Selasa, 03 Maret 2015

you'll be ok part.2 - ff EXO Chanyeol

Author POV  

Chanyeol terus mencari lift, keadaan di dalam mall sudah berantakan bahkan meja resepsionis pun sudah menjadi kepingan kayu tak bernilai. Debu, asap bekas bom yang berskala kecil yang digunakan untuk menakuti orang dan melancarkan aksinya sampai ke lantai 23. Ini hanya keluarga yang dendam terhadap pemilik mall, karena sebelum ia bangkrut ia membeli spot restoran itu untuk menjadi salah satu bagian dari perusahaan Korewa Group. Tapi presdir Jang tidak menyukai ini, maka ia membuat restoran itu bangkrut. Menurutnya kehilangan investor kecil tak akan membuat perusahaannya gulung tikar. Maka, presdir menyuruh orang untuk membuatnya bangkrut, dan memberikan kepada investor lainnya yang lebih menguntungkan grupnya.

Kembali kecerita di restoran tempat penyanderaan. Chanyeol sudah berada di lantai 23 dan dia masih bersembunyi diluar restoran. la melihat Inha yang nampak tegar namun tetap saja wajah ketakutannya terlihat jelas. Chanyeol sedang merencanakan sesuatu untuk menyelamatkan Inha dan semua orang disitu. Inha didorong hingga jatuh tersungkur, ia tak bisa menahan diri. Ia pun masuk, dan Jinwoo menyayangkan cara Chanyeol yang langsung masuk kesana. Mau tak mau, Jinwoo menunggu waktu yang tepat pula untuk masuk melindungi Chanyeol dan Inha.   Jinwoo akhirnya masuk segera menghajar orang yang menarik kerah baju Chanyeol, juga menarik Inha dengan kasar. Ia segera menarik penutup kepala dan terkejut saat mendapati seseorang yang ia kenal, itu kakaknya sendiri. Dia melepas tarikan kerahnya, dan berdiri sempoyongan tak tahu harus berbuat apa. Ia mendorong kakaknya kedinding dan menatap lurus ke mata kakaknya.
"Kak, kenapa kau melakukan ini?" tanya Jinwoo tak memutuskan pandangannya.
"Kau pikir kenapa ayah bunuh diri dengan menabrakkan diri ke bus malam itu?"
"Maksudmu?" sekarang malah Jinwoo yang kebingungan,
"lya, ayah memilih bunuh diri daripada melihat kita ikut menderita. Karena jika ayah mati, itu berarti asuransi ayah akan keluar, itu untuk biaya kita dipanti." jelas Hyunwoo,
"Lalu apa masalahnya dengan banyak orang seperti ini? Kenapa harus Inha yang kau sekap?"
"Karena ayahnya yang membuat ayah kita begini," Jinwoo hanya bisa nenatap lurus kearah dinding didepannya. Ia seperti sedang kebingungan, haruskah ia membantu kakaknya atau menyelamatkan orang-orang di sini termasuk Inha dan Chanyeol?
.
.

Author POV  

Jinwoo memilih untuk menggantikan diri untuk Inha dan Chanyeol, namun kakaknya tak mau menyakiti adiknya. Perseteruan mereka berdua dianggap penyelamat bagi semua yang ada di dalam, setidak memperlambat waktu mereka mati. Bom waktu belum ditentukan, dan Chanyeol diam-diam melepaskan ikatan tangan Inha. Ia juga ingin menolong Jinwoo, tapi diwaktu yang tepat ia akan mengalahkan kakaknya Jinwoo. Wajah Inha masih kaget saat mendengar sebuah kenyataan.
"Chanyeol," panggil Inha,
"Ya?" jawab Chanyeol yang masih sibuk membukakan tali pengikat tangannya, "Aku khawatir dengan Jinwoo,"
"Dia akan baik-baik saja," Chanyeol selesai melepaskan tali itu, Chanyeol menarik tangan Inha untuk bergabung dengan tawanan yang lain, tapi Inha menahannya. Ia pun menoleh ke arah Inha, dia memegang genggaman Chanyeol.  

Inha POV
 
Aku tak bisa membiarkan Jinwoo terus bersitegang dengan kakaknya. Aku pun berniat melepaskan genggaman Chanyeol, orang yang terlalu indah dan baik untukku. Wanita macam apa aku ini, lebih banyak mengecewakan dibanding membahagiakan lelaki yang jelas-jelas sayang padaku. Ia terlalu baik untukku, dan untuk usaha membalas kebaikannya aku akan menyelamatkannya dari sini. Inilah saatnya aku membiarkan ia tahu seberapa rasa sayang yang kumiliki untuknya. Chanyeol menatap genggaman tangannya semakin longgar dan lepas, ia memasang wajah tak percaya. Aku mempertegas tatapannya yang sengaja ia berikan untukku,
"Kau ini kenapa?" tanya Chanyeol,
"Aku tak akan membiarkanmu tersakiti." Lalu aku berlari ke arah Hyunwoo, aku harus mengambil remotenya. Biar aku saja yang terluka, demi nyawa ratusan orang yang ingin bertemu dengan keluarga mereka. Aku harus bertanggung jawab atas perlakuan ayahku kepada ayahnya Jinwoo. Aku mengambil paksa walkie talkie yang dimiliki petugas keamanan yang ada di barisan sana. Aku berjalan menuju petugas itu sambil mengusungkan remote itu. Jangan macam-macam, atau kalian mati!!!! Aku terus menahan emosi tangisku melihat Chanyeol yang menatapku sedih tak percaya. Setelah ku dapat, aku meminta tim pemadam kebakaran segera ke atas dan membawa orang-orang disini.
"Ini ancaman, kuberi waktu 30 menit. Kalian bawa orang-orang ini turun dari sini, jika kalian tepat waktu itu bagus. Tapi jika kalian terlambat, aku dan semua orang disini akan mati bersama. Ini bom waktu, aku akan menyalakannya saat kalian sudah menginjak mall ini. Utus para tim unit, aku akan menyalakan...." aku menatap jam dinding yang lurus dihadapanku,
"SEKARANG!!!" ujarku menahan tangis sambil menekan tombol setelah ku dengar kapten mengutus beberapa tim unit untuk kesini. Chanyeol bangun dari duduknya, aku menodongkan pisau yang kuraih dari meja makan. Kumohon Chanyeol jangan mendekat! Aku tak mau mekukaimu terus-terusan, izinkan aku saja yang berjuang untukmu! Jinwoo memanggilku dan bicara untuk tidak main-main dengan keadaan. Tapi aku kali ini tidak bercanda, aku ingin kalian semua selamat. Kalian, orang-orang yang kucintai. Aku membiarkan Kak Hyunwoo lari, biarkan aku saja yang menggantikan kesalahan mendiang ayahku yang meremehkan orang kecil. Chanyeol berhasil menggenggam tanganku dan menjatuhkan pisaunya. Ia memelukku,
"Jangan melakukan hal bodoh, aku takkan membiarkanmu disini. Aku akan membawamu turun juga," ia berbicara padaku dengan tulus, sepertinya ia tak marah padaku.
Aku tersenyum dipelukannya, Jinwoo dan kakaknya sudah keluar ruangan ini. Aku dan Chanyeol saja yang bertahan disini. Aku melihat digelangku terdapat kawat yang bisa menancap, kupikir inilah yang bisa menyelamatkanmu. Chanyeoool...
Kutusukkan kawat itu ke punggung Chanyeol dan kudorong dia ke dinding, agar menancap lebih dalam. Setelah ia mengerang sakit, baru aku berteriak pada petugas untuk segera menyelamatkannya.
"Toloooong!!!!"
"I-inha, apa-apaan kau!" ujar Chanyeol menghalangiku untuk memanggil orang yang ada diluar, ia masih merintih sakit. Ia memegang tanganku yang hendak berdiri, sengaja ku lempar tangannya, aku tak akan membiarkan dia disini. Aku berlari meminta tolong kepada seorang ahjussi, aku benar-benar ingin ia diselamatkan dari sini. Ia pun membantu menggotong Chanyeol bangun dan berjalan keluar.
"Inha, kau harus ikut denganku," Chanyeol menarik tanganku, aku menatapnya teduh, tersenyum, dan menanggukkan kepala. Ia juga tersenyum balik kepadaku, disitulah aku semakin yakin kalau kau mencintaiku. Setelah sampai di pintu darurat, aku berlari dan memencet tombol penutup pintu otomatis. Ia takkan terbuka dengan apapun kecuali tombol yang kutekan ini. Ku tahan dulu saat Chanyeol berteriak memanggil namaku.
"Inhaaaaaaaaa!!!!" kulihat ahjussi menahan Chanyeol mendekati pintu, aku tak bisa membendung lagi air mata. Aku memikirkan sesuatu yang membuat Chanyeol tak melupakanku,
"Oh iya, tunggu," ujarku mencari bingkisan yang ku hadiahkan untuknya. Ketemu!
"Chanyeol, dengar aku,"
"Rgghhhhhh" ia masih berusaha membuka pagar pintu darurat, aku pun menggenggam tangannya erat. Sangat erat, ini perpisahan.
"DENGARKAN AKU!!!!" saat aku berteriak, ia pun terdiam. Menatapku dengan mata yang berkaca, aku memberikan kado itu.
"Aku memberikan ini untuk satu hal. Kau harus melupakanku dan cari penggantinya. Jika kau cinta padaku, pandanglah hadiah ini tapi tolong kau harus bahagia." ia hanya diam dan meneteskan air mata.
Kujulurkan tangan, kuusapkan pipinya, kuhapuskan air matanya, kubuat ia takkan meneteskan air mata lagi. Ia memeluk tanganku yang masih ada di pipinya, ia memejamkan mata menikmati sisa waktu. Disaat seperti itu, terdengar suara mesin waktu yang semakin cepat. Segera kusadarkan Chanyeol dari khayalnya, ia pun membuka matanya.
"Inha, jangan,"
"Ahjussi, bawa dia ke satu lantai dibawah lantai ini. Jangan berdiri, merunduk terus lalu tiarap dibawah meja atau apapun itu.
Satu lagi.." ucapanku tertahan, "..jaga dia.." aku menjauh dari mereka. Aku pun menunggu waktunya, saat itu datang aku memilih memejamkan mata dan semua selesai....  

Author POV  

Setelah bunyi ledakan itu, ahjussi melambaikan tangan untuk meminta bantuan. Helikopter pun merapat, saat itu Chanyeol memanggil nama Inha untuk terakhir kalinya dengan nada berbisik sambil memeluk hadiah dari kekasihnya itu.
"Inha.." ia membuka matanya,
"..kau yang terbaik.." ia pun tak sadarkan diri.
Ahjussi dan dua petugas itu menjemput Chanyeol untuk dibawa ke rumah sakit. Saat mendarat, Jinwoo dan Eunji pun menghampiri Chanyeol dan menemaninya sepanjang perjalanan ke rumah sakit.
Eunji terus khawatir, dan Jinwoo sangat merasa bersalah. Ia membuka bingkisan yang Chanyeol peluk dari sebelum dibawa ke ambulance, ia terkejut saat melihat bahwa itu sebuah topi dan ada kotak merah. Ia tak mencoba membuka semuanya, karena Inha pasti ingin Chanyeol lah yang membukanya pertama kali.
Ia tersenyum menatap Chanyeol sebagai tanda bahagia dengan seorang lelaki yang beruntung dicintai Inha.  

Dua hari kemudian, Chanyeol baru bangun dari komanya sejak dibawa dari atas gedung. Ia mendapati ada Inha yang menyambutnya bangun, mencoba meraihnya. Ohh! Dapat, aku dapat merasakannya. Ini sungguhan, bukan mimpi. Saat ia hendak merapikan rambut depan yang menghalangi keindahan wajahnya, ia menahan dan meletakkan tangan Chanyeol jauh darinya. Dan saat itulah ia sadar, kalau Inha benar-benar sudah dalam kenangannya. Eunji sedang tertidur bodoh di sofa sana, Chanyeol teringat dengan hadiah yang Inha berikan padanya. Saat ia buka, ia tersenyum lebar, sedih, senang, terharu menjadi satu untuk selalu mengenangnya.    

Flashback: off  

Sekarang Chanyeol sudah berbahagia dengan Eunji, ia menikahinya setelah Eunji menyelesaikan studinya di Canada. Ia sskarang hanya ingin menyayangi Eunji dan kepadanya aku berusaha kuat dengan semuanya. Inha, terima kasih sudah membawaku menjadi lebih dewasa, menghadapi kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar