Fanfiction
Parody EXO – WOLF Drama Ver. Part 2
Review
sedikit EXO – WOLF Drama Ver. Part 1
-
Luhan yang memiliki kekuatan aneh
seperti yang dimiliki oleh Kris. Ia tak sengaja bertemu yeoja bernama Sohee
dimalam itu. Saat beberapa orang yang terus mencarinya mengajak Luhan dan yang
lain untuk berkelahi, mereka pun menyetujui cara itu. Berusaha melindungi teman
barunya itu. Tak disangka tanpa sengaja karena kekuatan Luhan membabi buta, ia
melemparkan pukulan pada D.O yang menyentuhnya untuk berhenti memukuli
lawannya. Semuanya menjadi berubah, tak ada pertemenan lagi yang terlihat
diantara mereka. Mereka pergi meninggalkan Luhan sendiri didalam gedung tua
itu. Kekesalan itu masih menguasai diri mereka terhadap Luhan, apalagi Jongin
atau Prince Kai.
Start...
Keesokkan harinya, semua wajah anak
– anak yang ikut berkelahi malam itu sudah tak karuan. Kai yang terluka di
bibirnya juga Luhan, dan yang lain memar lebam di daerah wajahnya. Chanyeol
masih merasakan sakit di tangannya, Lay masih merasa ngilu di kakinya. Sohee
yang sesekali menengok ke sekitarnya, kembali menatap papan tulis dan
memerhatikan guru yang berbicara didepan kelas.
“Mereka benar tak tahu aku ada
disana malam itu?” tanya Sohee dalam hati. Ketika matanya mengarah pada Luhan,
entah mengapa ia selalu merasa terkunci. Tak bisa bergerak pada tatapan itu. Ia
pun segera mengalihkan pandangannya, jangan sampai ada yang melihat. Luhan yang
tersadar akan itu, membalas menatap Sohee yang sudah kembali menghadap ke buku
dan papan tulis.
“Mengapa kemarin kau tampak
ketakutan seperti itu? Membuatku semakin bersalah, wajahmu waktu itu. Sohee,”
ujarnya dalam hati, terus menatap Sohee dan tak melepas pandangannya pada
Sohee. Ditempat lain, Kai juga menatap Sohee tanpa sadar ada seseorang lainnya
yang lebih dulu memandangi wanitanya itu. Tersenyum, melihat Sohee membuatnya
tersenyum dan kembali memerhatikan guru didepan kelas. Sampai akhirnya, bel
pulang sekolah pun berbunyi.
“Hei!! Ayo kita tengok D.O hyung!”
teriak Sehun dari arah belakang setelah pelajar terakhir selesai. Luhan lebih
memilih keluar kelas, ia sedang tak mau mendengar apapun. Dengan keadaan
menahan sakit memegang perutnya, ia berjalan menggendong tasnya. Ia pulang
lebih dulu, sekarang ia hanya bisa menjauh dari mereka. Ia memilih tak ikut
menjenguk D.O, karena disana ada Kai yang masih merasa kesal dengan Luhan.
Sesampainya dirumah sakit, mereka
semua segera menghampiri D.O yang berbaring diatas tempat tidur. Sohee memilih
tak banyak bicara dan terus tersenyum diantara mereka.
“Kau sudah merasa lebih baik?” tanya
Sohee dengan senyuman manisnya,
“Ya, seperti inilah keadaanku. Sudah
lumayan membaik, tapi masih terasa..” jawaban D.O tertahan, “AAAA...kakiku
masih sakit, Chanyeol!” teriak D.O pada Chanyeol yang memainkan kakinya.
“Perut kau masih sakit?” tanya Sohee
tersenyum,
“Iya masih. Sedikit lagi mungkin,”
ujar D.O sambil memegang perutnya. Chanyeol dan Lay terus menggodai D.O yang
masih sakit. Sohee terus tersenyum, dan tak ada wajah murung lagi seperti saat
ia mengingat Luhan. Sohee menyuapi makan untuk D.O, dan matanya tak sengaja
menangkap seseorang berdiri terjaga disana.
‘Luhan?’ bisiknya dalam – dalam, tak
terdengar. Ia melihat Luhan sedang menatap D.O dengan rasa bersalah. Sebenarnya
ia ingin selalu bersama teman – temannya itu, yang menemaninya pertama kali.
“Hoaam, aku ngantuk,” ujar Sehun
menguap dan menutup mulutnya kembali. Kai mengajak yang lainnya untuk pulang.
Mereka pun berpamitan dengan D.O dan membiarkan ia beristirahat dirumah sakit.
Di depan rumah sakit, Kai mengajak Sohee untuk pulang bersama tapi ia
menolaknya ia ingin pulang sendiri. Sebenernya Kai memang menginginkan jawaban
tidak dari Sohee. Karena ia berniat untuk mengunjungi rumah Luhan sepulang dari
rumah sakit. Ia ingin berniat untuk meminta maaf pada Luhan dan mengajaknya
berbicara. Tapi ternyata Sohee juga memiliki rencana yang sama, yaitu berkunjung
ke rumah Luhan. Sohee menemui Luhan berdiri tak jauh dari gerbang keluar rumah
sakit. Setelah ia tahu Sohee melihatnya, kemudian Luhan berjlana seakan
menuntun Sohee yang berjalan tepat dibelakangnya. Sesampainya dilorong
rumahnya, Luhan terjatuh karena menahan sakit yang sama sekali belum ia obati.
Hanya masih ada memar di perut dan punggungnya.
“Kamu tidak apa – apa?” tanya Sohee
menghampiri Luhan yang tampak lemah,
“Gwaechana. Aku masih kuat
berjalan,” jawab Luhan berusaha tegar. Namun Sohee tetap membantunya bangun,
dan membantunya menidurkan tubuh Luhan ditempat tidur.
“Kau istirahat saja. Aku akan
membuat bubur, jika sudah selesai akan aku bangunkan,” ujar Sohee tersenyum
pada Luhan sambil membenahi posisi bantalnya. Luhan hanya bisa membalas
senyuman Sohee tadi. Perasaan yang timbul selama ini membuatnya tersiksa. Ia
serba salah pada Sohee juga Kai.
Tak
lama, Sohee kembali ke kamar Luhan dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur
hangat untuk Luhan. Ia sedikit demi sedikit menyuapi Luhan sesendok bubur.
“Apa aku tak mengganggu hubunganmu
dengan Kai?” tanya Luhan pelan membuka obrolan yang semenjak tadi hanya saling
tatap dan senyuman yang bertebaran.
“Aniyo, kau tak pernah mengganggu
apapun. Malah aku yang selalu merasa mengganggu pertemanan kalian,” jawab
Sohee,
“Mwo? Aku tak mengerti maksudmu,”
heran Luhan,
“Aku menyukaimu,” ujar Sohee yang
memilih mengakuinya terlebih dahulu, Luhan hanya tercengan melihat Sohee
seperti itu. Tapi kemudian ia tersenyum menatap Sohee, dan melanjutkan memakan
suapan buburnya. Waktu sudah berjalan cukup cepat, tampaknya malam semakin
larut. Mamanya Sohee sedang tidak bisa menjemputnya karena lembur. Ditempat
lain, Kai sedang berdiri didepan pagar rumah Luhan berniat untuk menjenguknya.
Tapi apa yang ia dapatkan? Ia mendapati wanitanya yang baru keluar dari dalam
rumahnya. Kai yang terkejut hanya bisa menahan rasa marahnya karena melihat
kejadian tadi.
“Sohee kau disini?” tanya Kai,
“Iya, aku disini. Kau sedang apa
disini?” tanya Sohee kembali,
“Aku disini ingin menjenguk Luhan,”
jawab Kai,
“Baiklah, aku pergi lebih dulu ya,”
“Iya. Hati – hati dijalan,” ujar Kai
melambaikan tangan pada Sohee yang dari jauh membalasnya. Dan lama kelamaan
saat Sohee tak terlihat dari pandangannya, Kai pun mendorong Luhan ke dalam
rumah. Ia menarik kerah bajunya Luhan,
“Kau masih mau dekati Sohee?” tanya
Kai dengan amarahnya,
“Bukan seperti itu, Kai. Tak seperti
yang kau pikirkan,” jawab Luhan pasrah dalam keadaan seperti itu. Ia tak ingin
melawan karena tak ingin memperkeruh suasana. Ditempat lain, ternyata orang
yang selalu mencari Luhan membuntutinya. Orang itu menguntit Luhan sampai
akhirnya menemukan kelemahan Luhan. Ia menjadikan Sohee menjadi barang ancaman
yang bisa memancing Luhan datang ke hadapan mereka. Ketua organisasi itu
akhirnya menyuruh beberapa orang untuk menculik Sohee saat pulang sekolah, esok
petang.
Sohee berjalan ke arah rumahnya, ia
terus memikirkan bagaimana keadaan Luhan saat ini. Tapi dibalik lamunannya, ia
sadar setiap langkahnya sedang diikuti oleh orang. Sohee mempercepat
langkahnya, menghindar. Sadar akan Sohee yang mencoba menghindar, mereka segera
menyergap Sohee dan membawanya ke dalam mobil. Karena Sohee memberontak, salah
satu dari mereka memukul kepala Sohee dulu. Segaris jalur darah mengalir dari
dahinya. Mereka segera membersihkan itu, agar tak dimarahi oleh ketuanya.
Karena ketuanya meminta agar tak melukai Sohee sedikit pun. Sesampainya disana
Sohee segera sadar dari pingsannya, ia pun langsung mengikuti mereka semua.
“Halo! Luhan?” tanya ketua itu
dengan senyum menyeringai. Ia tetap memegang tangan Sohee, tak akan dilepaskan
sampai akhirnya Luhan datang.
“Siapa ini? Itu suara Sohee! Dimana
ini?” tanya Luhan panik mendengar suara Sohee,
“Ditempat biasa. Datang sendiri,
wanita ini tergantung padamu. Jangan panggil temanmu,” ujar ketua organisasi
itu. Luhan mengiyakan rencana yang diminta oleh orang tadi, menukar Sohee
dengan dirinya. Tapi diam – diam, Sohee mengambil handphonenya dan menghubungi
Kai. Hari itu D.O juga baru saja keluar dari rumah sakit. Jadi mereka berencana
untuk menyelamatkan Luhan dari ancaman mereka.
“Kita harus menyelamatkan Luhan,”
ujar Kai menghentikan langkahnya keluar kamar,
“Apa maksudnya?” tanya Tao,
“Benar, sepertinya Luhan dalam
bahaya. Sohee baru saja meneleponku tapi tak sempat menjawab,” ujar Baekhyun,
“Baiklah.” Kai dan yang lain segera
menyusul Luhan. Luhan pun terus menatap teman – temannya yang datang hanya
untuk menolongnya.
“Gomawo,” ucap Luhan pada Kai,
“A-ara ara..” jawab Kai tersenyum
menyeringai manis, Luhan pun tersenyum padanya dan yang lain.
Mereka
pun langsung berkelahi dengan anggota organisasi yang lain. Tao dan Kai yang
paling bersemangat. Baekhyun mengerahkan segala jurusnya untuk melawan. Luhan
menghampiri Sohee yang masih dipegang oleh sang ketua organisasi. Ketika ia
hendak menghajar ketua itu, ia menatap mata Sohee yang ketakutan mengingat
peristiwa waktu itu. Luhan yang terkunci pada tatapannya menahan pukulannya.
Saat itu pula, salah satu dari mereka memanfaatkan kesempatan untuk memukul
Luhan dari belakang.
“LUHAN!!!!” teriak Sohee,
teriakannya memanggil Kai dan yang lainnya. Mereka pun menghampiri Luhan yang
terjatuh. Sohee tak mampu membendung air matanya lagi. Ia membiarkan air itu
mengalir di pipi halusnya itu. Menetes tepat di tanda kekuatan yang Luhan
miliki, itu membuat tanda itu pudar perlahan dan menghilang. Tak hanya tanda
itu yang pudar, rambut Luhan pun berubah menjadi warna hitam. Hilanglah
kekuatan luar biasa yang Luhan miliki.
Dirumah Luhan sudah ada Kris yang
terus membaca lewat indera keenamnya. Ia melihat ada seorang wanita yang
membuat Luhan bukan sebagian dari dirinya lagi. Dan itu membuatnya kesal, dan
ia selalu kesal akan itu.
Selesai
*^^* The End of EXO – WOLF Drama Version ahahahah....selamat menikmati, kalau
ada yang kurang boleh langsung bilang. Gomawo, gomapta, gomapseumnida.
SARANGHAE!
(Inspirated by : Wolf drama ver. – EXO ver. Part 2)
Salam,
Toshiro Yagami
Gomawoyo, Nan neohuideul-eul saranghamnida!! Saranghaeyo~