pasti aku hanya tahu kalau aku risih dengan keadaan seperti ini. Sebentar, aku mengenali orang ini. Kebetulan lelaki itu mengulang namanya dan sesegera mungkin mengangkat masker penutup mulutnya.
“J-j-ji-jinwoo-ah?” aku kaget, mataku tak putus menatap ke arahnya. Tinggi badannya membuatku tenggelam dalam pelukannya, badannya tak berubah. Sama dengan ukuran tinggi Chanyeol, pria tampan yang kumiliki. Ternyata Jinwoo datang di saat yang seperti ini, ‘TEPAT!’ ujar Inha dalam hati. Aku tersenyum dan sedikit berdehem memberi kode sedikit agar lepas dari pelukan Jinwoo.
“Iya ini aku. Hai, bagaimana kabarmu sekarang?” dia tersenyum seperti biasa sampai giginya terlihat. Aku juga tersenyum dan langsung memukul kepala Jinwoo,
“Aisssh appo. Jinjja!” Jinwoo mengusap kepalanya kasar untuk menghilangkan rasa sakit bekas pukulanku tadi.
“Mian~ lagipula kenapa kau baru datang sekarang? Eh kok kau tau aku disini?”
“Aku mengikutimu, aku lupa jalan rumahmu”
“YA!! Kau mestinya jangan mengikutiku, kau harusnya menyapaku bodoh,” aku menendang kakinya sekarang.
“YAA!! Appo!!” tampaknya sekarang Jinwoo memang benar-benar tersiksa dengan perbuatanku. Tapi wajahnya menatapku licik, aku yang ketakutan dengan tatapannya. Ia mendorongku menyandar ke dinding, ia mendekatkan wajahnya sampai sekiranya hanya tersisa 5 cm dari wajahku. Ya! Ya! Dia mau apa ini, mataku terpejam otomatis. Napasnya panas, aku sudah mulai merasakannya, tubuhku juga sudah mulai merasa ahh sudahlah. Dia mau membisiki sesuatu di depan telingaku, aku semakin memejamkan mata dan ingin rasanya pingsan saja.
“Inha—“
“Hh-hm?”
“Akuuhh—“
“Mm-mwo?”
“Akkuuh—“
“M-mwoya?”
“Akkuuuh
 .
 .
 .
 .
Lapar...” *hahaha njir lapar doang bikin pikiran gue wara-wiri* Aku jelas kaget, kukira dia akan ahh sudahlah, menjawab permintaannya akan mempercepat pulangku.
“Ah sudah cepat. Aku akan mengajakmu makan di rumahku,” Wajah Jinwoo keliatannya sangat senang.
Dasar pria bodoh! Lupakan malam itu, hari itu dan berjalanlah dengan selancar-lancarnya. *selancar cintaku padamu Jonginnie~*. SKIP! Hari pertemuan pun semakin dekat!  

Author POV  

Chanyeol mengunjungi Baekhyun dirumahnya, ia ingin bercerita sesuatu. Ia melihat Inha dengan pria lain, tapi dia tak mengerti kenapa pacarnya seperti itu. Kalau saja ia bisa bicara dengan Inha, ia akan menanyakan keheranannya itu. Tapi apa daya, Chanyeol termakan janjinya sendiri yaitu tak berbicara dengan Inha walau rindu itu sudah pasti.
“Kau mau apa pagi begini sudah dirumahku?” tanya Baekhyun baru bangun dari tidurnya, dia saja masih perlu menyipitkan mata menegaskan kalau itu memang Chanyeol. “Aku mau bicara sesuatu,”
“Apa?”
“Inha.... aaaah Bekyoon-ah, dia buatku sedih lagi,” Chanyeol merengek dan memeluk Baekhyun, ya sahabatnya itu hanya bisa mematung dan heran kenapa ia bertingkah seperti itu.  

Chanyeol POV

“Kenapa sih dia?” Baekhyun mengomel sambil mengemil makanan ringan yang ada di meja tamu. Dia hanya meng-iya-kan semua ceritaku dan terus mengunyah makanan sampai dia sendiri sadar kalau tangannya sudah menyentuh toples bagian bawah.
“Habis!!!!” teriak Baekhyun, dan menyalahkan aku yang menghabiskan cemilannya. Aku kesal dan memukulnya dengan bantal yang bisa kuraih dekatku saat itu.
“Lalu kau akan datang?” tanya Baekhyun kembali serius ke masalah awal, syukurlah. Akhirnya dia bisa kembali ke topik pembicaraan.
“Aku akan ke rumahmu.”
“Kau kan belum mandi, bek?”
“Hahaha, untung kau mengingatkan ku -,- Kau duduk dulu disini, dan makan saja yang ada di meja. Aku akan mandi,”
“Makanannya habis denganmu,” jawabku menunjuk ke arah toplesnya. Lupakan! Dia harus segera mandi, aku harus sudah mulai menyiapkan diri!

Dirumahku,

“Ibu, kau akan pulang malam ini?” tanyaku di telepon, Baekhyun sibuk membuka pintu rumahku dan masuk lebih dulu. Sedangkan aku masih duduk di kursi balkon, menelepon ibu dan menikmati angin yang menyapa. Ya, barangkali saja ibu menunda pulang ke rumah, jadi aku bisa pulang tengah malam. Baekhyun sudah memanggilku dari dalam, aku pun memutuskan untuk mengakhiri teleponku dengan ibu. Kami berdua saling berbicara, dan aku memilih baju yang kupakai. Sebaiknya memang aku segera membereskan diri, badanku lengket aku mandi saja lah. Aku mengambil handuk dibelakang pintu kamar, dan mengalungkannya di leher. Tapi disana Baekhyun malah cengengesan, menatapku penuh arti. Aku ketakutan menghadapinya, dia mendekatiku dan mendorongku ke dinding. Wajahnya ia condongkan ke hadapanku, maklum tingginya terbatas.
“Kau mau mandi?”
“H-hmm, wae?” aku gugup,
“Aku...” Baekhyun semakin mencurigakan,
“Waeyo?” tegasku,
“Aku dulu yang ke kamar mandi, perutku mules!” Baekhyun mendorongku semakin jauh dari kamar mandi dan dia masuk ke dalamnya. Sudahlah, kalian juga sudah tahu bagaimana kegiatan kami berdua *bukan Yadong -_-*  

Malam ini, Baekhyun bilang sedikit di perlambat saja kedatangannya menemui Inha. Ikuti cara dia terlambat waktu perayaan ulang tahunnya. Aku sih menurut saja apa kata sahabatku yang satu ini, jadi setelah aku merapihkan baju dan tatanan rambutku, nonton televisi saja lah. Aku ngantuk, disitu aku terus gonta-ganti channel lain. Ini sudah lewat 5 menit, pikiranku malah ke Inha, perasaanku terlalu terfokus padanya malam ini. Kuganti saja channel demi channel tv, aku bosan acara tentang musik terus *halaah bang lu pan anak boyband juga :’) -zoreetzoreet-*    

Author POV

“Diberitakan ada penyanderaan di mall EX di kota Seoul. Itu terjadi pukul 19.00 KST, pelaku menyandera 5 orang, 2 wanita dan 3 laki-laki. Wartawan tidak ada yang bisa meliput ke dalam, namun dari tim SAR sedang mencoba mengambil gambar dari helikopter. Restoran adalah lokasi penyanderaan, dan se-“ Chanyeol mengambil majalah saja, tv membosankan untuknya. “se-sepertinya. OHHH! Tim SAR berhasil mengambil gambar dari helikopter.”
“tolong zoom! Ya, itu dia sanderanya. Untuk semua keluarga yang tersandera jangan panik,” Chanyeol langsung melihat ke arah tv, ia memecahkan gelas yang sedang digenggamnya. Dia melihat seseorang, Baekhyun yang kaget segera keluar dari kamar.
“ada apa?” tanyanya heran pada Chanyeol yang mematung.
“I-itu.. baekhyun kita harus pergi sekarang!”
“Ada apa sih? Kau belum ceritakan apa-apa, aku jadi kurang mengerti,” Baekhyun menahan tangan Chanyeol, namun Baekhyun malah mendapat kibasan tangan sahabatnya itu. Dia kebingungan, tak ada wajah ceria dari seorang Chanyeol.
“Kau lihat Inha ada disana!!!” Chanyeol menjawab dan menunjuk ke arah tv yang masih menayangkan berita itu. Jelas Baekhyun terkejut tapi apa daya, ia takkan melepas temannya mengemudi sendiri dengan keadaan kacau. Chanyeol berada di depan pintu mobil dan untuk menghentikan tingkah konyolnya, Baekhyun memilih untuk memukulnya. Ia memang hanya bisa diam kalau dihajar!  

Baekhyun POV

“Kau mengerti tidak? Ini berbahaya untukmu!” aku menarik baju Chanyeol, mendorongnya ke mobil. Ia sedih, ia akhirnya menangis di bahuku, ia terus menyesalkan diri menunda kedatangan. Aku yang sekarang merasa bersalah, aku yang mendukungnya untuk terlambat.
“Mianhae,” Chanyeol sedih, ia sama sekali tak marah padaku. Tapi ia terus saja terisak, aku yang merasa bersalah akhirnya memapahnya ke kursi sebelahku. Aku saja yang menyetir, sepertinya memang salahku juga kalau ini terlambat. Kalau saja kudengarkan Chanyeol untuk segera pergi, mungkin Inha tak akan pernah terjebak seperti ini. Yaa menelepon Jinwoo atau Eunji adalah jalan terbaik!
"tuuut..tuuut" telepon sialan! Disaat sepenting ini, malah tak bisa menghubungi orang? Ahhh terus saja sepanjang perjalanan, konsentrasiku terbagi menjadi dua. Satu untuk mengendarai sampai pusat kota cepat dan satunya lagi tetap menunggu Jinwoo dan Eunji mengangkat teleponnya.
"YA!!!! Aku menunggu Eunji yang jawab. Bukannya operator, aissshhhh jinjja!" aku sudah malas dengan ponselku sendiri. Aku melemparnya ke tempat yang tak terlalu jauh dari tempatku duduk. Disana juga ada Chanyeol yang terus memuramkan wajahnya. Aku tak tega melihatnya seperti ini, Inha benar-benar hidupnya. Ia akan seperti hidup tapi mati mendengar Inha yang sedang terancam seperti saat ini. Tak lama dari lamunanku yang lalu lalang, ponselku berbunyi. Segera kuraih ponselku, dan sesekali melihat ke arah depan untuk memastikan kalau jalanan aman untukku mengangkat telepon. "halo, Eunji ada apa?" ujarku,
"Baekhyun, kau sudah mendengar berita Inha?" tanyanya,
"Sudah, aku sedang dalam perjalanan kesana. Jinwoo, kemana dia?" tanyaku ingin bicara dengan makhluk itu. Tapi Eunji tak berkata sepatah kata pun, aku terus berusaha agar Eunji berbicara tentang Jinwoo yang sepertinya tak ada disamping Eunji. Pengorbanannya dari SMA dulu memang masih teringat jelas oleh seluruh anak alumni nya. Sekarang dia sedang menuju lantai 23, tempat restoran yang dibajak oleh teroris.
"Aku harus kedalam, Inha dalam bahaya!!!" Chanyeol bertingkah konyol lagi, dasar pria keras kepala. Kutarik saja bajunya, dia tak mau kalah dari Jinwoo. Tapi bagamanapun juga, aku mengerti perasaan Chanyeol yang dari kemarin sudah merindukan Inha. Eunji sedang memberi beberapa pengertian kepada lelakinya Inha itu. Beberapa wartawan sudah tahu, kalau disini ada salah satu korban penyekapan. Saat aku masih menjawab beberapa pertanyaan wartawan, Chanyeol menghilang dan dari kejauhan aku mendengar keributan. Kulihat memang Chanyeol yang menyebabkan keributan petugas tadi.