Minggu, 23 November 2014

PRECIOUS LOVE - ff LuKai EXO NC 18++



CAST :
KAI
GO HARA
LUHAN

AUTHOR POV

Dalam sekejap Kai telah berada dijarak yang sangat amat dekat dengan wajah Hara. Tubuhnya sekarang hampir tak berjarak dengan lelaki tampan itu. Ia membencinya, tapi kenapa dekat seperti ini tubuhnya Hara merinding.

“Eoh? Ya! Kai-ah, apa yang kau lakukan?” tanya Hara mencoba menaruh tangannya dibahu Kai dan menjauhkan dirinya dari lelaki yang memiliki kulit eksotis itu,
“Wae? Kenapa kau? Tampaknya kau akan menyukaiku setelah ini,” ujar Kai tersenyum licik dihadapan Hara sambil menggenggam keras kedua pergelangan tangan putih Hara.

Mendadak tubuh Hara merinding, kali ini dia benar – benar tak bisa mengatur napasnya. Sesak tiba – tiba, kadang ia hembuskan pelan dan ia kembali menahannya. Hara sekarang hanya bisa menutup matanya saat samar ia lihat wajah Kai semakin mendekatinya. CHU~ bibir Kai kini bertaut dengan bibir Hara.
“Mmhhhmm....” suara itu serentak keluar dari mulut masing – masing. Menikmati permainan yang sekiranya membuat mereka berdua nyaman disiang itu.

GO HARA POV

“Omo! Ke-kenapa a-aku berpikir ia begitu nikmat?” Aku lebih memilih tak memberontak dari posisiku saat ini. Mungkin kalau aku bergerak sedikit, Kai akan terus melumat lebih dalam. Aku juga berusaha tak terbawa suasana, aku takut terbawa hanyut dalam keadaan ini. Berharap saja Kai melepaskan secepatnya bibir tebalnya itu dari bibirku. Aku memberikan kode pada tubuh Kai, aku menggerakkan seakan aku merasa risih sekarang.

“Oohooh, w-waeirae? Kenapa kau tak mencoba melepasnya?” ujar Kai membuatku terkejut,
“Eoh? M-maksudmu?” jawabku merasa tak tahu apa – apa, dan tampaknya lelaki itu sedang mencoba membuatku bingung.
“Iya. Kalau kau merasa risih, mestinya kau sudah melepasnya tadi. Menjauh dari bibirku,” jawab Kai.

Omona! Bagaimana bisa aku lupa hal itu, aaak! Aku sudah terbawa suasana nyaman itu, seharusnya memang aku menolaknya. Lagipula, wanita mana dikampus ini yang bisa menolak ciuman dari lelaki master di kelas performing arts. Aku ini sangat ingin menjadi yang terbaik disana. Tapi sejak ada dia, itu membuatku sangat amat benci dengannya.

KAI POV

‘DEGG.....’ jantungku kenapa berdetak kencang? Bukan, bukan kencang. Ini bahkan sampai berguncang, tubuhku kenapa menghangat? Gerutuku masih menempelkan bibirku dibibirnya. Sesekali aku mencoba menatap sedikit bagaimana Hara. Tapi ia mendapatkan bibir Hara yang memajumundurkan bibirku. Aku tak bisa membiarkan tubuhku terpancing.

“Mmmmhhhmm...hhhh~” suara itu keluar dari mulut wanita bodoh itu. Sekejap aku mempersilakan bibirnya bergulat dengan bibirku. Untuk waktu yang lumayan singkat namun terasa lama.
‘aku harus lepaskan ini. tampaknya Hara menikmati ini, aku tak akan mencemari nama baik Luhan hyung. Dia menyuruhku untuk tidak mempermainkan wanita,’ pikiran itu bergelut dipikiranku saat itu. Perlahan aku melepaskan perlahan bibirku darinya, ia yang tersadar membuka matanya. Dia menatapku sekarang,

‘DEEGG.....’ kenapa jantungku! Abaikan ini, aku memilih menjauh saja darinya untuk sementara waktu. Lagipula, sepertinya Hara juga shock dengan tindakanku.

“Yaak! Seharusnya kan dia menjauhi ciumanku. Kenapa juga aku bodoh mau dengannya,” Aku terus menyesali sepanjang jalan ke kelasku setelah membaca pesan dari Suho. Aku mengingat bagaimana balasan lumatan bibir Hara yang membuatnya betah. Sekarang aku hanya bisa sesekali memukul kepalaku karena tak percaya. Lay memanggilku dari jauh, menepuk bahuku dari belakang dan merangkulku sambil berjalan bersama.

“Kau kenapa, bocah tengik? Aku lihat kau memukul kepalamu sendiri, kenapa?” tanya Lay,
“Eobseo, aku tidak memikirkan apapun. Sepertinya aku hanya sedikit pusing saja,” jawabku percaya diri. Tapi kenapa wajah Lay sedikit terkejut melihatku? Melingkarkan bibirnya dengan pandangan tak percaya.
“Ada yang salah dengan penampilanku?” tanyaku mencoba mencari tau,
“I-tu bibirmu kenapa?”
“Memangnya kenapa?”
“Terluka, tapi sepertinya itu....” Lay menahan ucapannya dan memasang wajah menggoda. “..seperti digigit. Jangan – jangan kau habis berciuman ya?” sambung Lay. Kali ini aku merasa tersudut, dan memilih menarik Lay ke kamar mandi.
“...jangan bilang pada hyung.” Lay sudah menggangguk dan cukup meyakinkanku. Kami pun pergi mengikuti kelas hari ini.

AUTHOR POV

Dikelas kali ini cukup menyebalkan untuk Hara, ini hari dimana kelas A dan G disatukan. Hara dikelas A dan Kai dikelas G. Kai yang baru menyadari kalau kelas selanjutnya harus sekelas dengan Hara, ia pun terus mengalihkan pandangannya dari mata wanita bodoh itu. Tugas baru menanti, sekarang Kai dan Hara yang menjadi tegang. Ia takut namanya akan disebut bersama.
“Kim Jong In dan Go Ahra,” ujar dosen. Fyuuuuh~ itu yang ada dipikiran masing – masing.
“Mianhae, Kim Jong In dan Go Hara,” ralat dosen yang sibuk mencari kebetulan nama peserta kelompok terakhir.

‘Yaaa!!! Kita harus sekelompok! Entah apa yang akan kami lakukan bersama untuk mengerjakan tugas ini.” gerutu mereka bersamaan. Mereka hanya bisa duduk manis berdua di taman, sesekali menatap satu sama lain. Kai yang merasa canggung memilih untuk memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana.

“Ya! Kau mau aku menari apa, aku sedang tak mood berpikir,” ujar Kai melantangkan bicaranya agar tak terlihat gugup,
“Gimana sih? Kau kan tau yang seharusnya kita lakukan. Ini kan mata kuliahmu, kau selalu mendapatkan nilai yang baik. Masa sekarang kau diam saja?” jawab Hara,
“Baiklah, temui aku ditempat latihanku.”
“Dimana?”
“Dirumahku lah, bodoh.”
“Tidak usah pakai bodoh, Kai. Kau kan yang bodoh,”
“Jam berapa mau ke rumahku,”
“Terserah kau,”
“Jam 6 sore ya. Aku tunggu,” ujar Kai melambaikan tangannya dan berlari ke mobil. Disana ada sepasang mata yang menatap Hara dari dalam mobil. Luhan, kakaknya Kai yang tinggal bersama di apartemen. Dia sedang berlibur ke Korea untuk memeriksa perusahaan ayahnya yang berkembang pesat di Korea Selatan ini.

Jam 6 sore, tepat berdiri seorang perempuan didepan pintu.

Tak ada jawaban, Hara memilih menelepon handphone Kai. Namun seseorang mencoba membukakan pintu untukku. Ternyata yang membukakan pintu itu, adalah kakaknya Kai. Dia dengan hanya menggunakan handuk dibagian bawah dan membiarkan absnya terliaht membuat Hara sedikit menelan salivanya pelan. Dia membukakan pintu untuknya,
“nugu sinja?” tanya Luhan,
“a-aku temannya Kai. Aku akan belajar bersama disini.” ujar Hara menatap wajah Luhan tanpa melepaskan sedetik pun.
“Kai? Oh, dia belum pulang. Tunggu saja didalam,” Hara pun mengikuti langkah Luhan. Ia berharap Kai segera datang, ia takut salah tingkah melihat kakaknya. Sudah 20 menit menunggu Kai, tak ada kabar yang berarti sampai sekarang ke handphone nya. Luhan yang keluar dari kamarnya melihat Hara yang diam saja di ruang tamu. Menatap Hara dalam-dalam, dari atas sampai bawah. Menimbulkan pemikiran yang aneh diotak Luhan.
“Hara,” panggil Luhan,
“Eoh?” Hara langsung menoleh ke arah Luhan, ia kembali skak mat saat melihat Luhan yang hanya menggunakan celana levis saja.
“Kau boleh menggunakan dapur kalau kau lapar” ujar Luhan, dan Hara hanya bisa mengangguk. Kebetulan ia sangat haus dan sedikit lapar. Ia memilih mengambil minum saja dari dapur. Diperjalanannya kembali ke ruang tamu, ia melihat foto keluarga Kai dan Luhan. Terpampang jelas sepertinya mereka dulu seperti sahabat. Dekat sekali, dan Luhan adalah kakak yang ia segani. Namun saat matanya berkonsentrasi dengan pemandangan yang ada dihadapannya. Luhan memeluk Hara diam-diam, membuat Hara sedikit bingung harus bagaimana. Bibirnya Luhan menyentuh leher lenjang Hara, putih, mulus membuat Luhan sampai saat ini belum berhenti. Hara merasa sekarang dia merasa geli,
“o-op-oppa, apa yang k-kau laku..khaan” ujar Hara terbata-bata, mengatur nadanya agar tak mendesah didepan Luhan. Suara itu akan membuat Luhan semakin menjadi nantinya.
“oppahhhhh..ke-kenap..aah kau?” nampaknya Hara mulai terbawa permainan Luhan. Tangan Luhan masih melingkar di pinggang Hara, kini tangan Hara memegang tangan Luhan. Dia menikmati sekarang, tapi tetap menahan suara seksinya itu. Leher Hara sudah tak diam, ia memberontak karena geli, lalu Luhan sekarang memindahkan ciumannya itu. Ya, beberapa kissmark membuat Hara akan ditanya ibunya.
“Omo!!!!! K-kisseu...mark?” ujar Hara menatap cermin, ia terus mengusap seluruh lingkar leher nya. Luhan yang tak jauh dari dirinya berdiri menatap Hara yang panik. Ia pun tersenyum,
“Kai masih lama pulangnya, kau mau pulang apa menunggunya?” ujar Luhan dengan wajah datar dan tak ada permintaan maaf darinya untuk Hara.
“Eoh, geurae. Aku tunggu saja,” Hara salah tingkah. Tapi Luhan malah mendorong Hara ke sofa, ia sekarang membiarkan Hara sakit karena dorongannya. Sekilas, saat melihatnya kenapa ia berpikir Hara adalah mantan kekasihnya yang meninggal karena kecelakaan. Luhan pun melangkah maju mendekati Hara.

HARA POV

“O-oppa, apa yang kau lakukan?” Luhan sepertinya tak mendengarkanku. Aku takut Kai sudah pulang, dan dia melihat kakaknya seperti ini. Luhan menarik tanganku hingga aku berdiri dihadapan tubuhnya. Aku tak merasakan apapun selain ketakutan. Luhan mendekati bibirku, dia menautkan bibirnya. Kulihat mata Luhan menutup mencoba menghayati setiap lumatannya. Tanganku sekarang memegang lengan panjang Luhan, aku sepertinya terbawa.

“mmmhhh...hmmmhh” deru napas Luhan melumat bibir Hara yang menurutnya seksi. Tanganku sekarang mencengkram hebat lengan Luhan. Suara deru napas Luhan membuatku tak tahan, menunggu yang lain akan menghampiriku. Sekarang aku lupa kalau sebenarnya aku menunggu Kai, bukan bercinta dengan kakaknya. Aku merasa bibir bawahku sudah habis digigitnya saat aku ingin kabur dari ciumannya. Tubuhku sekarang melemah, kakinya lemas dan lupa cara untuk berdiri bangkit dari sana.
'ah aku lupa! Kenapa harus aku semakin bersandar ke sofa, oppa akan melakukan hal yang lain yang lebih gila.' gerutuku dalam hati.
“Hhhh...hmm hhhh” kami pun berhenti dari tindakan kami yang saling menautkan bibir. Mengatur napas, ternyata ciumannya cukup merebut seluruh oksigenku. Sepertinya, Luhan tak pernah lelah mencoba membuatku melayang. Ia kembali mencium bibirku, hanya sejenak lalu ia menurunkan bibirnya ke leherku. Aku geli, tubuhku sedikit menggelinjang kecil, berharap ia melepaskanku. Tapi nyatanya tidak, kepalanya terus mondar mandir dileherku. Lalu ia sedikit menurunkan resleting jaketku. Ia ingin mencium dadaku, sontak aku menahannya keras. Mendorong kepalanya agat menjauh, ini refleks tanganku. Bukan aku yang berniat mendorongnya.
Saat dia mulai melihat ke arah bawah, aku segera menyilangkan kakiku. Bermaksud agar tak bermain dengan itu. Luhan tersenyum licik, ia malah kembali duduk diatasku. Dia malah semakin gila, tubuhnya malah semakin bergerak maju mundur. Sepertinya ia ingin aku memperbolehkan juniornya masuk, tapi aku jelas menolak itu. Kai, aku mau dia yang pertama.
Ia terus menggerakan tubuhnya, aku hampir lemah menghadapinya.
“Enggghhh...oppaa” akkkk! Knapa aku membiarkan itu keluar dari mulutku. Luhan menatapku kaget dan segera melumat habis bibirku.
“Hhhhhmm..jebal. Boleh aku masuk?” bisik Luhan saat aku terengah-engah karena lumatannya yang ganas tadi.
“Andwae. sahutnya dengan nada datar dan suara bass nya, suara seseorang dari arah pintu apartemen. Mataku hampir tak melihat apapun, samar kulihat tubuh seseorang yang suka datang. Kai, ia menggenggam kuat plastik yang ia bawa dari supermarket. Tubuhku lemas saat itu, aku hanya berbaring di sofa saat Luhan menjauhkan tubuhnya dariku. 
“K-kai?” ujarku dengan lemah,
“K-kau tak apa?” jawab Kai menghampiriku dan menatap Luhan sinis. Luhan pergi ke kamarnya untuk mengalihkan masalah ini. Kai menuntunku ke kamarnya, aku sedikit kuat karena sentuhan tangannya. Aku samar melihat sekeliling, tapi aku jelas saat melihat wajah Kai, terutama bibirnya. Saat ia membaringkan tubuhku di tempat tidurnya,
Istirahatlah disini.” ujar Kai menatapku teduh dan tersenyum. Tapi aku tak kuat, ku genggam tangannya dan menariknya sampai bibirnya jatuh tepat di bibirku. Aku memejamkan mata, tapi Kai malah terkejut. Tapi itu tak berlangsung lama, Kai pun ikut menikmatinya. Lumatan ganas seorang Kai membuatku menggila.



AUTHOR POV

“Hhhh....hhh...mmhhh...jebal kai-ah. Kau tak ingin lebih?” kata Hara saat ada kesempatan lolos dari lumatannya yang kejam tapi asik.
“Tunggu. Eeugghhh, aku menunggu ia terpancing” jawab Kai menatap Hara yang mengerungkan wajahnya. 'sepertinya ia tak kuat' ujar Kai dalam hati. Ia pun turun ke leher Hara, ia melihat ada beberapa kisseumark yg luhan berikan pada Hara. Ia mencoba menghapusnya. Menggantikan tanda itu agar hanya tanda dari Kai yang berbekas.
“Kau tak merasa aneh?” tanya Hara,
“Eoh?” heran Kai,
“Aniyo, aku hanya menatapmu seperti menahan sesuatu. Ada apa?” suara Hara yang lembut membuat Kai menghentikan kegiatannya membuat kissmark. Kai menatap mata indah Hara, ia mengusap beberapa helai rambut Hara yang menutupi wajah wanitanya.
“Aku ingin...tapi aku tak bisa. Kita masih terlalu muda,” ujar Kai pelan,
“Hmm, kau. Lelaki manis yang aku kenal, aku kira kau akan segila kakakmu. Aku menyukaimu, Kai. Sungguh,” senyuman Hara tersungging manis didepan Kai.
Kai pun membalas senyumannya dan mengecup kening Hara. Mereka pun tidur bersama saja tanpa ada tindakan apapun. Tapi ditengah malam, Kai keluar dari kamar dan menghampiri Luhan yang berdiri didepan kulkas mengambil minum.
“Hyung” ujar Kai berdiri dibelakangnya. Saat Luhan menengok ke arah adiknya, Kai langsung menghajar Luhan dengan satu pukulan saja. Luhan yang jatuh tersungkur hanya memegang pipinya dan bangun. Tak ada amarah balasan dari Luhan, karena ia menyadari tentang kesalahannya. Ia mencoba bermain dengan pacar adiknya.
“Aku tahu aku salah. Harusnya aku langsung minta maaf padamu,” Luhan menepuk pundak Kai dengan sebuah senyuman darinya.
“Sudahlah, aku sudah memaafkannya. Maaf aku memukulmu,” ujar Kai merundukkan kepalanya didepan Luhan.
“Kau harus berjanji menjaganya. Kau tak inginkan sampai mengecewakan appa dan eomma tentunya aku?” Luhan dan Kai pun tertawa kecil dengan perbincangan tengah malam itu. Kai memilih tidur diruang TV ditemani dengan kakaknya yang tidur disofa. Dia membiarkan Hara tidur dikamar dengan nyenyak sampai nanti pagi.

Pagi hari pun akhirnya datang....
Hara terus berdiri didepan cermin, menatapnya tak percaya. Ia terus mengusap lehernya, menggosoknya dan berusaha menghilangkan sesuatu. Kai yang sadar akan itu memilih mendekati Hara dan bertanya kenapa Hara.
“Kau kenapa?” tanya Kai dengan wajahnya yang tampan walau baru bangun tidur *kebayang yaa _-_*
“Ini..” bisik Hara, menunjukkan kisseumark yang Kai berikan kemarin malam.
“Arra arra, aku akan bertanggung jawab. Aku akan menemanimu menghadapi ibumu,” ujar Kai merangkul Hara dan memeluk pinggangnya.
“Aku khawatir, Kai. Ibu akan membiarkanku keluar dari sekolah. Dan lebih memilih aku untuk diam dirumah sampai dibolehkan keluar untuk bekerja. Ibuku seperti itu,” ujar Hara pada Kai,

AKHIRNYA KAI TETAP MENEMANI HARA, TAPI APA YANG TERJADI DI RUMAH HARA? APA YANG AKAN IBUNYA LAKUKAN PADANYA DAN KAI?

NEXT ON......

Salam,
Toushiro Yagami
(selaku tim ekspedisi dua dunia >>dunia sadar dan tidak sadar<<)

Fight vs Star! Part 2 - ff Kai EXO



Genre : Romance, School
Cast :
Nana Kim, Kai, Jang Chaerin (OC), Oh Sehun

            Tak terasa ujian akhir semester sudah menghampiri Nana, Sehun dan Kai. Juga Chaerin, murid baru pindahan dari Jepang. Ia pindah karena memilih tinggal bersama ibunya setelah ayahnya sudah menikah lagi di Jepang. Ia enggan tinggal bersama dengan ibu tirinya itu, menurutnya ibunya hanya satu di Korea. Dan mulai saat itu pula, ia merasuki kehidupan Nana dan Kai. Dia yang merasa nyaman dengan Kai, terus saja mendekati Kai tanpa paham perasaan Nana saat itu. Setiap istirahat, yang biasanya hanya ada Kai dan Nana jalan bersama, sekarang ada Chaerin yang berdiri diantara mereka. Tak hanya istirahat, bahkan setiap saat Nana dan Kai bersama pasti Chaerin disana. Nana sudah sedikit merasa terusik karena tingkah Kai yang lebih senang dengan Chaerin sekarang.
            “Nana, ayo sini. Masa kau berjalan dibelakang kami terus?” ujar Chaerin,
            “Aniyo. Gwaechana, biar saja. Aku memang ingin seperti ini saja hehe,” jawab Nana mencoba tersenyum dibalik kekesalannya. Chaerin pun membalas senyuman Nana dan kembali asyik berbicara dengan Kai. ‘ini yang aku benci darimu, Chaerin.’ ujar hati Nana, ‘dan kau Kai! Kenapa tak paham aku sih, aku cemburu!’ sambungnya dalam hati. Sehun yang melihat itu, memilih menghampiri dan menarik Nana menjauh dari Chaerin dan Kai.
            “Ehm..apa sih Sehun? Mau kemana sih, gak jelas!” ujar Nana setelah bekapan tangan Sehun dilepas. 
            “Aniyo. Aku hanya ingin mengajakmu ke perpustakaan,” jawab Sehun tersenyum ramah dan yang kali ini berhasil membuat Nana terkapar. Berusaha menyembunyikan perasaannya itu, Nana langsung mendorong dada Sehun. Mata Sehun terbelalak menatap tangan Nana ada di dadanya. Ia takut kalau Nana tahu bagaimana detak jantungnya saat ini. Tepat saat berhadapan dengan wanita yang ia inginkan sejak awal bertemu. Nana dengan wajah yang datar menurunkan tangannya dari dada Sehun,
            “Kai kenapa? Sepertinya sedang murung?” tanya Sehun merunduk mengintip wajah Nana yang tertutup rambutnya.
            “Eoh? Aniyo, aku hanya kesal karena Chaerin. Tak lebih kok,” jawab Nana,
            “Oh, sudahlah. Lebih baik kita cari materi untuk ulangan harian besok,” ujar Sehun tersenyum lagi. Ah! Nana lelah menyukai lelaki saat ini, Kai adalah contoh kegagalan yang nyata dari percintaannya. ‘Pahit! Lebih baik aku suruh Sehun pergi menjauh kalau akhirnya akan menyakiti!’ teriak hatinya.

Nana POV

            Aku mulai kesal dengan kelakuan Chanerin yang baru saja datang dan sepertinya ia akan mengambil banyak waktuku dengan Kai. Untung ada Sehun, setidaknya aku memiliki teman yang mencoba paham dalam keadaan apapun. Banyak temanku lebih sering meledekku tentang Sehun dibanding dengan Kai. Apa? Cinta sejatiku Sehun? Bermimpi, baru iya. Mantan pacarnya saja adalah seorang bintang iklan yang dulunya ulzzang. Wanitanya dulu cantik dan lebih terlihat feminim dan itu semua bukan gayaku. Gayaku adalah seperti apa penampilanku saat ini. Aku masih terlihat seperti gadis biasa yang sama sekali tak terpikir untuk merias diri setiap kali pergi keluar rumah. Aku hanya memakai polesan bedak tabur bayi dan memakai jam dan beberapa gelang sebagai aksesoris pendukung penampilanku. Tidak seperti Chaerin, dengan gayanya yang feminim, senyumannya yang ramah itu menyambut hangat setiap pasang mata yang memandangnya. Itu cukup membuatku iri, apalagi kalau melihat Kai yang mulai asyik dengannya. Ya! cukup sampai disini rasa keirianku.
            “Kau cemburu? Sejak kapan kau mulai menjadi wanita berperasaan ini?” ujar Sehun sambil tertawa,
            “Ya! Sehun-ah! Berhenti menertawakanku,” ujarku cemberut,
            “Aigoo, lihatlah! Sekarang kau cepat sekali marah?” Sehun merayuku agar tidak marah. Dia tahu bagaimana aku tertawa, dan dia mulai merayuku dengan ucapannya yang menjijikan itu. Tapi aku kembali diam, dan hanya bisa merenungi kembali perbedaanku dengan Chaerin. Kali ini Sehun kembali mengagetkanku dengan pukulan Taekwondo-nya itu.
            “Sehun! Ya! Menyebalkan!” teriakanku berbalik mengagetkannya. Sehun memelukku dan merangkulku menjauhi kerumunan anak sekolah lainnya yang menatap ke arah kami.
            ‘teriakanku cukup keras ya?’ bisikku dalam hati, membuatku tersenyum smirk dengan wajah sok cool. Aku berlagak angkuh dengan kejadian tadi, tapi aku menyadari tangannya ada dipundakku. Aku perlahan menengok ke bahu kananku, sangat pelan. Wajah Sehun tampak lebih tampan dari biasanya, entah kenapa aku merasa hatiku ada padanya. Sehun selalu ada saat aku butuhkan, sangat berbeda dengan Kai. Yang terus saja selalu membuatku benci padanya. Entahlah, mungkin untuk saat ini ada Sehun, aku tak peduli dengan yang lain.

Author POV

            Dari kejauhan ada sepasang mata yang menangkap kebersamaan Sehun dan Nana. Chaerin diam menatap Kai yang matanya tengah mengarah ke sebuah pemandangan. Kai masih terus menatap Nana dan Sehun, sangat serius sampai Chaerin harus berusaha keras menyadarkan pria yang sekarang ia cintai.
            “Kai!” panggil Chaerin, membuat orang lain ikut menoleh dan menatap ke arah Chaerin, termasuk Nana dan Sehun.
            “A-apa? Maaf, aku tadi melamun. Jangan berteriak seperti itu, tolong. Sebaiknya kita pergi ke kantin,” ujar Kai. Ia pun menarik tangan Chaerin dan pergi menjauh dari tempat tadi, dimana ada yang tak ingin ia lihat. Mereka berdua pergi ke kantin dan memesan makanan yang mereka inginkan.
            “Kai,” panggil Chaerin dengan nada lembut,
            “Hm, ya? Ada apa?” Kai mengangkat kepalanya yang daritadi tertunduk karena sibuk dengan makanannya.
            “Aniya,”
            “Kau ini, ada – ada saja ya. Haha,” jawab Kai, dan ia pun melanjutkan makannya.
            “Apa kau menyukaiku?” tanya Chaerin,
            “Hmm, ya. Apa masih perlu aku menjawabnya?” akhirnya senyum Kai merekah dihadapan Chaerin,
            “Apa kau lebih mencintai...Nana daripada aku?” tanya Chaerin masih menjaga intonasinya. Namun Kai tiba – tiba menghentikan memakan ramyun-nya. Kali ini, ia seperti terjebak dalam lubang dalam, terperangkap, ia tak berani menatap mata Chaerin. Ia tak mau apa yang ia sembunyikan dan ia buang terungkit lagi.
            “Kau bisa bertanya masalah lain, chagi?” ujar Kai tak menatap Chaerin,
            “A-arra, arra. Lanjutkan makanmu ya,” ujar Chaerin salah tingkah, ia merasa jawaban Kai akan sama dengan apa yang ia pikirkan. ‘Nana, itu cintanya, bukan aku’ ujar Chaerin dalam hati sambil sesekali menatap Kai yang tertunduk dan sibuk melahap makan siangnya. Kai tak mau Chaerin menganggapnya mempermainkan perasaannya. Kai tak mau juga menyakiti perasaan saudara sepupunya, Sehun. Ia terlalu mencintai Nana dari dulu, dan sebaiknya menjauh adalah cara Kai menghormati dan menyayangi saudaranya. Walaupun mereka sepupu jauh, Kai akan tetap memerhatikan sepupunya itu.
            Siang itu, harus kulupakan! gerutu Kai dalam hati. Andai saja Nana bukan wanita yang Sehun inginkan. Mungkin Kai sudah memiliki Nana seutuhnya dari dulu. Namun ada sesuatu yang membuat Sehun terus menjaga Nana. Ia mengetahui semua cerita mereka, dan cerita cinta bersama Nana.

Sehun POV

            “..aku tak akan membiarkan siapapun menyakitinya,
            Ia selalu mengingat kejadian dari dulu....

            “Kai, dia menyukaimu,” ujar Sehun bercanda waktu Nana masuk ke dalam kelas mereka,
            “Ani. Aku tak menyukainya,” jawab Kai yang sibuk men-scroll down up gadget-nya. Mata Sehun melotot menatap saudaranya itu.
            “Ta-tapi kau, kau waktu itu mengatakan padaku kalau kau menyukainya, sekarang tidak. Semudah itukah?” ujar Sehun,
            “Itu dulu kan? Sekarang? Tidak. Cukup untuk kau mengerti kan?” ujar Kai menatap Sehun dan matanya kembali menatap layar gadget-nya. Sehun tak mengerti apa maksud pria yang sering ia panggil hyung itu. Yang pasti apapun dan siapapun dia, Sehun akan kesal jika ada yang berani memainkan perasaannya Nana. Ia adalah wanita yang Sehun cintai dalam diam. Nana adalah teman masa kecilnya Kai dan Sehun.

AUTHOR POV (Dulu....flashback)

            Nana, Kai dan Sehun sudah seperti adik kakak. Saking dekatnya, Nana memanggil oppa kepada teman lelakinya itu. Itu pun saat mereka menginjak kelas empat sekolah dasar. Saat Kai dan Sehun berada dibangku kelas, masuklah Nana ke dalam kelas.
            “Annyeong, jeoneun Nana Kim imnida. Bangapseumnida,” ujar Nana memperkenalkan diri kepada semua anak kelas. Nana baru masuk kelas karena ayahnya baru saja menyelesaikan sebuah proyek syutingnya. Dan juga telah membereskan surat perpindahan Nana ke Korea Selatan dari Jepang. Sehun dan Kai menatapnya dari kejauhan, tepat dibangku paling belakang.

Nana POV (flashback)

            “Hai Nana, aku Sehun. Dan dia saudaraku, Kai. Salam kenal,” ujar Sehun memperkenalkan diri padaku. Aku canggung dengan teman baruku, mereka sangat lihai berbicara bahasa Korea. Sedangkan aku, besar saja di Jepang tapi disana ayah masih sering menggunakan bahasa Korea saat berbicara padaku. Sekarang aku harus terbiasa dengan murid – murid disini. Tentu dengan bahasa yang mereka terapkan dengan teman sebayanya, tidak menggunakan bahasa Korea yang baku.
            “Ya salam kenal,” aku menjawab perkenalan pria manis itu. Tampaknya aku suka padanya nanti, tidak kepada bocah sombong yang sama sekali tak berminat berkenalan dengan orang baru. Biarlah, biar hidupnya asyik dengan hidup kesepiannya.
            Aku tahu, dia adalah salah satu anak yang mengikuti audisi di salah satu agensi ternama di Korea. Dia juga anak kesayangan dari CEO-nya, begitu yang kudengar dari anak kelas lain yang sudah lebih dulu akrab denganku waktu kemarin survei ke sekolah. Dia tingkahnya lebih sombong, padahal temannya yang bernama Sehun ini cukup tampan. Bahkan lebih mulus darinya, tak seperti dia hitam. Tak tertarik, itu pendapatku tentang perasaanku saat bertemu dan berhadapan langsung dengan makhluk alien ini.
            “Kau duduk dimana?” tanya Sehun,
            “Aku duduk di...”
            “Disana saja. Disini sudah ada aku dan Sehun,” jawab Kai ketus, ia langsung pindah ke tempat duduk semula. Dia tadi berada dikursi belakang yang kosong, sambil menulis beberapa tugas yang akan dikumpulkan di hari berikutnya. Begitulah, Kai selalu mengerjakan tugasnya hari itu juga, agar esok ia bisa bersantai tanpa tugas. Omona! Aku baru sadar, perkataannya itu seperti sedang menyuruhku menjauh darinya dan jangan mendekatinya untuk sesuatu yang tak penting. ‘aku benci kau, kai!’ gerutuku saat berjalan ke kursi yang letaknya agak jauh dari bangku mereka berdua.

(Waktu berjalan sangat lancar) Mereka pun menginjak kelas enam sekolah dasar, saat inilah yang Nana tunggu. Berpisah dengan Kai yang selalu membuatnya tak betah dikelas. Sehun selalu menjadi penengah diantara kami, dan ia akan selalu membuatku terpesona dengan gayanya yang benar – benar bijaksana. Dia masih duduk dibangku sekolah dasar, itu yang membuatku salut. Tapi walaupun kami sering bertengkar, kami selalu istirahat bersama dan kemana pun pergi bersama. Makanya, aku sudah menganggap ucapannya hanya lelucon yang harus selalu aku pahami. Lelah~

Sehun POV

            “Kenapa kau tak bisa manis sedikit sih?” ujarku mendorong bahu Kai,
            “Hei! Ke coret nih! Ada apa sih?” sahut Kai mendumel,
            “Pura – pura tuli hah?”
            “Aku hyungmu! Sopan sedikit bicaranya,” Kai menempeleng kepalaku,
            “Mian hyung, kau tak bisa bersikap lebih manis ke Nana?” ujarku,
            “Memangnya aku harus bagaimana? Berlutut dihadapannya? Atau bersikap baik padanya seperti pengawal kepada putrinya? Tidak usah kan?” jawab Kai, aku hanya bisa menatap ke arah Nana yang sepertinya sedih mendengar itu.
            “Nana, kau tak usah mendengar ucapannya,” ujarku pada Nana yang diam seperti tersentak. Aku tak mau ini menjadi suatu pertengkaran yang sangat amat sengit. Tapi, apa yang kuduga akhirnya terjadi juga. Nana berlari ke arah kamar mandi sambil menahan tangisnya. Mungkin ia terusik dengan kata – kata sepupuku yang tak punya otak ini.
            “Kenapa bodoh sih?” aku kesal dengannya, benar – benar kesal entah bisa hilang atau tidak. Sepertinya aku harus menghampiri Nana dan meninggalkan pria bodoh ini sendiri. Biar ia belajar memahami tentang arti seorang teman.
            “Tunggu,” tangan Kai menahanku,
            “Ada apa?” tanyaku,
            “Aku mau menanyakan sesuatu,”
            “Apa itu?”
            “Apa kau menyukai Nana? Iya?” ucapan Kai membuatku terkaget. Aku memilih pergi tanpa menjawab pertanyaannya yang tak bisa ku jawab. Sejak saat itu, Nana dan Kai tak pernah bertemu. Aku masih mengetahui dimana Nana melanjutkan sekolahnya, dan ia tahu Kai sudah benar – benar di didik dalam karantina. Termasuk aku. Diam – diam aku terus memantau bagaimana kabar Nana. Kai tak tahu, sekarang Nana sudah menjadi seseorang. Dia sudah sering menjadi bintang iklan.
            “Kau terlalu asik dengan duniamu!” teriakku saat Kai lebih memilih untuk keluar asrama dan makan bersama beberapa noona. Padahal aku mau memberitahu kalau Nana sudah menjadi bintang. Kai menyukainya, tapi ia sama sekali tak mau menatap Nana meskipun hanya untuk tegur sapa. Entah apa yang ada dikepala si bodoh itu, yang pasti aku menjaga wanitanya dari jauh. Aku juga menyukainya, lebih dulu darinya. Tapi apa aku harus mengorbankan persaudaraan kita demi satu wanita. Aku lebih baik mengalah dan mulai mencintai wanita yang mau menerimaku apa adanya.
            “Kai!”
            “Apaa!”
            “Aku mau bicara, sebentar saja.”
            “Apa?”
            “Nana menyukaimu, kau menyukainya kan?”
            “Kalau iya, memangnya kenapa?” jawab Kai membuatku ingin menghajarnya. Aku sekarang yang berhenti bernapas sepertinya. Benar saja, Kai langsung meninggalkanku sendiri dalam kebingungan. Berarti aku harus segera bersama wanita lain, akan kucari seseorang yang lebih baik dari Nana. Dan terus menjaga perasaan Nana, perasaan suka yang sebenarnya ada pada Kai. Bukan aku.


AUTHOR POV (Sekarang.....)

            “Terus kau harap aku menjawab apa?” tanya Kai menatap Sehun,
            “Aku...”
            “Apa? Kau menjaga perasaanmu untukku? Kau terus membiarkan dia terus mencintaiku, sejak dulu? Kau mencintai Hwangjin hanya untuk mengalihkan perasaanmu terhadap Nana? Kau harus tahu, itu konyol! Kelakuanmu, terlalu kekanak – kanakkan!” ujar Kai,
            “Bukan itu! Kau yang terlalu kejam untuk memberi harapan. Kau kan kemarin saat bersamanya di Gangnam membuatnya kembali jatuh hati padamu. Dan semudah itu kau menyukai Chaerin dan meninggalkan Nana?” Sehun terus membisiki Kai dengan intonasi emosi.
            “Istirahat nanti, ku tunggu dibelakang sekolah,” ujar Kai yang melanjutkan tugasnya, sedangkan Sehun hanya bisa memerhatikan pelajaran dengan tatapan kosong.
Pelajaran masih berlangsung dan telepon Sehun berdering, ia tersadar dari belajarnya.
‘Kai?’ ia menatap layar handphone-nya, dan langsung memantau sekelilingnya. Ia terlalu serius memperhatikan tanpa melihat, tak ada Kai disana. Ia segera pergi ke belakang sekolah seusai jam pelajaran. Ia sekalian membawa tas dan jaket saudara sepupunya itu.
“Sehun-ah, kau pulang sekarang?” ujar Nana yang masih duduk dikursinya,
“Iya aku pulang, Nana. Wae?” jawab Sehun, masih sibuk membereskan bukunya.
“Pulang bareng yuk. Aku lewat asramamu, aku sedang malas pulang sendiri. Otte?” Nana segera menghampiri meja Sehun,
“Aniya. Aku tak bisa pulang bersamamu. Mianhae,” jawab Sehun,
“Oh baiklah kalau begitu. Eh, tapi kenapa tas dan jaket Kai, kau yang bawa?” ujar Nana menarik tas Kai yang sudah ada ditangan Sehun.
“Aku akan pulang bersamanya. Aku akan ke cafe ayahnya dulu,”
“Eoh? Baiklah. Aku pulang duluan ya,” Nana berlalu dari hadapan Sehun, setelah keadaan aman dan Nana sudah keluar gerbang. Ia pun segera keluar dan menemui saudara sepupunya itu.

KAI POV

            “Ini,” ujar Sehun melemparkan tas dan jaket milikku,
            “Lama sekali,” ujarku merapihkan jaketku yang sempat terjatuh ke tanah,
            “Kau mau bicara apa hyung?” tanya Sehun ikut duduk dikursi bersamaku,
            “Kau mau tahu bagaimana perasaanku saat ini? Aku bingung. Aku harus kemana sekarang, aku menyukai Nana jelas kau pasti tahu. Tapi aku takkan membiarkan Nana terkait skandal denganku. Aku masih debut, aku disuruh manajerku tetap menjaga hubunganku dengan Chaerin. Kakak ibunya adalah salah satu pemegang saham agensi kita. Kau tidak tahu itu?” jelasku, sekarang Sehun hanya menatapku tak percaya dan melempar pandangannya ke arah lain.
            “Kau masih belum mengerti?” tegasku menatap terus ke arahnya,
            “A-aku masih belum paham, a-aku bingung sekarang. A-ak, a-aku minta maaf, hyung. Jeongmal mianhae,” ujar Sehun merundukkan kepalanya dihadapanku, sontak aku membangunkannya dan menyuruhnya untuk tidak seperti itu padaku. Yang jelas aku terus berusaha membuatnya paham tentang maksudnya. Dan membiarkan dia berpikir secara jernih sesampainya di dorm kami. Aku harap Sehun bisa membantuku menghadapi Nana dan membuatnya paham dengan keadaanku saat ini.

(4 tahun kemudian...)

            Nana tak pernah dekat denganku lagi apalagi bertemu. Sepertinya dia tetap membenciku, walaupun aku terus menyukainya. Aku akan tetap menyayangi Chaerin untuk saat ini, dan menyampingkan Nana. Dia sudah ada Sehun, dan dia lebih menyayangi Sehun dibanding aku. Musim dingin hampir tiba, sekiranya aku akan memberikan hadiah natal untuk Chaerin. Hadiah terindah yang pernah ia dapatkan sebelumnya. Ya, karirku sudah melambung dan aku sudah merasa cukup untuk saat ini. Aku tak mau membiarkan Chaerin terus menjadi kekasihku. Aku akan melamarnya dimalam natal nanti, cukup yang tahu hanya Sehun. Member lain pun tak ada yang mengetahuinya,
            “Kali ini, harus berhasil! Chaerin akan ku jadikan sebuah kado terindah untukmu,” ujar Sehun dalam kamar dorm,
            “Lalu aku harus apa agar tak terlihat?” tanyaku,
            “Kau harus menjadi dirimu sendiri. Buat suasana natural mengalir di momen ini, keluarkan perasaanmu padanya. Ingat, kau tak boleh mengecewakannya,” ujar Sehun menepuk bahuku mencoba meyakinkanku.
            “Sehun-ah,”
            “Hmm? Wae?”
            “Nana akan datang nanti?” tanyaku pelan,
            “Kami berdua akan datang diacara lamaranmu,” jelasnya,
            “Baiklah kalau begitu. Aku akan sangat bersemangat,” jawabku yakin,
Sehun menyiapkan sebuah dekorasi indah dicafe milik ayahku. Ia bertanggung jawab untuk membenahi seluruhnya, dan urusan cincin? Itu menjadi tanggung jawab Nana. Ia mau membantuku menyiapkan ini semua karena Sehun. Bukan karena aku. Kupikir, dia masih berpikir kalau aku lelaki brengsek dan menyuruh Chaerin untuk hati – hati. Aku sudah lama tak melihatnya, hanya saja kemarin Sehun memberitahuku bahwa Nana baru pulang dari Moscow.
Di lobby apartemen, aku menemui Nana untuk pertama kalinya setelah 4 tahun berlalu. Ia tumbuh cantik dan tampilannya sangat feminim. Cukup memanjakan mataku kala itu, tapi aku lebih tergila – gila pada Chaerin (Kai, bagus nak! Lanjutkan saja! -,-“). Dia datang dengan mobil Mercedes Benz keluaran terbaru. Tampak elegan seperti penampilannya,
            “Nana?” ujarku heran menatapnya,   
            “Iya, itu dia. Cantik bukan?” ujar Sehun yang sejak tadi duduk bersamaku,
            “I-iya. Cantik sekali,” aku tetap menatapnya yang melangkah mendekati kami di lobby,
            “Dia sudah jadi milikku,”
            “Ah? Jinjja?” heranku, dan terus menatap Nana mendekati Sehun. Sekarang ia tak canggung mencium Sehun dihadapanku. Sehun terus memeluk Nana dan sesekali menciumnya lagi mengutarakan rasa rindu berpisah negara. Aku hanya bisa mengalihkan pandanganku ke arah luar lobby.
            “Hai Kai, apa kabarmu? Senang bertemu lagi denganmu,” ujar Nana menatapku penuh yakin. Tak ada tatapan khusus, tatapan rindu padaku. Ah sudahlah, kali ini hanya Chaerin yang selalu membuatku yakin saat melangkah.
            “Kabarku baik, kau?” tanyaku kembali,
           “Ah aku baik. Kau tak senang bertemu denganku lagi?” tanyanya, aku gagal fokus saat melihat tangan Sehun terus memeluk pinggang Nana.
            “Aku senang. Senang sekali Nana,” jawabku tertawa, membaur dengan keadaan.
            “Oh iya. Kau lihat ini?” tanya Nana padaku. Menunjukkan jari manisnya, ada cincin melingkar disana.
            “Eoh? I-itu apa?”
            “Ya, kami sudah lebih dulu bertunangan. Mian ya tak memberitahu, aku kan sedang tak di Korea saat melamarnya. Hahaaha,” jawab Sehun,
            “Benarkah? Aishhh,”
            “Eittt, dilarang marah. Haha,” ujar Sehun dan kami pun tertawa bersama. Tanpa ada perasaan atau pikiran yang dongkol. Chaerin belum pulang dari Boston, kebetulan ia sedang ada pekerjaan disana. Malam natal nanti, Chaerin memiliki rencana untuk makan malam bersama denganku. Tapi aku akan menghiasi makan malam kami agar menjadi luar biasa.

AUTHOR POV

Malam natal pun tiba, ponsel Kai berdering sangat sering. Tapi tak ada satu pun panggilan yang dijawab, dia tertidur sangat pulas. Siang ini, Chaerin sudah ada di Korea seharusnya. Tapi karena delay, keberangkatannya ditunda selama 3 jam. Telepon yang tadi berdering adalah panggilan dari Chaerin. Ia bosan dengan keadaan airport yang bising, kali ini Chaerin mengirimkan pesan.

Kai, sepertinya kau belum bangun. Bangun sayang. Aku disini sendiri, aku merasa bosan sekarang. Kenapa kau tak hadir walaupun hanya lewat telepon. Baiklah, jangan lupa makan yang teratur. Jangan lupa istirahat kalau kau merasa tak enak badan. Jangan dipaksakan, salam rindu ya. Bye,’

Kai baru membacanya, dan ia merasa bersalah. Dan berniat untuk memperbaiki kesalahannya nanti. Saat Chaerin sampai di Korea, dan rencana acara lamaran yang telah direncanakan olehnya dari jauh – jauh hari.

            “Sehun, kenapa aku gugup? Chaerin tak meneleponku,” ujar Kai terus menatap jam ditangannya.
            “Sebentar lagi. Tunggu saja, lagipula Nana sedang menelepon ke handphone-nya. Nanti aku samperin Nana,” ujar Sehun beranjak dari kursinya. Rasa takut segera datang menghampiri Kai yang sejak tadi merasa akan ada sesuatu yang tidak enak. Waktu berjalan dengan cepat, dan Chaerin nampaknya belum kunjung meneleponku. Seharusnya, Chaerin sudah sampai di Korea karena penerbangannya yang ditunda tadi. Tapi, Nana dan Sehun tak juga kunjung datang membawa kabar baik. Nana berlari ke arah mobil yang baru saja datang dan Sehun berlari ke arah Kai.
            “Kai, tarrawa.” Sehun menarik tangan Kai dan menyuruh Kai untuk tidak banyak tanya. Sedangkan Nana sudah lebih dulu pergi ke sebuah tempat yang sudah diberitahu di sebuah telepon tadi.
            “Ada apa ini?” tanya Kai,
            “Cha-chaerin, kai. Di-dia ad-da dirumah sakit,” jawab Sehun gagap,
            “Ada apa sebenarnya ini!”
            “Tadi ponsel Chaerin menelepon ponsel milik Nana. Dia pengguna jalan, dan ia melihat Chaerin sudah terjatuh ditengah jalan. Entah apa sebabnya,” jelas Sehun,
            “M-mwo?” lirih Kai, ia melemah dan semakin melemah saat tahu Chaerin tak akan dalam keadaan sehat malam ini. ‘aku akan melamarnya. Itu harusnya tapi nyatanya tidak,’ ujar Kai dalam hati menatap kotak cincin yang daritadi ia genggam. Benar saja, perasaan tak enaknya menjadi sebuah firasat terhadap Chaerin.

Dirumah sakit,

Nana sudah siap dengan semua keadaannya, ia pun segera berlari ke kamar gawat darurat. Chaerin tersenyum saat Nana menyibak tirai ruangannya. Nana hanya bisa mengerenyitkan dahinya, hanya bisa terheran sambil mendekati Chaerin.
            “Chaerin, ada apa sebenarnya?” tanya Nana,
            “Aku tadi pusing. Aku akan menjelaskan semuanya. Aku sebenarnya berniat untuk langsung mengunjungi apartemen Kai. Tapi siapa sangka, aku terjatuh dan pingsan ditengah jalan. Aku mendadak pusing,”
            “Terus? Kau pusing kenapa? Maksudmu menyuruhku memancing Kai datang kesini untuk apa?” tanya Nana,
            “Aku pusing ringan. Aku hanya sedang tidak fit, kalau soal aku menyuruhmu memanggil Kai kesini. Aku bermaksud untuk menguji seberapa besar rasa cintanya padaku,” ujar Chaerin,
            “Kenapa kau berpikir seperti itu?”
            “Aku tak mau menjadi penghalang perasaannya,”
            “Dia mencintai wanita lain? Biar ku hajar hidungnya,”
            “Iya. Kau tahu? Dia selalu membicarakanmu,” ujar Chaerin, Nana sekarang diam dan terbesit sedikit rasa bersalah atas perasaan Chaerin sekarang.
            “Tidak. Kau harus tahu bagaimana rasa khawatirnya Kai mendengar kau dirumah sakit,” jawab Nana,
            “Eoh?”
            “Iya, aku dikabari oleh Sehun tadi,”
            “Ka-kau?”
            “Iya. Sehun melamarku dua bulan lalu, rencananya kami akan meresmikan hubungan kami bulan depan. Kau tahu? Kai sedang menyiapkan sebuah rencana,”
            “Untuk apa?” tanya Chaerin,
            “Untuk melamarmu. Hahaha,” jawab Nana,  
Chaerin tampak murung dan matanya mulai berkaca – kaca. Sepertinya ada sesuatu yang ia pikirkan, tapi Nana tak akan menanyakan hal apapun. Mereka berdua pun akhirnya merencanakan sesuatu yang spesial untuk menagih perasaan Kai yang selama ini Chaerin ingin tahu.

            Kai dan Sehun segera berlari secepat – cepatnya ke ruang yang sudah Nana beritahu lewat pesan singkat. Disana Nana dan Chaerin akan berakting dan membuat Kai menyatakan cintanya pada Chaerin.
            “Disini,” ujar Sehun segera membuka pintu kamar rawat. Disana sudah ada Chaerin yang sedang berbaring lemah. Nana sedang memainkan gadgetnya, dan terkejut saat Sehun menepuk bahu Nana.
            “Chaerin kenapa?” tanya Kai yang baru sampai, tak ada jawaban yang berarti dari Nana dan Sehun. Kai pun segera pergi menghampiri Chaerin yang berbaring pulas. Ia meraih tangan Chaerin dan terus bertanya berharap Chaerin sendiri yang menjawab. Apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Kai pun mengambil cincin dari tempatnya,
            “Semestinya malam ini, malam kita chagi. Tapi keadaan berkata lain,” ujar Kai, ia meraih jari manis Chaerin. “..dan hanya ini yang aku mau buktikan,” cincin itu pun kini berpindah ke jari manis Chaerin yang juga memaniskan keadaan yang sunyi.
            “Jadi kau benar mencintaiku?” tanya Chaerin, sontak Kai mengangkat wajahnya dan menatap Chaerin.
            “Kau sadar?”
            “Memang aku tadi koma? Aku hanya tertidur saja. Aku kira kedatanganmu hanya mimpi, ternyata ini nyata. Sempurna juga mimpiku,” ujar Chaerin tersenyum manis, Kai pun menuntun Chaerin untuk duduk. Nana dan Sehun menyusul mendekati Chaerin, mereka pun bersenda gurau bersama. Sehun dan Nana segera keluar untuk membeli makanan.
            “Sepertinya Kai akan benar – benar mencintai Chaerin,” ujar Sehun merangkul Nana,
            “Iya. Kalau menyakiti Chaerin, aku akan menghajar Kai. Seperti ini,” Nana mempraktekkan pukulannya,
            “Kenapa kau benar – benar memukulku?” rintih Sehun memegang perutnya,
            “Itu untuk dendamku 4 tahun yang lalu,” ujar Nana berlari, dan Sehun pun menarik tangannya dan memeluknya,
            “Dan aku takkan melepaskanmu. Seperti ini,” canda Sehun memeluk Nana.
            “Hahaha arra arraseo. Kajja, ke kantin. Takutnya mereka berdua menunggu makanannya,” ujar Nana. Mereka berdua pun segera memesan makanan yang akan dibeli. Sesampainya didepan kamar Chaerin, sudah banyak perawat yang masuk kedalam kamar. Dan Kai? Diam bersandar diluar kamar rawat. Nana dan Sehun sesegera mungkin berlari menghampiri sahabatnya itu. Kai diam, dia menunduk terus. Akhirnya Sehun memilih untuk menuntunnya ke ruang tunggu dan Nana mencoba mencari tahu ke dalam kamar.
            “Ada apa sebenarnya dengan dia?” tanya Nana,
            “Dia tadi pingsan terjatuh. Saat tim medis datang, dia sudah ada dibawah dipangkuan pria yang sedang bersamanya,” ujar perawat tersebut,
            “Eoh, lalu? Apa sudah tahu dia sakit apa?”
            “Kami belum bisa mengeluarkan hasil diagnosa kami. Untuk lebih jelasnya, anda bisa bicara langsung dengan dokter yang menanganinya. Sebaiknya anda menunggu diluar ruangan,” jawabnya dan Nana pun melangkah keluar ruangan. Nana terus saja berdoa agar tak ada sesuatu yang serius terjadi pada Chaerin. Ia melihat Kai terus saja murung, Nana merasa ada sesuatu yang Kai rahasiakan darinya. Saat ia menghampiri Kai, akhirnya dia sudah bisa menceritakan apa yang terjadi didalam kamar selama Sehun dan Nana berada dikantin. Sehun tampaknya sudah tahu lebih dulu, dia hanya bisa tertunduk, dan mengucek rambutnya.

NANA POV

Sekarang aku bingung memahami keadaan, haruskah aku bertanya pada Chaerin langsung? Kai diam saja, aku harus paksa dia bicara. Tak lama Sehun menarikku menjauh dari Kai, dan keluar rumah sakit. Di taman, dia menyuruhku untuk duduk tenang dan mengarah padanya.
            “Chaerin, tak akan hidup lebih lama,” JEDAAAR! Bagai tersambar petir, tapi aku takkan percaya begitu saja dengan keadaan yang masih bisa berubah sewaktu – waktu.
            “A-apa? Kau tahu dari siapa?” tanyaku,
            “Kai yang memberitahuku,” ujar Sehun lemah dan menceritakan yang terjadi, ia pun bersandar kepundakku. Ia lemah, ia juga sepertinya merasakan bagaimana perasaan saudaranya kini. Aku paham betul Sehun, ia takkan tega melihat saudaranya terluka. Aku menenangkan Sehun, memeluknya, membiarkan ia bersandar di pahaku. Kai, itu yang sekarang kupikirkan, bagaimana perasaannya. Apa yang ia rasakan sekarang, tapi sepertinya Sehun merasa sedih.
Aku tahu sekarang, Chaerin tak akan hidup lebih lama lagi. Chaerin bicara pada Kai, untuk merawat kucing kesayangannya. Aku juga tahu, kenapa Chaerin murung saat aku bilang Kai akan melamarnya. Ia tak mau meninggalkan Kai begitu saja, ia tak mau ada rasa kecewa setelah ia melamarnya. Dan juga setelah mengetahui bahwa hidup Chaerin tak akan lama lagi. Yang aku kesalkan, kenapa Chaerin tak memberitahuku dulu. Dia mengidap Thalasemia, kegagalan pembentukan hemoglobin. Ia tak akan bertahan lama jika perawatannya terlambat.

Di dalam rumah sakit,

            Kami berdua berlari, tapi tak kutemui dia disana. Aku dan Sehun mencarinya dan ternyata dia berdiri didepan kamar Chaerin,
“Kai, aku sudah tahu semua,” ujarku, “dia akan dipindahkan ke kamar intensif,” Kai merunduk.
            “A-apa maksudmu?” ujarku tak percaya, dan tak lama sebuah tempat tidur sedang didorong ke luar kamar. Air mata Kai pecah dan ia pun mengiringi tempat tidur Chaerin.
            “Tu-tunggu dulu,” ucap Chaerin dengan nada lirih kepada perawat, “..Kai..” ujarnya, kulihat Kai segera memeluk tangan Chaerin.
            “Kau akan kemana, Chaerin?” ujar Kai menahan tangisannya,
            “Aku akan baik – baik saja, Kai. Percayalah pada tim medis,” ujar Chaerin menggenggam erat tangan Kai,
            “Aku percaya, Chaerin. Tapi aku tak ingin kau....” Chaerin memotong ucapan Kai, ia menyeka air mata yang jatuh dipipi Kai.
            “Tak perlu menangis sayang, aku akan selalu disisimu. Aku menyayangimu,” ujar Chaerin, tiba – tiba heart monitor tak memberi informasi baik. Chaerin melonggarkan pelukannya, mata Kai pun membulat. Chaerin pingsan setelah mengencangkan pelukan tangan Kai. Tangisan sahabat kami pun pecah, Sehun segera meraih Kai untuk tidak mengejar Chaerin.
            “Ia harus cepat ditangani, Kai!” ujar Sehun, Kai terus meraung sedih. “KAI!  DENGAR AKU!” Sehun pun terpaksa harus menampar Kai. Akhirnya dia berhenti menangis, dan terjatuh ke lantai tanpa ditahan Sehun.
            “Biar aku yang bicara,” ujarku, dan membangunkan Kai duduk dikursi.

Ending story

            Oh nampaknya sudah lewat malam natal itu. Oh ya, aku sudah menikah dengan Sehun dan tinggal bersama. Oh ya, aku sadar ternyata langit sudah berganti tahun, dan Chaerin tampaknya sudah tenang. Aku dan Sehun berencana untuk menjemput Kai siang ini. Kami akan bersama berkunjung ke makam Chaerin. Sejak saat itu, belum ku dengar Kai berkencan dengan wanita lain. Aku mulai mengerti, Kai adalah lelaki setia. Aku selalu bilang padanya, ‘jangan sampai kau sendiri seperti ini’ tapi ia selalu menjawab ‘aku masih ingin bersamanya. Aku dan kenangan kita,’ ya aku tak bisa berbuat apa – apa. Kali ini aku dan Sehun akan menjadi penyemangat Kai selama ia masih sendiri.


(Inspired by : My lovely baby ‘Kiaw’ – “yang tenang ya sayang, uri neomu sarang” )
Salam,
Toushiro Yagami
(selaku tim ekspedisi dua dunia >>dunia sadar dan tidak sadar<<)