SUB JUDUL II
Cerita yang mengawali cerita kita
...
이야기는 우리의 이야기가 시작됩니다 ...
Dini hari yang terasa sangat dingin
membuat Hahee terpaksa harus mengambil minum air hangat didapur. Rasa kantuk
yang teramat dalam ia lawan untuk mencoba menghangatkan dirinya. Saat ia keluar
kamar, hawa dingin menyelimuti bulu kuduknya entah apa yang membuatnya seperti
itu. Dia merasa ada yang mengikutinya didalam rumah tapi pada akhirnya ia
menghiraukan perasaan itu. Saat Hahee mencoba membuang rasa takutnya itu,
perasaan dingin itu mengikutinya lagi, ada apa sebenarnya ini. Sesampainya
didapur, Hahee langsung menyalakan dispenser untuk memanasi air. Lalu Hahee
duduk dimeja makan menunggu airnya matang, karena ia masih mengantuk ia
tertidur dimeja makan. Beberapa menit kemudian, seseorang mendekatinya dalam
mimpi, semakin dekat, semakin dekat dan....
“aaaah!!” teriak Hahee, lalu
seseorang itu langsung membekap Hahee.
“ssst, jangan berisik nanti
oppa bangun!” ternyata dia oppa-nya Hahee, D.O oppa. Dia dari tadi mengikuti
Hahee karena ada yang mau dibicarakan. Dia langsung mengambil minum untuk
adiknya itu, Hahee yang mendengarnya merasa lega ia khawatir kalau itu hantu.
“Habisnya, oppa, memang ngga
ada cara lain selain menguntit dibelakang. Oppa kan bisa panggil aku pelan -
pelan, gimana sih?” Hahee mengomel, oppa-nya hanya cengengesan melihat adiknya
yang manis itu ngambek dikagetin.
Oppa-nya mau bertanya soal tadi
disekolah, kenapa dia langsung turun dari panggung dengan wajah yang kesal
seperti tadi. Hahee terkesan tidak sopan saat itu, bagaimanapun caranya ia
tetap oppa-nya. Tapi Hahee menyangkal kalau ia langsung pergi tanpa sebab,
karena ia pergi punya sebabnya. Sebabnya itu karena tingkah oppa-nya yang
berlebihan membuat sensasi diatas panggung tadi siang. Hahee bilang, dia
melihat para fans X-One yang sedang menonton langsung menatap mata Hahee dengan
tatapan berapi - api. Seakan - akan tengah mengunci Hahee sebagai mangsanya,
“mereka seperti binatang buas yang mengincar rusa, oppa!” katanya yang disambut
gelak tawa oleh oppa-nya itu. Hahee membekap mulut oppa-nya untuk segera diam
atau membangunkan Suho oppa.
“Diam
dong oppa, selalu begitu kan. Aku ceritain serius, oppa malah anggap bercanda. Ini
serius oppa!! >.<“ Hahee menyubit lengan kakaknya yang gila itu.
“Hehe,
ampuun ampun. Ya maaf, aku ngga tahu kalau kamu bakal digituin. Oke oppa
berjanji, akan memperbaiki nama dongsaeng-ku, Hahee, agar ia tidak dimakan oleh
binatang buas yang sepertinya mau memangsa adikku yang manis ini. Selesai.”
Senyuman D.O oppa membuatnya merasa tenang dan tertawa karena lagi - lagi
kakaknya itu meledek dia.
“Jadi
besok mau orientasi ngga? Nyesel lho, nanti ngga ketemu sama anak baru yang
tadi bareng oppa. Sama satu lagi yang lincah kaya cacing itu, dia pintar loh.
Kau tahu? Kakaknya seorang dokter, tapi....” Hahee langsung antusias ketika
kakaknya mau menceritakan anak baru yang tampil kemarin siang. Hahee tidak mau
mendengarkan cerita selain tentang anak baru itu,
“Oppa!
Ayo ceritain tentang anak baru itu, tak usah tentang kakaknya. Ayoo!!” Hahee
menarik piyama kakaknya, dan kakaknya mau menceritakan mereka kalau Hahee
memenuhi satu syarat.
“Hmm,
iya iya tapi ada syaratnya.”
“Apa
oppa?” Hahee menghela napasnya,
“Besok
harus masuk soalnya oppa mau mengantar tuan putri yang cantik dan jelita itu
hehehe..yaya? Oke, deal?” katanya sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat
dengan adiknya itu.
“Sharon
maksud oppa?” D.O menjawabnya dengan anggukan yang terlihat sok imut itu, Hahee
pun setuju karena sebelumnya oppa-nya sudah berjanji buat memperbaiki namanya
di depan anak - anak sekolah. Lalu oppa-nya bercerita siapa saja murid baru
yang tampil, kenapa mereka tampil, dan kenapa mereka bisa bareng oppa-nya Hahee
itu. Lalu Hahee menanyakan orang yang imut dan suaranya emas itu.
“Yang
tadi suaranya bagus itu ya, oppa-mu ini. Selain oppa, ada yang anak baru itu,
yang katanya lucu itu. Namanya Byun Baekhyun. Dia dapat beasisiwa sekolah
disana, karena selain dia punya talenta bernyanyi juga dia pintar.”
“Itu
maksudku, oppa. Ouuh, Baekhyun namanya, dia keren banget, oppa. Aku suka
suaranya, suaranya itu lelaki banget. Dia akan sekelas tidak ya nanti
denganku?” Hahee senyum - senyum sendiri mengingat penampilan Baekhyun kemarin
siang. Lalu oppa-nya melanjutkan ceritanya,
“Nah,
kalau yang satu lagi ini anak yang oppa bilang kaya cacing tadi. Itu namanya
Kim Jong In. Panggilan biasanya oppa dan yang lainnya sih, Kai.” Hahee langsung
tersedak mendengar namanya, D.O menghentikan ceritanya.
“Kau
kenapa? Tidak apa - apa?” tanya oppa-nya khawatir,
“Gwaechana,
lanjut saja oppa,” kata Hahee sambil mengelap air disekitar mulutnya, dan D.O
kembali dengan ceritanya,
“Ekhmm,
dia itu ganteng kan? Kulitnya yang sedikit coklat seperti kau, tapi dia itu
tampan sekali.” Hahee mulai merasa takut, karena wajah D.O oppa bercerita
seakan - akan oppa menyukai Kai.
“Ih,
oppa. Kau tidak suka dengan Kai kan?” Hahee mencoba meledek kakaknya tapi kakaknya
punya banyak macam cara untuk membalikannya, membully adiknya. Seperti bumerang
yang balik lagi kepada yang punyanya,
“Ya
ngga lah, masa oppa suka sama cowo, haduh. Jangan mengarang, malah oppa lihat
kamu yang suka sama dia ya? Iya kan?” Hahee kembali diposisi serba salah. Dia
langsung membantah keras tuduhan oppa-nya itu,
“Aniyo,
aku cuma punya masalah kecil sama dia, dia menginjak tali sepatu aku. Tapi
dia....minta maaf sih tapi..”
“Tapi
apa? Jangan bilang kamu malah marahin dia?” oppa-nya menebak dengan tepat, ya,
Hahee malah memarahi Kai.
“Harusnya
kamu ngga begitu, Hahee. Kamu temperamental juga ya sebagai perempuan. Dia udah
berbaik hati meminta maaf, masa balasannya seperti itu, ahh kau bukan dongsaeng
ku.” ujar oppa-nya sambil menopang dagunya,
“Ya
habisnya bagaimana lagi oppa, aku keburu marah tapi aku sadar dia meminta maaf,
tapi pas aku berubah jadi baik hati aku malah ditinggal pergi, siapa ngga kesal
lihat itu, oppa!!” Hahee membela diri,
“Harusnya
kau temui dia dibelakang panggung, dia orangnya ramah kok, apalagi dengan
keluarga kita. Dia kenal juga loh sama Suho oppa. Mantannya oppa kan
noona-nya.” Memang Hahee sebenarnya mau ngobrol sama Kai, mau minta maaf tapi
masa perempuan yang lebih dulu maju,
“Nih
ya oppa, bagaimana kalau Kai udah punya jagi?
Aku yang bisa dihabisi sama jagi-nya.”
Hahee mulai bersemangat membicarakan ini, siapa tahu dia bisa dapat info lebih
lanjut tentang Kai.
“Mian,
dongsaeng. Aku ngantuk, besok aku ada tes. Malah mengajak ngobrol panjang,
untung saja aku udah belajar tadi walaupun sebentar. Hoaam, tampaknya bantal
dan guling sudah memanggilku. Daah,” D.O oppa meninggalkan Hahee yang sendiri
duduk diruang makan. Hahee sedikit kesal dan kembali penasaran apa Kai sudah
punya pacar atau belum. Hahee pun segera mengambil minumnya lalu pergi ke
kamarnya. Sepanjang jalan dia hanya mengingat pertemuan dia dengan Kai. Cukup
berkesan pertemuan itu membuat dia terus tersenyum sepanjang jalan. Walau
bagaimanapun Hahee masih punya hutang, ya apalagi kalau bukan minta maaf pada
Kai.
“Padahal
aku harusnya ngga memarahinya, aku ngga lihat sih, tapi kalau Chanyeol ngga
bilang sesuatu mungkin orang itu sudah aku habisi disekolah tadi. Memang aku
dengar sih dia minta maaf, tapi aku ngga menatapnya sedikit pun.” Hahee berpikir
kronologi kejadian kemarin siang. Sampai didalam kamar, dia membaringkan
badannya ditempat tidur dan kembali memikirkan anak yang namanya Kai itu. Hahee
berpikir harus bagaimana responnya kalau bertemu dia, apa dia harus menghindar
dari Kai atau malah SKSD didepannya?
“Aaah
aku bingung, Ya Tuhan, ngga serumit ini harusnya. Kenapa aku malah mikirin itu,
mungkin aja dia disana ngga mikirin aku, udah lupain...” Hahee terus mengetuk
kepalanya, lama kelamaan dia pun tertidur. Keadaan dirumah kembali seperti
semula, sepi sunyi tanpa ada aktivitas apapun. Semuanya kembali beristirahat
untuk menyambut pagi hari dan melaksanakan tugasnya masing - masing.
Keesokan
harinya,
Pagi
hari yang cukup cerah menyambut para penghuni dunia. Matahari mulai melaksanakan
tugasnya untuk menyinari bumi ini. Sinarnya memasuki celah setiap rumah dan
menyinari kamar Hahee seakan - akan sedang membangunkan Hahee yang masih
terlelap tidur. Oppa-nya yang sadar adiknya masih terlelap segera mengetuk
kamar Hahee dan berusaha membangunkannya.
“(tok..tok..tok)
Hahee, kamu udah bangun?” tidak mendengar jawaban, Suho oppa segera membuka
pintu kamar Hahee yang tidak dikunci. Ia mendapati adiknya masih tidur lelap,
tak tega membangunkannya, maka oppa-nya itu menutup kembali kamar Hahee.
Kakaknya berpikir mungkin adiknya benar - benar masih kurang fit untuk
mengikuti kegiatan orientasi siswa hari ini. Oppa-nya segera menelepon salah
satu guru disekolah itu, D.O oppa yang mendengarnya langsung diam - diam datang
ke kamar Hahee dan mencoba membangunkan Hahee. D.O oppa mencoba mengguncangkan
tubuh Hahee agar dia segera bangun,
“Hahee,
Hahee, bangun dong. Kamu lupa ya janjinya apa?”
“Ada
apa memangnya oppa? Aku masih ngantuk nih..” ujar Hahee sambil mengucek
matanya,
“Kan
sekarang udah pagi, kamu harus masuk orientasi hari pertama. Mana janjinya, kan
aku nanti cari tahu tentang Kai dan memperbaiki nama kau, Hahee. Ayo cepet,
nanti Sharon keburu naik bus umum, kasihan putri semanis dia naik kendaraan
umum.” Oppa-nya yang semangat langsung mengambilkan handuk untuk adiknya lalu
mendorongnya untuk segera ke kamar mandi,
“Iya,
oppa iya sabar dong.” Hahee yang sadar akan itu segera bangun dan bergegas ke
kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Hahee langsung
mencari seragamnya yang kemarin dipakai dia lupa disimpan dimana. Hahee
mencarinya sampai ketempat cucian, tapi tetap ngga ada. Dia langsung memanggil
kedua oppa-nya, ia lupa meletakkan seragamnya. Dan pagi itu mereka disibukkan
dengan mencari seragam dongsaeng tersayangnya itu. Mereka terus menanyakan ke
Hahee dimana terakhir adiknya ganti baju, dan katanya dia lupa, kemarin dia
langsung tidur. Dan mereka berdua langsung menghela napas bersama dan
menggelengkan kepala serentak.
“Hahee,
kamu itu kadang seperti anak - anak tapi kadang seperti orang tua ya.” Kata
Suho oppa,
“Tau
tuh, coba kesini sekarang lihat apa yang ada dibalik pintu?” D.O oppa langsung
menunjukkan seragamnya Hahee yang menggantung di balik pintu. Hahee yang saat
itu kaget, langsung tersenyum manis ke kedua kakaknya itu. Dia meminta maaf
kepada mereka karena sudah menyibukkan dengan hal yang sepele. Setelah Hahee
memakai seragamnya, ia pun bergegas ke ruang makan. Disana kakak-kakaknya sudah
menunggunya,
“Ayo
makan, nanti kamu terlambat. Memangnya kamu sudah sehat?” Suho oppa menanyakan
itu ke Hahee, dan kakaknya yang satu lagi itu memberikan kode agar adiknya
bilang iya.
“Iya,
oppa. Aku udah sehat, dari liburan aku sudah menunggu masa orientasi SMA. Jadi
kayanya aku masuk hari ini, lagian ada oppa D.O yang mau mengantar aku ke
sekolah. Jadi aku merasa lebih enak deh.” ujar Hahee sambil melahap sesendok
nasi goreng buatan D.O oppa.
“Benar
itu, kyung-ah?” tanya Suho oppa,
“Iyaa,
hehehe. Aku lagi mau mengantar dia, sepertinya aku siap jadi supir dia setiap
pagi..hihi” kata D.O oppa sambil menggaruk rambutnya.
“Ya
sudah kalau begitu, ayo makan sarapannya. Selesai ini, kita langsung
berangkat, kasihan Hahee kalau kesiangan dia bisa - bisa langsung dihukum
pertama kali sekolah,” ujar oppa Suho sambil tersenyum, dan mereka semua melanjutkan
makannya.
Lalu setelah makan pagi tadi, Hahee dan
D.O oppa naik mobil bersama sedangkan kakak sulungnya itu segera ke kantornya
seperti biasa. Diperjalanan, Hahee kembali diganggu oleh oppa-nya yang jahil
itu.
“Mana
janjimu? Sharon kok ngga sekolah?” tanya oppa D.O sambil menengok ke balik
pagar rumah Sharon dari dalam mobil.
“Mungkin
dia udah berangkat lebih dulu, oppa” Hahee kini berhasil membuat oppa-nya KO,
oppa-nya langsung sedih dan menyalakan mesin mobilnya.
“Oppa,
jangan sedih, mungkin aja dia sama kesiangannya kaya aku. Kita tunggu aja,”
Hahee mencoba menghibur, namun oppa-nya menggelengkan kepala, dan terus
mengemudikan mobilnya. Tanpa disadari, mobil mereka melewati Sharon yang sedang
berjalan sendiri menuju halte di ujung jalan. Hahee menyadari kalau yang sedang
berjalan itu Sharon langsung menepuk bahu oppa-nya agar berhenti sebentar,
“Oppa,
itu Sharon!”
“Mana?”
oppa-nya mendadak nge-rem dan alhasil Hahee terbentur dashboard mobil,
“Oppa,
pelan - pelan dong, huu.” Hahee sambil mengelus dahinya yang menabrak dashboard itu,
“Mian,
Hahee. Mana?”
“Itu,
biar kupanggil ya, sebentar.” Kemudian Hahee menjulurkan lehernya keluar
jendela mobil, “Sharon, Sharon! Sini, ayo berangkat bersama” Sharon yang
melihatnya segera berjalan menuju mobil Hahee, lalu ia naik ke mobilnya Hahee.
Hahee
langsung mewawancarai temannya itu dengan bermaksud meledek oppa-nya yang terus
senyum sepanjang perjalanan. Setelah bercerita akhirnya kami tahu kalau Sharon
tidak mendapat kiriman uang oleh orang tuanya jadi dia memutuskan berjalan ke
halte berikutnya selanjutnya agar biayanya lebih murah dibanding naik dekat rumah. D.O yang
merasa iba, kembali memanfaatkan situasi,
“Sharon,
apakah itu benar? Lain kali kalau butuh apa-apa mampir saja ke rumah. Kami membuka
pintu lebar-lebar untuk membantu.” Ujar oppa tetap memegang stir,
“Iya,
benar itu. Ahh tidak usah repot - repot oppa, kalau stok makan aku masih ada,
hanya berkurang sedikit kok tetapi itu sudah cukup. Gamsahamnida, oppa.”
Sharon tersenyum ke oppa-nya Hahee yang jelas cukup memuaskan untuk oppa-nya
yang sedang tergila-gila.
“Iya,
Sharon, benar apa kata oppa aku. Kamu kalau butuh apa-apa kerumah aku aja,
kalau kamu kerumah pasti ada yang senang.” Sharon terkejut mendengarnya dan
kembali bertanya,
“Memangnya
siapa?”, tanya Sharon oppa-nya Hahee melotot ke Hahee, dan Hahee membalasnya
dengan juluran lidahnya meledek.
“Hehe
pasti kita semua dong, kamu kan tetangga kami. Ya kan oppa?” ujar Hahee sambil
cengengesan. Wajah oppa-nya Hahee mendadak jadi memerah dan mencoba
menyembunyikan wajahnya itu dari pandangan Sharon. Mereka kembali diam
sepanjang jalan, Hahee masih mengotak - atik handphone-nya sedangkan Sharon
membaca novel bawaannya. Lagu “EXO-Baby Don't
Cry”menghiasi
sedikit suasana hening didalam mobil, dan mobil pun melaju dengan tenangnya.
Sesampainya
dihalaman sekolah, Hahee dan Sharon langsung turun dari mobil. Tapi Hahee
kembali ke dalam mobil karena mau menagih janjinya. Namun kata oppa-nya, dia mau
tahu siapa yang berani melabrak yeodongsaeng-nya itu lalu dia bakal bilang
pengakuan yang dijanjiin didepan semua anak termasuk yeoja yang dimaksud itu.
Hahee dan Sharon segera pergi ke aula lagi karena beberapa peraturan akan
diumumkan disana. Disana lagi dan lagi Hahee dan Sharon harus duduk paling
depan. Kali ini bukan karena anak-anak yang penuh dibelakang, tetapi karena
Chanyeol sudah menandai kursi kami didepan, mereka merasa ngga enak jadi duduk
didepan lagi. Hahee sempat heran kenapa Chanyeol sudah menandai kursi untuknya,
“Channie,
kenapa kamu udah tandain kursi? Memangnya kamu tidak dibelakang?” tanya Hahee,
“Ngga,
aku disini juga karena disuruh kakak kelas, kita sudah dikelompokan. Aku udah
lihat di mading sana, dekat ruang guru. Kamu sama Sharon itu sekelompok sama
aku, sisanya ada 2 orang lagi. 5 orang per kelompok, kamu udah ambil pita hijau
belum dekat gerbang? Disana sudah disiapkan, tinggal kamu ambil.” Jelas Chanyeol, Hahee langsung
bergegas, diikuti Sharon.
“Sharon,
kamu disini aja ya, kamu tandain kursi aku. Nanti aku ambil buat kamu, oke.”
Sharon menganggukkan kepalanya, lalu Hahee menitipkan Sharon ke Chanyeol.
Sepanjang jalan lagi-lagi Hahee masih jadi bahan perbincangan kakak kelasnya
terutama para cewek yang fans sama oppa-nya itu. Hahee tak
menghiraukan itu dan melanjutkan jalannya, sesampainya ditempat pengambilan
pita,
“Permisi,
kak, apa disini tempat mengambil pita?” tanya Hahee,
“Ya,
disini tempatnya. Kamu kelompok hijau kan?
Kelompokmu paling terlambat. Ini pitanya, sekalian kamu kasih ke teman kelompokmu. Emm, ini
untukmu.”
“Terima kasih, kak.” jawab Hahee, kakak kelasnya kemudian lihat daftar
hadir semua siswa orientasi. “Oh iya, tinggal 2 orang lagi. Kalau begitu, kamu ambil ini dan segera berkumpul di aula.” Lanjut kakak
kelasnya, dan Hahee hanya menjawab dengan anggukan, ia bingung harus membagikan
ini dengan siapa. Lekas dia berlari ke mading, dia terus mencari kelompok
hijau.
“Emm,
mana ya?” ujar Hahee sambil terus menunjuk daftar yang terpampang di mading.
“Ngga ada, ngga mungkin. Yaudah pasti kita ketemu di aula.” setelah mencoba
mencari daftar nama sebanyak itu, Hahee beranjak ke aula karena takut
terlambat. Disana Hahee bertemu dengan kakak kelas yang namanya Kris, dia tak
sengaja menabrak saat dia berusaha memakai pita dilengannya.
“Eh,
mianhae kak, aku ngga sengaja menabrak kakak, maaf sebelumnya.” Benar kata
orang-orang, dia itu orangnya cool, ngga ada respon lain selain senyum.
Biasanya ada basa - basinya tapi ini langsung pergi setelah melempar senyuman
yang singkat, ‘memang namja yang dingin, huu' ujar Hahee dalam hati. Saat
sampai diaula itu, ia semakin pusing karena semua murid sudah masuk kesana, dan
banyak yang masih keluar masuk. Kursinya sendiri saja, dia lupa. Setelah
mencari perlahan, ia melihat bangku yang masih kosong 3 orang, nah itu adalah
kursinya, itu juga Chanyeol dan Sharon. Yang belum hadir masih 2 orang. Lalu ia
menghampiri temannya yang menunggunya dari tadi.
“Sharon,
ini pitamu.” Hahee menyerahkan pita hijau milik Sharon, lalu duduk disebelah
Chanyeol,
“Kursi
sebelahku masih kosong. Yaudah biar terlihat terisi aku akan ditengah ya. Anak
kelompok kita ngga ada yang tepat waktu ya.” Hahee tersenyum,
“Kau
juga,” ujar Chanyeol cemberut mendengarnya karena tadi Hahee yang tadi
datangnya juga terlambat. Saat Hahee berpindah, ada seseorang yang tiba-tiba
duduk disebelahnya, saat Hahee menolehkan kepalanya sontak ia terkejut
melihatnya.
“Aigo-kau
siapa?” ujar Hahee sambil mengelus dadanya yang sempat berdetak kencang karena
kaget. Saat namja itu mengangkat wajahnya, Hahee semakin terkejut. ‘Ini kan
Baekhyun ahhaha ngga salah?' pikir Hahee, lalu Baekhyun menatapnya dan
tersenyum meminta maaf. “Mianhae,” katanya, lalu Hahee hanya tersenyum kembali
dan mengangguk. Hahee berusaha menjaga sikapnya, dan tetap tegar didepannya.
Dia mendekati kuping Hahee dan membisikinya,
“Maafkan
kakakmu, kemarin dia ngga salah. Kkkk” bisiknya,
“Aku
sudah memaafkan oppa aku, tapi dia salah, kenapa harus didepan mata para
pemujanya,” jawab Hahee,
“Daripada
kalau kamu sama aku, nanti yang ada, rumahmu diteror,
hahaha. Oh iya, aku
lihat kemarin kamu begitu marah ya, aku hampir takut lihatnya. Hmbph” ujar dia
sambil menutup mulutnya menahan ketawanya, lalu Hahee terus menghadap ke depan seakan
ngga peduli.
Merasa
dibiarkan, Baekhyun pun pindah duduknya dekat Chanyeol lalu sekarang Hahee yang
dicuekin. Ditengah kebosanan Hahee menunggu beberapa kelompok yang personilnya
masih kurang termasuk kelompoknya. Dia terus melihat jam dan tak henti-hentinya
bergumam lagu “Angel” yang dibawain kakaknya waktu itu. 'Ternyata lagunya enak juga ya, oppa oppa, suaramu itu loh' ujar
Hahee dalam hati. Waktu
terus berjalan, satu persatu personil mengisi bagian dari kelompoknya
masing-masing. Begitu acara mau dimulai, panitia pun mengabsen kembali peserta
didalam aula, “kelompok kuning Kyung Hee, .....”, “kelompok orange Lee Hyu min,
.....”,”kelompok biru Kim Kibum, .......”, lalu “kelompok hijau,” tak tik tuk
tik tak tik tuk, kami pun hanya bisa menunduk dan Chanyeol bilang ngga ada satu
orang lagi. Saat ditanya siapa namanya, kita semua ngga ada yang tahu. Dan kami
kembali menunggu satu menit saja. Belum berjalan tuntas satu menit, panitia
yang lain berbicara sesuatu, “kelompok hijau dimana?” lalu Hahee melambaikan pita yang ia
sisakan untuk satu personil lagi. Lalu panitia pun menunjuk ke arah blok
kelompok hijau, Hahee kembali menyandarkan badannya ke kursi. Saat ia menghela
napas, ada seseorang langsung duduk disebelahnya. Ia pikir anak ini kurang
sopan terhadap temannya sendiri, sudah terlambat ngga sadar dan ngga minta maaf
ke yang lain.
“Lain
kali minta maaf kalau punya salah, setidaknya kamu masih sama teman sendiri.”
ujar Hahee sambil menghadap ke depan memerhatikan peraturan yang dibacakan
ketua OSIS. Lalu orang yang duduk di sebelah Hahee menjawab,
“Buat
apa aku minta maaf, lagipula kan kau yang salah. Kau yang terlambat,” ujar
Hahee. Dari cara bicaranya seperti orang yang dekat denganku, Hahee tersadar
bahasa yang orang tadi pakai itu tidak baku tidak seperti anak baru yang lain.
Emm tapi...Hahee terkejut melihat sebelahnya itu adalah Kai,
“Kenapa?
Kaget ya? Aku minta maaf,” ujar Kai,
“Oh begitu ya, toh kalau aku minta maaf apa akan dimaafin, begitu?” Hahee mulai merasa kesal kenapa anak ini
menyebalkan untuk pertama kalinya berbicara. Jadwal hari ini, kami menentukkan
kelas dan masing - masing kelas ada 5 kelompok dan semuanya harus merapikan dan
mendekor kelas masing - masing sedemikian rupa. Kakak kelas memberikan
kesempatan dari masing - masing kelompok untuk berkreasi. Saat diumumkan masa
orientasi siswa baru dimulai hari ini, kami pun bergegas ke kelas yang sudah
ditentukan. Kelihatannya Sharon sudah mulai akrab dengan Chanyeol, sisanya
hanya aku sendiri.
‘Huuh,
rasanya punya jumlah kelompok ganjil itu ngga enak ya, pasti ada yang sendiri,' omel Hahee
dalam hati. Kai yang melihat Hahee berjalan dengan menundukkan kepalanya itu
mencoba menghiburnya. Kai menepuk bahu Hahee, “Hoy!!”
sapa Kai,
“Hmmh!!”
Hahee kembali terkejut, “Oh kau, ada apa?” tanya Hahee,
“Tidak,
aku lihat kamu murung, kenapa? Kamu tidak suka aku masuk kelompok kamu? Apa
karena masalah tali sepatumu? Terus aku cuman bisa dance? Aku itu juga pernah
belajar beberapa bahasa, selain bahasa Korea.” Katanya sambil memasukkan
tangannya ke saku celananya.
“Aniyo,
aku suka kamu dikelompokku. Eh? Aku ngga pernah berpikiran kaya gitu loh ke
kamu, jangan salah paham dulu. Oh iya, lead kelompok kita Chanyeol ya.” Hahee
menunjuk ke orang yang sedang mencandai Baekhyun dan Sharon itu.
“Ah-arasseo,
dia itu namanya Chanyeol, dia lucu ya? Selera humornya tinggi, aku saja
mendengar dan melihat mimiknya saat melawak, perutku mendadak terasa terkoyak
ingin tertawa. Apalagi kamu ingat, waktu aku di stage aku melihat wajahnya yang
memerhatikanku begitu serius aku hampir ingin tertawa terbahak - bahak.....”
cara berceritanya, aku sangat suka. Dia mudah bergaul, aku suka namja seperti
ini, tidak sombong, tidak memilih teman. ‘Hmmh, seandainya kau dari dulu jadi
sahabatku,' sambut Hahee dalam hati.
Hahee mulai senang dengan
cara Kai mendekatinya, menurut Hahee dia itu orang yang asyik dan benar kata
D.O oppa. Nyatanya sampai sekarang Hahee merasa bersyukur hari ini jadi
mengikuti kegiatan orientasi, dari acara ini hikmahnya Hahee bisa mengenal
dekat Kai. Kai mulai bercerita soal eonnie-nya, kemudian wajahnya berubah menjadi
suram bagai langit yang tiba-tiba mendung. Dia bercerita kalau dia punya satu
eonnie yang cukup ia sayangi, yang eonnie-nya yang bersekolah di salah satu
institut kedokteran di Korea tetapi, sesuatu terjadi tanpa ada yang tahu,
takdir,
“Sudah lama dia sakit,
memisahkan orang yang saling mencintai itu rasanya cukup sedih apalagi
kekasihnya waktu itu. Aku tak tega melihatnya bersedih. Rumah sakit sepakat
mengatakannya meninggal agar kakakku bisa dibawa ke luar negeri untuk melakukan
beberapa perawatan yang lebih lanjut. Dia, pacar noona-ku itu terpukul, sejak
saat itu aku dengar dia telah melupakan cita - citanya menjadi dokter,” Hahee
semakin antusias mendengarkannya,
“Memangnya kenapa?” tanya
Hahee penasaran,
“Karena dia merasa gagal
menyelamatkan noona-ku dari sakitnya.” Hahee merasa ada yang aneh, ia berpikir
semua ceritanya, apa yang diceritakan, dan semuanya itu sama dengan yang
oppa-nya pernah ceritakan,
“Lalu?” kata Hahee,
“Ya begitu, aku langsung
memberitahukannya kalau noona-ku harus sudah dimakamkan, tanpa memberitahu
dimana tempatnya. Aku terpaksa berbohong karena dengan jalan ini aku yakin dia
bisa sembuh dan dibawa keluar negeri. Saat pacar noona-ku itu meninggalkan
rumah sakit, aku dan keluarga segera memindahkan noona-ku dan menerbangkannya
ke luar negeri” sambung Kai,
“Tanpa memberitahu oppa itu?
Apa dia tidak akan terpukul?” Hahee melotot seakan-akan ia merasakan
terkejutnya pacar eonnie Kai saat itu.
“Molla, aku tidak tahu
sekarang dia dimana. Aku tidak begitu dekat dengan keluarganya, jadi aku tidak
bisa menanyakan. Aku pernah ke universitas hyung itu, tapi ternyata dia sudah
mutasi ke universitas lain. Dan data dirahasiakan,” Kai yang segera masuk
kedalam kelas, dan menepuk bahu Hahee pelan-pelan,
“Hahee, Hahee...” bisik Kai,
Hahee langsung menggelengkan kepalanya agar sadar dari lamunannya itu. Hahee
makin penasaran ingin tahu cerita panjangnya, tapi Kai menarik tangannya untuk
segera masuk ke kelas.
“Tolong rahasiakan itu ya,
hahah..” pinta Kai, lalu Hahee mengangguk dengan senyuman polosnya.
“Kau dan aku dan kelompok
kita harus terus berusaha keras dalam tugas ini jadi kita bisa memenangkan
kelompok orientasi ini.” goda Kai sambil membisiki Hahee, dan tampaknya Hahee
canggung. Kai dan Hahee langsung mendekati anak kelompoknya yang lain, Chanyeol,
Baekhyun, dan Sharon sudah menunggu dimeja yang sudah ditentukan. Lalu mereka
langsung mendiskusikan akan mengambil bagian mana yang akan didekorasi oleh
kelompok mereka. Melihat suasana lebih banyak yeoja dibanding siswa namjanya,
mereka dapat ide gimana kalau mulai mendekorasi bagian mading kelas bagian
depan dan belakang juga mendominasi warna pastel biar lebih enak juga
penampilannya. Dan mereka pun setuju, dan bergegas mencari bahannya di koperasi
sekolah. Hahee tidak melihat oppa kesayangannya yang sedang menunggunya duduk
santai sambil berbicara bersama beberapa temannya.
“Kakakmu itu seru ya,” ujar
Chanyeol, Hahee menjawabnya dengan senyuman.
“Hah? Memang kenapa?” tanya
Hahee,
“Lihat saja, dia akrab
walaupun berbeda sekolah,” ketika Hahee melihatnya, ia langsung terkejut.
Kai yang melihat oppa-nya Hahee, langsung
mendekatinya,
“D.O Hyung!!” mereka pun
berjabat tangan dengan cara mereka sendiri yang disusul oleh Baekhyun,
“Hyung-ah, ngapain disini?
Hyung-ah ngga ada jadwal sekolah?” tanya Baekhyun,
“Aku sedang mengawal tuan
puteri itu,” ujarnya sambil menunjuk Hahee yang membawa beberapa barang untuk
dibawa ke kelasnya,
“Karena peristiwa kemarin?”
ujar Kai, dan disambut tertawa bersama, tampaknya Hahee tidak suka perbuatan
kakaknya yang mengganggu itu.
'Buat apa sih oppa ngomong kaya begitu,
haduuh' Hahee mengomel dalam hati, dia merasa sebel karena hanya Kai yang
tertawa, tertawanya Kai terkesan meledek dan ngga peduli tentang kejadian
kemarin. Karena marah Hahee langsung berjalan ke kelas seorang diri yang
ditunggu oleh Sharon dan Chanyeol.
“Huh kalau begitu caranya,
harusnya aku jangan senang dulu bisa ngobrol bareng dia. Toh malah dia yang
menyebalkan sekarang,” ujar Hahee menggerutu, dan ditengah perjalanan ia
dihadang oleh kakak kelasnya yang kemarin mencegatnya sebelum masuk ke mobil.
Hahee mendadak panik, ngga mungkin dia teriakin oppa-nya suruh datang kesini.
Tangan Hahee ditarik ke sebuah tempat dibelakang sekolah, tepatnya halaman
dekat gudang sekolah. Mereka memang ada tiga orang tapi kalau lawannya hanya
satu, tetap saja Hahee kurang personil. Hahee yang mulai gugup, langsung lupa
segalanya karena jika dia panik dia bakal bingung apa yang harus dilakukan dia
saat itu, suasana mulai tegang saat Hahee disuruh duduk disebuah kursi bekas
yang ada dibelakang sekolah.
“Eonnie, maafkan aku. Kalau
memang aku punya salah, aku sangat minta maaf. Aku akan melakukan apa saja
untuk eonnie, tapi biarkan aku pergi,” ujar Hahee sambil gugup, kakak kelasnya
lekas tersenyum sinis dan mereka saling bertatap mata seakan-akan akulah target
mereka. Lalu mereka berunding untuk mengerjai Hahee, dan mereka langsung
mendapatkan satu ide. Hahee keluar dari belakang sekolah itu dengan baju yang
berantakan, seperti tampilan mereka yang tidak seperti murid sekolah. Hahee
malu tapi ini yang harus ia lakukan mau apalagi dia terlanjur berjanji kepada
mereka. Dan Hahee pun keluar dari sana dengan hasil make over kakak kelasnya
itu, Hahee berjalan sambil menunduk malu. Ia mau menangis, sepanjang jalan ke
kelas ia jadi bahan pandangan semua anak sekolah, Kai yang menyadari hal itu
langsung melepas blazer sekolahnya dan memakaikannya ke badan Hahee yang sudah
banjir air mata.
“Kamu ngga apa-apa?” Kai
menunduk untuk melihat wajah Hahee yang tertutup oleh rambutnya,
“Iya Kai, tolong bawa aku ke
kelas ya, jangan bilang oppa aku.” bisik Hahee yang tidak ditanggapin Kai,
karena Kai tidak bisa berjanji tidak akan memberitahu oppa-nya Hahee.
Sesampainya dikelas pun, Hahee masih menjadi sorotan beberapa pasang mata. Kai
segera ke depan kelas dan mengumumkan kalau Hahee itu korban kakak kelasnya,
ini bukanlah dia, ini bukan penampilan aslinya. Lalu mereka bergumam
dan semua
langsung bersimpati kepada Hahee dan Sharon segera merapikan penampilan Hahee
lagi. Saat Hahee lengah, Kai langsung bergegas memberitahu D.O oppa karena yeodongsaengnya
dikerjai kakak kelas. D.O yang marah menahan emosinya lalu saat jam istirahat,
dia sengaja mengumpulkan semuanya diruang aula. Lalu ia maju sendiri ke depan
dan ia berbicara seperti orang yang sedang berdeklarasi.
“Disini aku Do Kyung Soo,
meminta maaf kepada para fans X-One yang kemarin terkejut. Dia itu adikku, Jang
Hahee, maaf membuat kalian bingung. Aku sangat menyayangi dia, karena dia
maknae dikeluargaku. Dan aku akan marah jika ada yang melukainya sedikitpun.
Untuk semua hal yang terjadi, maafkan aku, atas nama X-One saya Do Kyung Soo
meminta maaf.” ujar oppa-nya Hahee yang mendapat respon baik dari beberapa
fansnya, mereka bahagia dan juga lega kalau tahu Hahee itu adiknya. Sedangkan
kakak kelas dan kedua temannya itu saling bertatap wajah karena takut oppa-nya
Hahee menyadari kalau mereka yang mengerjai Hahee. Mereka menatap Hahee yang
tersenyum haru melihat kakaknya tampak dewasa sekali didepan sana. Kemudian
setelah jam istirahat selesai, mereka kembali ke kelas masing-masing lalu D.O
oppa langsung memeluk dongsaengnya itu. Hahee segera ke kelas karena sudah
dijemput Kai untuk ke kelas bersama.
“Hyung-ah, aku bawa adikmu
dulu ya, kami harus ke kelas sekarang, gamsahamnida.” lalu mereka berdua pergi
ke kelas dan oppa-nya Hahee kembali ke sekolahnya setelah izin beberapa jam
pelajaran. Hahee dan Kai sudah mulai dekat dan Hahee pikir mereka akan lebih
akrab lagi nantinya.
Sesampainya dikelas,
Baekhyun menatap Kai sinis karena bisa mendekati Hahee secepat itu. Baekhyun
pun memberikan tempat duduk untuk Kai dan Hahee duduk diantara Chanyeol dan
Sharon.
“Kamu lega ya sekarang?
Kakak kelas yang nge-bully kamu pasti udah ciut tuh.” sahut Sharon setelah
Hahee duduk,
“Iya, benar banget. Sekarang
serahin kakak kelas itu ke aku, biar aku deketin terus aku pacarin hahaha”
sahut pula Chanyeol yang mulai membuka tema leluconnya yang aneh itu. Tak lama
kakak kelas itu menghampiri Hahee dengan wajah penuh harapan.
“Hei Hahee, aku minta maaf
ya, ngga seharusnya aku jadi kakak kelas kaya begitu. Mian ya Hahee,” kata
kakak kelas itu yang disambut permintaan maaf juga dari kedua temannya. Hahee
pun memaafkan kakak kelas itu, namun Chanyeol yang selalu memanfaatkan keadaan,
“Annyeonghaseyo, noona.”
sapa Chanyeol ke kakak kelas itu dengan senyuman termanisnya,
“Ne, mwo?” jawab kakak
kelasnya,
“Perkenalkan nama aku
Chanyeol, kak. Boleh aku kenal siapa noona?” lagi-lagi Chanyeol kembali
tersenyum, dan kakak kelas yang menyadari tingkah Chanyeol yang aneh itu
langsung merubah sikapnya seperti ibu tiri yang melihat anak tirinya dengan
tatapan sinis,
“Boleh saja, aku Jessica
Kim, sudah kamu bantu temanmu, jangan bicara saja ayo cepat.” kakak kelasnya
menuju depan kelas dan mulai memberitahukan kalau waktu yang dimiliki setiap
kelompok tinggal 30 menit lagi. Mereka semua lekas bergegas untuk bagian finishing. Hahee dan Baek menempelkan ke
mading bagian belakang yang lebih tinggi, dan Kai juga Chanyeol merapikan
bagian yang belum sempurna dimading kelas bagian depan, Sharon membersihkan
tempat kita kerja tadi karena kebersihan menjadi penilaian. Setelah bel
berbunyi, kita pun berhenti bekerja karena itu bel tanda selesai. Hahee, Baek,
dan yang lainnya kembali ke meja menyusul Kai, Chanyeol dan Sharon yang sudah
duduk dimeja.
“Channie, bagaimana rasanya
berkenalan sama kakak kelas? Sudah lega, berarti bisa mimpi indah dong ya?”
goda Hahee, dan Chanyeol hanya bisa manyun dan cengengesan sambil menggaruk
rambutnya.
“Ya kan kau sudah melihatnya
sendiri. Bagaimana tadi? Cukup menyenangkan bukan?” kata Chanyeol meledek
Hahee, dan mereka semua tertawa bersama-sama. Chanyeol sudah mendapat poin
karena sudah memperbaiki mood teman - temannya, sesuai moto dihidupnya yaitu
mengembalikan mood teman - temannya yang sedang berantakan. Dari situlah mereka
mulai merasa nyaman satu sama lain, dimasa orientasi SMA pun Hahee
menganggapnya sebagai pertemuan yang menyenangkan. Banyak kejadian yang
melambangkan pepatah “Something Special at the First Sight”. Semakin hadir
keseruan datang, disitulah dekatnya dengan perpisahan. Ya, Hahee dan teman -
temannya merasakan itu saat masa orientasi mau ditutup. Mereka terus berdoa
agar mereka bisa satu kelas lagi dan bersama lagi seperti sekarang.
“Aah, sore ini sudah mau
penutupan ceremony orientasi nih, bagaimana nasib kita ini? Apa kita harus
terus orientasi biar tidak terpisah?” ujar Chanyeol yang saat itu sedang
menunggu pesanan makanan dikantin. Mereka menunggu jadwal pengumuman dengan
jajan bersama ke kantin.
“Iya sih, ya bagaimana lagi
Chanyeol. Mau tidak mau, kita harus menyudahi orientasi ini, masa kamu mau
orientasi terus. Ya, itu sih mungkin kamu saja, aku mau masuk kelas,” sahut
Baekhyun sambil melahap makanannya, Sharon juga mengangguk mendengar perkataan
Baek. Yang tampak tenang disana hanya Kai, dia tetap santai sambil meminum
sekotak susu. Semuanya langsung memandang kearah dia, berharap dapat respon
lebih dari Kai namun seperti pada awalnya dia tampak lebih, lebih, lebih
tenang.
“Kai, kau ini jangan terlalu
tenang begitu dong. Ahh..” ujar Baekhyun kecewa, lalu Kai akhirnya berbicara
juga.
“Kalian, tolong jangan
berlebihan. Buat apa panik seperti itu? Yang ada kita harus menikmati sisa
waktu kebersamaan kita ini kan? Benar tidak?” semuanya saling bertatapan, tidak
menyangka kalau Kai bisa bicara sebijak itu. Hahee geleng - geleng kepala
sambil berdecak,
“Kalian, kenapa begitu?
Memang teman kita ini benar, kita harus tetap tenang kan? Berarti dia membantu
mensugesti kita agar lebih tenang kan? Belajar untuk menerima dengan baik
pendapat orang dong.” ujar Hahee, dan momen ini ngga akan disia-siakan sama
teman yang lain untuk menggoda pasangan ini, terutama Chanyeol.
“Ekhmm, ada apa dengan
kalian?” ujar Chanyeol yang membuat Hahee melotot,
“Apa?” tanya Hahee,
“Iya, diantara kalian? Apa
kalian pacaran? Hem? Hem?” goda Chanyeol sambil menunjuk kearah Hahee dan Kai
yang duduk bersebelahan,
“Aku? Dia? Ya ngga lah,
kalau ngga percaya tanya saja sama Kai,” lalu Hahee mengarahkan wajahnya ke
Kai,
“Hahah, mungkin dia masih
malu mengungkapkannya. Lihat saja nanti,” jawab Kai, mencoba untuk bercanda dan
ikut menggoda Hahee yang serius sekali meminum sekotak susu digenggamannya.
Sore itu menjadi waktu yang paling menyebalkan untuk Hahee karena disore hari
itulah Hahee dibully. Dia langsung meminta Baekhyun untuk pindah tempat duduk,
tapi sesuai perintah Chanyeol akhirnya Baekhyun menolak permintaan Hahee.
Sharon yang melihat temannya dibully pun mengalah, pindah tempat duduk. Tapi
percuma, letak Sharon duduk itu bersebelahan di sisi kiri Kai itu, artinya
hanya berpindah dari kanan ke kiri, Hahee cuma membalas dengan senyuman ke
Sharon. Tapi akhirnya Hahee tidak pindah tempat duduk, alhasil Chanyeol lebih
menggoda Hahee.
“Aduh, semakin terlihat saja
hubungan kalian. Ayo, cepat cerita sebelum aku yang yang teriak ke semua anak
dikantin ini, biar kamu diterkam kakak kelas lagi looh!” Chanyeol yang
mengancam langsung berdiri dari duduknya. Baekhyun menarik baju Chanyeol agar
kembali duduk, tapi Chanyeol tetap mengancam sebelum Hahee jujur yang
sebenarnya.
“Sudahlah Hahee, ceritakan
awal kita bertemu. Daripada kamu dibuat malu buat kedua kalinya, tidak ada
ampun nanti. Hehe” ujar Kai sambil memakan cemilan kacang - kacangan. Hahee
menatap mata Kai dengan tajam, seakan memberikan kode, ‘Habislah kau pulang
nanti, Kai!' amarah Hahee dalam hati. Wajah Hahee yang mendadak memerah sudah
menjawab penasaran Chanyeol,
“Oh nyatanya benar, kalian
memang sudah pacaran. Wah jangan - jangan kalian sud-- “ Hahee melempar sebutir
kacang ke wajah Chanyeol,
“Aww... Hey, kau ini
kenapa?” kata Chanyeol, kemudian Hahee yang merasa tersinggung langsung pergi
ke toilet. Mereka semua hanya bisa melihatnya beranjak, apalagi tatapan Kai
yang tenang berubah menjadi kekhawatiran.
“Kau juga sih, Channie.
Kalau bercanda jangan berlebihan,” nasihat Sharon ke dia, Baekhyun pun ikut
mengangguk.
“Aku kan ngga tahu kalau dia
sedang sensitif. Kalau aku tahu mungkin aku akan lebih parah dari itu. Heheh”
disaat seperti ini, Chanyeol masih berusaha bercanda. Sharon dan Baekhyun hanya
bisa menggelengkan kepala mereka, sedangkan Kai menyusul Hahee yang sudah jauh
masuk ke kamar mandi. Lagi dan lagi, Hahee selalu salah masuk kamar mandi kalau
sedang emosi, dia malah masuk kamar mandi pria. Kai langsung menyusul, dan
berdiri didepan pintu kamar mandi yang diisi Hahee. Kai membujuk Hahee agar
keluar kamar mandi dan ingin menjelaskan semuanya maksud Chanyeol dan kesalahan
teknis masuk kamar mandi.
“Hahee, lebih baik kau
keluar sekarang, sebelum banyak orang yang masuk,” ujar Kai, Hahee tetap
menjawab tidak mau. Kai terus meyakinkan kalau sebaiknya Hahee cepat keluar,
jawabannya tetap sama, tidak mau. Akhirnya Kai meninggalkan Hahee dikamar
mandi, dan benar dugaan Kai. Semua anak yang mau memulai jam pelajaran olah
raga mengisi kamar mandi penuh. Hahee yang menyadarinya, langsung panik didalam
kamar mandi,
‘Kenapa harus dua kali
terjebak dikamar mandi ini? Mungkin ini kamar mandi yang membuatku selalu sial,
bagaimana ini?' rintih Hahee, dia mulai kebingungan saat ada seseorang diantara
mereka yang mengetuk pintu kamar mandi, dia mulai bingung memikirkan bagaiamana
menjawab ketukan itu. Gak mungkin kan, Hahee keluar dari kamar mandi itu?
Setelah beberapa lama, untung saja orang itu menempati kamar mandi yang
lainnya. Sedikit lega dari tegangnya, Hahee mencoba untuk tidak gegabah dan
panik didalam kamar mandi.
“Permisi, hyung-ah.
Permisi,” Kai langsung menyelinap masuk diantara kakak kelas itu. Saat Hahee
semakin panik handphonenya berdering, ternyata pesan dari Kai.
‘Sudah,
kau diam saja didalam. Aku tunggu diluar pintu kamar mandi, jangan teriak
jangan bicara. Nanti aku kedalam kalau sudah tidak ada orang lagi. Didalam
kamar mandimu itu ada bajuku, pakai dulu. Sudah tunggu didalam dulu ' pesan
dari Kai.
Hahee pun mengikuti
perintahnya. Setelah semua orang - orang itu pergi dari toilet, barulah Kai
menjemput Hahee dari dalam kamar mandi. Dengan cepat Kai menjemput Hahee, lalu
dia menutupi Hahee dengan jaketnya. Beberapa langkah ke arah pintu, ternyata
ada seorang lagi masuk. Karena terburu - buru mereka menabrak anak itu sampai
dia terjatuh,
“Ouh...” rintih namja
berwujud tinggi semampai itu,
“Mianhaeyo, mianhaeyo,” ujar
Kai,
“Iya tidak apa - apa,”
jawabnya sambil dibantu Kai untuk berdiri. Ketika Kai menatapnya sekian detik,
“Oh? Sepertinya aku tidak
pernah melihat kau?” tanya Kai yang terheran.
“Haha, iya aku baru datang
kesini. Mungkin kalian ngga pernah melihat aku, aku pernah kesini kok. Hehehe”
jelas lelaki itu sambil menggaruk kepalanya. Dia melihat orang yang disebelah
Kai, memakai baju lelaki tapi yang membuatnya heran adalah sepatu yang
dipakainya, ini sepatu cats yang biasa dipakai perempuan, ‘Sepatunya seperti
yang sering para yeoja pakai ya?' tanyanya sendiri. Saat matanya melihat ke
atas lalu ke bawah, dia menemukan rambut Hahee yang terlepas dari ikatannya.
“Ahh! Dia seorang
perempuan?” ujar namja itu sambil menengok ke balik jaket merasa tak percaya.
Hahee pun mengangkat wajahnya dan dia hanya bisa tersenyum kaku. Dan namja itu
terlihat sangat terkejut. Lelaki itu mengintip keluar kamar mandi, menyadari
akan ada sesuatu dan itu langsung
mendorong mereka berdua ke dalam kamar mandi, ada beberapa anak lainnya datang
ke kamar mandi. Lelaki itu lalu mendorong mereka berdua ke dalam kamar mandi
dan jadilah acara bersempit ria, karena yang masuk sekaligus bertiga.
“Hei..kenapa masuk lagi?”
tanya Kai semakin kebingungan. Memang tepat sekali, ketika Kai dan Hahee masih
bertanya - tanya, masuklah beberapa orang ke kamar mandi. Mereka segera meminta
maaf kalau daritadi mereka berpikir yang tidak - tidak. Hahee merasa speechless,
karena dia sedang berada diantara dua orang namja. ‘Aduh, pengen keluar'
gelisah pikiran Hahee, saat Hahee memejamkan matanya beberapa waktu, akhirnya
orang itu keluar juga. Kai menarik tangan Hahee terburu - buru lari keluar
kamar mandi sampai - sampai lupa mengucapkan terima kasih. Dan dari kejauhan,
namja itu, “Sama - sama teman, salam kenal,” ujarnya sambil memandang Kai dan
Hahee yang berlari ke aula. Sampai disana mereka bernapas lega karena belum
memulai acaranya, acara closing ceremony dari orientasi karena besok sudah
mulai belajar formal. Chanyeol tersenyum melihat mereka berdua jalan
mendekatinya. “Ekhhm!!” goda Chanyeol, tiba-tiba kepala Chanyeol mendapat
pukulan dari Baekhyun,
“Hey? Kenapa semuanya jahat
sih sama aku? Apa salah aku hari ini, Tuhan?” rintih dia sambil berdoa,
“Kau itu memang punya banyak
salah. Baru juga membuat salah, kau sudah lupa lagi, ckc” ujar Baekhyun,
“Baekhyun-ah, apa salahku?
Aku ini kan baik, iya kan Sharon?” ujarnya sambil menatap Sharon yang
disebelahnya, jelas Sharon langsung menggeleng mengatakan tidak. Wajah Chanyeol
langsung cemberut, Hahee pun pergi ke Aula dan Kai mengambil tasnya yang ada
didalam kelas. Didalam kelas, dia mendapati barang-barangnya Hahee masih
berantakan. Saat ia memasukkan semua kedalam tas, buku diary Hahee terjatuh dan
keluarlah beberapa foto. Itu foto Hahee bersama kedua oppa-nya, ia terkejut
melihat oppa-nya Hahee, 'Hyung?! Dia kakaknya Hahee?' tanpa berpikir panjang,
dia segera membenahi barang-barang Hahee dan membawanya ke ruang aula. Ketika
acara dimulai, Kai segera datang duduk ke tempatnya dan menyerahkan tas Hahee,
“Terima kasih ya,” ujar
Hahee, dan Kai menjawabnya dengan senyuman yang mengandung rasa tak percaya.
Dia masih tidak percaya, kenapa bisa bertemu dengannya atau secara tidak
langsung berhubungan kembali dengan masalah kakaknya dulu. Acara penutupan
itupun berjalan dengan lancar. Mereka pun pulang bersama - sama, termasuk Hahee
dan Kai.
~Intermezzo~
Pagi - pagi sekali, sekolah sudah
dipenuhi siswa baru, karena hari ini pembagian kelas dan masuk pembelajaran
pertama. Hahee dan yang lainnya sudah berkumpul didepan gerbang sekolah
menunggu Chanyeol yang sudah biasa terlambat. Saat Chanyeol datang, mereka
berkumpul dan tertawa bersama seakan - akan tak ada masalah diantara mereka,
seperti biasa lagi. Baru melangkah bersama dua langkah, Hahee dan Kai
tersungkur karena tali sepatu mereka saling terinjak satu sama lain. Kai segera
mengikat tali sepatunya, sedangkan Hahee tidak berusaha mengikatnya sama
sekali, pasrah. Baekhyun langsung menarik Chanyeol jauh - jauh karena takutnya
dia mulai cari masalah lagi seperti kemarin.
“Maaf ya, aku tadi tidak
sengaja, tadi talinya belum diikat dengan benar. Soalnya tadi aku buru-buru.”
ujar Hahee lemas, Kai senyum kepadanya,
“Kau ini jangan bohong, kamu
sebenarnya engga bisa ikat tali sepatu kan? Lihat, ngga ada sedikitpun bekas
lipatan? Kau memasukkan talinya disamping sepatu, Hahee.” Hahee tak menjawab,
“Kau ini, duduk disitu. Dan
diam ditempat,” ujar Kai, Hahee hanya menjawabnya dengan anggukan.
“Ah! Selesai.” Hahee
menyiratkan senyuman diwajahnya hanya senyuman manis dari seorang Hahee. Lalu
Kai berdiri dan mengajaknya jalan bersama lagi. Ditempat yang jauh, Sharon dan
dua lelaki bocah itu mengintip, dan Chanyeol sudah dibekap mulutnya dari tadi
oleh Baekhyun saat mengintip, “Kalau kita tidak membekap anak ini, pasti momen
tak terlupakan ini ngga akan terjadi ya,” ujar Sharon ke Baekhyun dan dia
menganggukan kepalanya sambil terus menatap ke arah Hahee dan Kai. Tanpa
disadari Kai dan Hahee semakin mendekat, Sharon langsung menarik baju Baekhyun
agar mundur dari tempat intaian. Setelah mereka berpapasan, mereka berniat ke
kantin lebih dulu, namun jam masuk pun datang dan bel sudah dibunyikan. Hahee
dan kawan-kawan akhirnya berkumpul digelanggang olahraga sekolah. Baekhyun dan
Chanyeol terus saja menggumam berdoa, yang mereka khawatirkan itu karena takut
kalau mereka tidak bisa sekelas, dan berpisah antar kelas.
“Chanyeol, aku takut kita
tidak sekelas lagi nih.” ujar Baekhyun yang sudah mulai dekat dengannya,
“Huuuh, aku jugaa,” kata
Chanyeol sambil berakting menangis dan memeluk Baekhyun. Lalu Sharon hanya
ikut-ikutan bercanda bersama,
'Nyatanya dia ikut menggila seperti itu.
Kau sudah berubah, Sharon. Ceria sekali...' pikir Hahee tersenyum dan tiba-tiba
suara Kai menyahut,
“Sharon sudah membangun rasa
percaya dirinya lagi, baguslah kalau dia sudah berubah jadi kita tidak usah
repot-repot menjaganya lagi kan?” lagi-lagi dia membuat Hahee kehilangan
pembahasan dan hanya bisa mengangguk.
“Eh? Iyaa, iya Kai.” jawab
Hahee dengan senyuman ragu, terheran karena pemikirannya sama dengan Kai.
Hahee terus menggelengkan kepalanya dan
menepuk pipinya agar sadar dari pikiran itu, tapi nyatanya tetap saja kepikiran
masalah Kai tadi. Untuk menghilangkan kegugupannya, Hahee mengajak Kai
berbicara,
“Hey, kau tidak mengikuti
mereka? Seperti mereka itu.” Hahee menunjuk ke arah Sharon, Chanyeol dan
Baekhyun. Lalu tanggapan Kai hanya tersenyum angkuh. Hahee mulai sebel kalau
melihat tanggapan Kai seperti itu. Rasanya Hahee ingin melempar beberapa kursi
dikelas ke wajahnya. Kai yang menyadari Hahee jengkel akhirnya menjawabnya,
“Hei kau, lagipula kalau aku
ingin berpelukan, dengan siapa? Kau?? Hah ngga mau males, gak penting.” ujar
Kai santai.
“Ya sudah, kalau memang ini
gak penting lebih baik kamu gabung ke kelompok yang lain.” Ucapan Hahee
nampaknya ditanggapi serius oleh Kai, dan dia pun pergi dan duduk dikelompok
kuning. Kedatangan Kai langsung disambut ramah oleh anak-anak perempuan disitu.
Hahee kesal melihatnya tapi dia tidak mau menunjukkannya ke Kai.
“Eh, kalian bertengkar lagi
ya?? Aduh, bisa tidak sih kalian sehari saja tanpa masalah?” ujar Baekhyun,
“Aku sebenarnya hanya
bercanda, tapi mungkin dianya yang serius.” ujar Hahee lemas, lalu Sharon hanya
bisa mengusap punggung Hahee agar sabar jangan sampai nengeluarkan air mata.
Karena kalau Hahee merasa kecewa dengan sesuatu dia bakal menangis.
“Memang dia kaya begitu,
dari dulu sampai sekarang kerjaannya bikin nangis perempuan saja.” ujar
Baekhyun. Semua pasang mata tertuju ke Baek seakan minta diceritakan cerita
dulu.
“Memangnya kenapa dengan
dia, Hyun ssi?” tanya Chanyeol, lalu Baek dan yang lain saling mendekat, Hahee
ditinggal sendiri.
“Nih ya, dia pernah bikin
nangis beribu perempuan waktu SMP, percaya ga?” ujar Baek ke mereka berdua, dan
keduanya menggelengkan kepala.
“Memang, aku juga tidak
percaya. Hahaha...” kata Baek tertawa,
“Yah, aku kira serius, aku
mintanya serius.” kata Sharon dengan wajah kecewa.
“Ya mian ya, aku malah
bercanda, habis tampang kalian terlalu serius.” ujar Baek sambil menggaruk
kepalanya, tapi akhirnya Baek menceritakan yang sebenarnya. Dia pernah bikin
nangis orang yang suka sama dia, tapi sebenarnya dia juga sayang. Kenapa dia
buat perempuan itu kecewa? Karena Kai gak mau, perempuan itu kecewa lebih dalam
kalau tahu Kai ngga bisa bales cintanya karena ada wanita lain. Sebenarnya sih,
niat Kai seperti itu cukup baik, tapi masih banyak cara juga untuk menghargai
perasaan orang lain. Gak cukup sampai disitu, dia juga pernah bikin nangis anak
perempuan yang dia suka dari dulu.
“Mwo? Sampai perempuan yang
dia suka dulu??” kaget Chanyeol,
“Iya, dia pernah menolak
mentah-mentah ajakan wanita itu buat kerja kelompok bersama, tapi...” Baekhyun
memutuskan perkataannya,
“Tapi apa??” tanya Sharon,
“Jangan-jangan, dia menolak
permintaan itu?” tebak Chanyeol,
“Salah!! Ternyata, setelah
itu secara mengejutkan Kai menerimanya, tapi itulah awal dia berulah. Dia malah
kerja dengan anak yang lain. Ya, emm?” sambung Baekhyun.
“Emm? Mengacuhkannya
maksudmu?” perjelas Sharon. Chanyeol ngga percaya perlakuan Kai begitu jahat,
“Dia keterlaluan, sebenarnya
dia suka atau tidak sih?” tanya Chanyeol,
“Kai menghindar dari dia,
satu : karena dia suka sama wanita itu makanya dia malu, kedua : itu karena
ternyata temannya dulu juga suka dengan wanita itu. Makanya dia berharap
mendapatkan cintanya tapi mana mungkin dia berbahagia diatas penderitaan
temannya.” Cerita panjang lebar, Baek pun meminta minum kepada Chanyeol. Hahee
langsung termenung, dia berpikir kalau sebenarnya Kai bukanlah lelaki angkuh,
tetapi seperti sifon, terlihat tampak gagah sebelum didekati tetapi setelah
mendekatinya pasti tahu kalau dia pasti menciut. Hahee menengok kearah Kai yang
sedang mendengarkan sambutan dari kakak kelas. Tak disangka, Kai membalas
menatapnya,
“Setiap aku menjalani waktu
bersamamu, itulah waktu terindah yang ku miliki. Dan jika aku melakukan
perjalanan bersamamu, itulah perjalanan terindah yang akan selalu ku ingat. Dan
Awal pertemuan bersamamu, adalah pertemuan yang selalu ku impikan.” -
Kai EXO.
***
Keputusan dari kakak kelas pun keluar,
semuanya saling merangkul. Kakak kelas pun menyebutkan satu persatu.
“Sharon..” lalu Sharon
mengangkat tangannya dan maju ke tempat yang tersedia, kemudian memanggil 10
orang murid lagi. Mengambil bola yang ada nomor urutnya, siswa akan menempati
kelas dengan nomor yang ada pada bola tersebut.
“Hana...”,
“Dul...”,
“Set...”,
Sharon akan menempati kelas X-III. Kemudian Chanyeol, lalu Baekhyun dan Hahee,
mereka maju bersama dan saling berhitung, dan alangkah bahagianya Baek dan
Chanyeol sekelas kembali. Mereka segera saling berpelukan dan Hahee hanya bisa
tersenyum melihat mereka sambil berjalan menghampiri Sharon. Sharon melihat
wajah Hahee tampak tidak senang, mungkin karena Kai sudah pasti tidak sekelas.
Hahee menyandarkan kepalanya dibahu Sharon,
“Sudahlah,
sabar. Kita tunggu saja, bagaimana urutan dia..” ujarnya sambil mengelus kepala
Hahee. Urutan menyebutkan namanya, “Kim Jong In..” Hahee segera mengangkat
kepalanya dan menegakkan badannya. Saat membuka kertas yang diambil Kai, Hahee
melihat dia menukarkan pada panitia nomor urutnya.
“Dul..”,
“Set...”,
“Dul...”,
kecurangan terjadi, Hahee mengajukan protes cara curang itu,
“Apa
ini? Apa ada kecurangan ya? Harusnya teman saya nomor satu.
Saya lihat.” ujarnya sambil mengarahkan telunjuknya kanannya ke arah Kai. Kai
yang mulai merasa terganggu segera menarik Hahee ke belakang. Ketiga temannya
mengikuti mereka dari belakang, mereka melihat Kai yang memarahi Hahee yang
begitu menyayanginya.
“Apa
yang kamu perbuat? Lihat, kau ini hanya murid baru. Beraninya kau maju, rasa
malumu habis, hah?” bentak Kai,
“Ta-tapi
kan, Kai. Aku hanya memperbaiki kesalahan teknis itu, aku tidak ada mak-”
ucapan Hahee dicegatnya,
“Kau
mau apa? Kalau aku yang meminta panitia untuk curang, kau mau apa? Ya, aku yang
menyuruh dia curang, sekarang kau puas?” tampaknya Kai kali ini tidak sedang
main - main.
“Mi-mianhae,
kalau memang aku salah,” ujar Hahee lemas tertunduk,
“Sekarang,
kita memang tidak ada apa - apa lagi,” Kai tidak meneruskan kata - katanya
karena Baekhyun dan yang lain menyusul,
“Kai,
sudah sudah. Sebaiknya kamu kesana lagi,” ujar Baekhyun sambil mengarahkan Kai
berbalik arah,
“Baik,”
jawab Kai,
Kai pun meninggalkan Hahee dan yang
lainnya, Hahee tampak menahan tangisannya. Chanyeol pun menggerutu dibelakang Kai, dia kesal dengan tingkah angkuhnya dia.
“Aaah kalau saja kau bukan temanku, sudah kuhajar kau!” ujar
Chanyeol,
“Sudah, kau juga jangan sama seperti dia. Dia memang begitu, tapi
aku ngga pernah melihat dia memarahi murid perempuan didepannya orang seperti
kita yang teman wanita itu langsung seperti ini. Ada apa ya sebenarnya?” ujar
Baekhyun sambil memegang bahu Chanyeol yang sedang menatap ke arah Kai yang
semakin menjauh.
“Entahlah, aku ngga pernah mengerti jalan pikirannya dari awal
kita bertemu.” jawab Chanyeol yang segera menghampiri Hahee dan Sharon. Hahee
pun bercerita tentang niatnya,
“Sharon, apa aku salah membela dia. Itu bukan karena dia tapi kan
memang itu kesalahan klasik yang banyak orang sadar.” ujarnya sambil mengusap
air matanya. Sharon langsing merangkulnya,
“Tidak, kau tidak salah kok. Ini hanya kesalahan teknis, mungkin
dia sedang tidak mau diganggu, Hahee.”
“Kenapa dia begitu marah?? Lihat tatapannya, aku sendiri takut.
Itu sangat berbeda dengan Kai yang biasa.” ujar Hahee,
“Lalu, kalau memang dia ada sesuatu, kamu mau bantu apa? Perempuan
itu harus banyak bersabar, jangan juga lemah didepan lelaki, oke?” jelas
Sharon, dan Hahee menjawabnya mengangguk tanpa kata.
“Yaudah, sekarang kita ke kelas. Pengenalan udah mau mulai
disetiap kelas, jadi biarkanlah dia memilih jalan hidupnya.” terus Sharon.
Hahee pun dituntun oleh Sharon ke kelasnya, disana sudah ada guru mata
pelajaran yang hendak mengisi jam. Baekhyun dan Chanyeol memilih pergi ke
kantin untuk mengisi rongga diperutnya yang masih kosong.
“Channie, kau lihat tidak?” tanya Baekhyun,
“Mwo? Lihat apa?” jawab Chanyeol sambil sibuk membuka minuman
kalengnya,
“Tatapan Kai, kau lihat jelas tidak?”
“Yang mana? Aku sudah terlalu muak dengannya tadi, jadi aku malas
menatap wajahnya. Aku jadi menyesal pernah mendukungnya agar bisa bersama
Hahee,” tegas Chanyeol membanting minuman kalengnya ke meja. Sekelilingnya pun
ikut kaget, dan Baekhyun tak luput dari hentakannya tadi,
“Kau! Heeeuh! Kau lihat tatapannya, waktu dia membalik badannya.
Percaya atau tidak, wajahnya menunjukkan penyesalan. Dan satu lagi, waktu aku
bilang suruh ia kembali ke aula matanya berkaca - kaca dan dia menyeka sesuatu
sambil berjalan.” Chanyeol mendekati Baekhyun,
“Yang benar kau? Ahh, aku melihat wajahnya penuh amarah. Jadi aku
muak deh melihatnya. Eh memangnya benar?” tanya Chanyeol penasaran,
“Iya, setelah pulang sekolah aku mau mengajaknya ke restoran.
Untuk makan malam, atau ke rumahnya. Aku penasaran apa yang sebenarnya
dipikiran Kai itu.” Baekhyun memasang gaya seperti detektif handal.
“Gayamu seperti detektif handal,” ledek Chanyeol,
“Apa? Handal? Bukannya handal itu yang sering kita injak ya?” kata
Baekhyun usil,
“Itu sandal,” jawab Chanyeol malas, dan ia pun membalas, “Kau tau,
sandal itu yang pedas, biasanya dimakan dengan sesuatu?”
“Itu sambal!! Sambal itu salah satu tarian dari negara Brazil,”
Baekhyun tertawa,
“Itu tari Samba.” Chanyeol memukul kepala Baekhyun dari belakang,
“Aduh! Kau sadar sesuatu?” tanya Baekhyun, dan mereka bersama -
sama berteriak, “HATTRICK!!! AHAHAHAHA” mereka bangun dari kursi dan berjalan
saling merangkul, orang yang disekitarnya menatap mereka berdua aneh.
***
Sampai
dikelas, mereka berdua membuat kegaduhan, tapi mereka langsung tenang ke kursi
masing - masing karena melihat wajah Hahee yang sedih.
Disekeliling
Hahee, tidak ada Kai disana dan Hahee pun duduk dengan rasa kecewa yang sangat.
“Aku ngga menyangka, Kai bisa seperti itu ke Hahee. Padahal
setahuku waktu Kai membuat perempuan menangis tidak pernah digertak seperti
ini,” bisik Baekhyun ke Chanyeol yang duduk disebelahnya,
“Ya, aku kira dia bakal suka sama Hahee, kan aku bisa menemani
Hahee untu mendekatinya. Dia itu kan multi talenta, kita bisa berbagi
pengalaman” jawab Chanyeol, “Tapi, biarlah masih banyak guru yang mau
mengajarkanku ilmu. Hehe” sambung Chanyeol sambil menengok ke teman sebangkunya
dengan senyuman yang sok imut.
“Mwo?? Aku? Mana mungkin haha,” bisik Baekhyun,
“Iya, kan suaramu bagus. Bisa kau ajarkan caranya??” ujar
Chanyeol,
“Ahaha biasa saja suaraku, memang sih keren hehe..tapi aku ngga
bisa mengajarkanmu, karena aku bukan guru. Kita sama-sama murid bukan? Lagipula
suara kau sudah cocok sebagai rapper, sudah terima saja. Itu bagus loh!” senyum
Baekhyun sambil menggoda Chanyeol. Dengan wajah cemberut,
“Hey kau! Maksudku bukan murid sekolah, tapi murid vokal.
Sekali-kali aku kan bisa mengisi PENSI disekolah ini, duet denganmu. Aku minta
D.O oppa aja lah,” ujar Chanyeol.
“Ekhhmm..ssst” telunjuk Baek sudah didepan bibirnya, dia memberi
tahu agar Chanyeol diam tetapi peringatan itu tidak dihiraukan oleh Chanyeol.
Tak sadar guru dikelasnya sedang memerhatikan gerak-gerik Chanyeol yang masih
saja bicara, dan tiba-tiba,
‘wuuush.....',
‘plltaaak!!' sebuah kapur tulis terlempar dari tangan guru tersebut.
“Aduh,” rintih Channie sambil mengelus dahinya yang terkena
lemparan kapur. Baek hanya bisa menahan ketawa melihat Channie berwajah seperti
itu. Kemudian Baekhyun membisikki Channie, “Makanya sekali-kali kamu dengerin
nasihat dari teman sendiri. Huu.” Lalu sahut guru yang mengajar,
“Byun Baekhyun, kau mau ibu lempar seperti temanmu itu?” Baekhyun
segera kembali ke posisinya, sedangkah Channie sedang menahan rasa malunya. Bel
istirahat berbunyi, dan anak-anak dari semua kelas berhamburan ke kantin dan
berbagai penjuru gedung sekolah. Disisi lain, Hahee masih berdiam diri dari
keramaian sekolah, Sharon menghampiri Hahee yang murung,
“Hahee, kita ke kantin yuk. Sudah lupakan pelajaran tadi, haha aku
daritadi menahan ketawa melihat Channie dilempar kapur sama Bu Lee, hihi”
ujarnya sambil menutup mulutnya sendiri. Chanyeol yang masih dikursi segera
menengok ke arah Sharon dan Hahee,
“Pasti kalian membicarakanku ya? Iya kan? Ayo ngaku?” tebak
Chanyeol,
“ng-ngga kok, jangan terlalu percaya diri begitu dong. Huu” jawab
Sharon dari bangkunya.
Hahee
yang melihat mereka berdua hanya tersenyum dan teringat dulu dengan Kai, dia
sudah berubah. Sharon mencoba menghibur Hahee lagi,
“Hahee, sudahlah. Memangnya kita tahu kalau Kai disana menangisimu
juga, sudahlah Hahee. Ada benarnya kata Baekhyun, Kai itu orangnya penuh
kejutan. Ayolah, masih ada kita, Chanyeol kan lelaki anggap saja dia macam
Kai.” nasihat Sharon,
“Ohh ya? Kalau begitu aku bisa menghajarnya dan membaginya menjadi
20 bagian! Hahah--” jawab Hahee,
“Hei hei, kenapa tatapanmu begitu menakutkan? Hahee kau sadar?”
tampang Channie mulai ketakutan.
“Ini aku, Channie. Aku melihat Kai dalam dirimu, aku benci dia,
akan kucakar kau dan kuhabisi, aeuurggh!” ujar Hahee yang menahan ketawa
melihat tampang Chanyeol yang ketakutan,
“Hahaha kau ini, gayamu ingin seperti oppa ku, tapi kau masih saja
kekanak-kanakan.” ketawa Hahee dan disambut wajah mengkerut dari Channie.
“Jangan bawa-bawa gayaku, aku ini sudah hampir dewasa, jadi aku
bebas melakukan apapun.” jelas Channie sambil memainkan bentuk rambutnya, lalu
Sharon datang ke kursi Chanyeol dan mengacak-acak rambutnya Channie. Dan siang
itupun mereka bercanda gurau dikelas, tak terasa selanjutnya jam belajar lagi.
Baekhyun baru kembali dari kantin, dan Baekhyun menyebarkan info bahwa ada anak
baru pertukaran murid masuk sekolah ini.
“Katanya dia sedikit menyebalkan, dia saja katanya pernah
berkelahi. Dia pintar sepertinya, dia lolos tes SMA keluar negeri. Aku belum
pernah melihat wajahnya, tapi besok atau lusa dia bakal mulai belajar.” ujar
Baek, semua tersenyum. Hahee dan ketiga kawannya itu menyambut dengan rasa
senang. Pelajaran matematika kali ini entah kenapa membuat Hahee mengantuk,
benar saja ini karena Pak Choi digantikan dengan asistennya yang berbeda cara
mengajarnya. Penjelasan yang kurang jelas meminta Hahee untuk izin ke kamar
mandi untuk mencuci wajahnya. Saat keluar kelas, Hahee segera lari kekamar
mandi dan menemukan Kai sedang diluar kelas. Hatinya bertanya-tanya mengapa dia
keluar kelas, apa karena tugasnya yang tak tuntas atau sebaliknya dia sengaja
tidak menuntaskan?
“Ikh, parah sekali kalau begitu.” ricuh hati Hahee, tanpa ia
sadari Kai menatapnya daritadi dari tempat ia berdiri.
“Hei jangan berpikiran seperti itu, aku pusing jadi aku ketiduran
dikelas dan aku dikeluarkan dengan Bu Lee. Lain kali tanya saja, jangan
berprasangka seperti itu.” ujar Kai, Hahee hanya menunduk malu sambil menggigit
bibirnya, 'bodoh bodoh, kenapa dia bisa tahu sih?' rintih hatinya,
“Maaf ya Kai, aku gak bermaksud. Aku mau ke kamar mandi.” jawab
Hahee,
“Silahkan,” jawab Kai sambil berdiri bersandar dengan memasukkan
kedua tangannya ke saku celananya. Hahee terus saja berteriak dalam pikirannya,
kenapa harus berbicara dengan Kai harusnya Hahee diam seribu bahasa didepan
dia.
“Lagi pula dia sudah gak peduli. Ahh kenapa kau begini sih?” ujar
Hahee sambil berjalan dan sesekali memukul kepalanya.
Sampai
ke kamar mandi, Hahee menyalakan keran air dan membasuh wajahnya dengan air.
Rasa kantuk itu mulai sirna, dan Hahee menatap ke cermin yang ada didepannya.
Dia terus menatap wajahnya yang ada dicermin sambil melihat ke segala penjuru
wajahnya. Ia berpikir, apa yang kurang dari dia sampai Kai begitu membencinya?
“Apa kurangnya aku? Apa aku jelek ya? Emm masalah wajah aku pasrah
saja lah. Apa mungkin aku bodoh? Ohh tidak!” ujar Hahee, “Gak! Aku jangan
memikirkan lelaki dulu, aku fokus belajar, belajar!” sambungnya sambil menutup
wajahnya dengan kedua tangannya. Lalu Hahee keluar kamar mandi, dia berpikir
guru matematikanya sekarang akan mengijinkannya menonton pertandingan basket
sebentar. Tapi Hahee kepikiran UTS yang diadakan minggu depan. Ditengah jalan,
“Hai, Hahee! Apa kabar?” sapa lelaki itu,
“Ne, ada keperluan apa, kak?” jawab Hahee,
“Kenalkan aku Xiumin, dan ini temanku Tao. Kau kelas berapa?”
tanya Xiumin,
“Aku kelas X-III ka, ada apa ka?” tanya balik Hahee,
“Emm tidak, sepertinya aku pernah melihat kamu dia mana ya? Emm”
kakak kelas itu memutar otaknya untuk mengingat,
“Hey, dia adiknya Do Kyung Soo. Itu yang X-One, aduh pelupa kau,”
bisik Tao, teman Xiumin.
“Ahh, yaya, aku ingat. Kau adiknya D.O kan? Haha salam kenal ya,
sampaikan salamku untuk kakakmu bilang kalau sudah dewasa jangan pernah takut
menyatakan cinta hahaha--” ujar kakak kelas itu sambil berjalan
meninggalkannya. Tapi temannya kembali ke Hahee dan menitipkan sebuah surat dan
sebuah permen.
“Sampaikan salamku padanya ya, temanmu yang manis itu, bilang saja
dari secret admirernya, aku percaya padamu Hahui,” ujarnya,
“Namaku Hahee, kak,” sahut Hahee,
“Haha iya Hahee, maaf maaf,” lalu dia pergi sambil melambaikan
tangannya sesekali ke arah Hahee berdiri, Hahee hanya membungkukkan badannya
dan menebar senyum ke arah kakak kelasnya. Tao sesekali melambaikan tangannya
ke Hahee, dan dia membalasnya,
“Huh jadi yang godain Sharon waktu di aula itu dia ya? Oohh..”
ujar dalam hati sambil melangkahkan kakinya ke kelas. Didepan kelas, pandangan
Hahee menuju ke arah ruang kepala sekolah. Dari pintu keluar seorang wanita
bertubuh tinggi semampai, memakai sepatu cats warna paduan hitam dan merah
dengan aksen eksentrik dan rambutnya yang panjang dibiarkan terurai menampilkan
keanggunannya. Hahee langsung berpikir, apa dia anak baru ya? Masuk kelas apa
ya? Tak sadar pintu kelas masih jauh dan ada tembok didepannya, dan dia
membentur tembok itu.
“Aduuuh..” rintih Hahee sambil mengelus-elus dahinya. Lalu wanita
yang baru keluar dari ruang kepala sekolah itu langsung menghampiri Hahee.
“Kau tidak apa-apa?” tanya wanita itu sambil membantu Hahee
bangun,
“Emm tidak apa-apa, hanya sakit dahiku ini, aduuh..” jawab Hahee,
“Kalau kau masih merasa sakit, itu namanya bukan 'tidak
apa-apa'..namamu siapa?” tanya wanita itu,
“Hahee, Jang Hahee. Aku ada dikelas X-III itu,” ujarnya sambil
menunjuk ke pintu kelasnya. Wanita itu membantunya berdiri.
“Ohh sudah dekat ya, yasudah-----” omongan wanita itu dipotong
oleh orang yang terlihat seperti ibunya itu,
“Wah sepertinya aku harus pulang, sampai nanti. Senang bertemu
denganmu.” ujar wanita itu, dan Hahee mengangguk, lalu tak lama ibu yang tadi
itu memanggilnya,
“Chaerin, Ayo cepaat. Kamu mau tertinggal kereta, besok saja kalau
mau kenalan,” ujar ibu itu yang dari jauh memberikan senyumannya pada Hahee.
Hahee terkejut, Hahee langsung berpikir kalau dia bakal anak baru juga dan yang
bikin penasaran dia bakal sekelas sama siapa?
***
Lalu
Hahee segera berangkat ke kelas, sampainya dikelas,
“Uooo, kenapa dengan dahimu Hahee? Apa kau menangis dikamar mandi
dan membenturkan diri, begitu?” ujar Channie yang tadi siang bertukar tempat
dengan teman sebelah Hahee.
“Apa sih? Jangan suka heboh begini deh, berlebihan. Aku gak
apa-apa, cuma kebentur tembok tadi.” jawab Hahee, lalu Channie memegang luka
didahi Hahee,
“Aww!! Pelan-pelan dong, masih sakit nih,” rintih Hahee sambil
mengusap lukanya.
“Aiiih, maaf ya, aku gak sengaja kalau menekan lukamu hehe,” ujar
Channie yang kembali memerhatikan buku latihannya. Hahee bukannya berpikir
tentang pelajaran malah ke wanita tadi, sepertinya dia bukan kakak kelasnya
disini. Aksen koreanya pun masih tidak begitu baik, lalu itu siapa? Waktu
pulang pun datang, bel sekolah berbunyi dengan cukup indah untuk sebagian anak
sekolah. Hahee segera merapihkan buku pelajarannya ke dalam tas. Tiba-tiba
Channie memegang tangan Hahee,
“Kau tidak apa-apa kan?” ujar Chanyeol dengan wajah serius, Hahee
merasa keanehan pada Chanyeol.
“Hmmh..ya aku baik-baik saja.” jawab Hahee,
“Mau pulang? Tunggu aku didepan gerbang, aku mau ke kamar kecil
dulu. Kau...” ujar Hahee yang mengikuti dan menebak apa yang ada dipikiran
Chanyeol,
“Tasnya aku bawa, sebagai jaminan pulang bersama kan?” sambung
Hahee. Chanyeol langsung senyum dan tidak jadi menitipkan tasnya. Dan Chanyeol
segera ke kamar mandi, disana dia membanting tasnya disisi wastafel.
“Aaah bodoh, kenapa kau hampir saja membunuh dirimu sendiri.
Jangan pernah bicara perasaanmu!! Ihh bodoh dirimu Channie.” ujar Chanyeol
sambil menepuk pipinya sambil menatap cermin didepannya. Kebetulan kamar mandi
lagi sepi, jadi Chanyeol segera membodoh-bodohi dirinya. Tak lama handphone
Chanyeol berdering, panggilan masuk dari Hahee dan ia segera mengangkatnya,
“Channie-ah, kau ini kalau kekamar mandi sering memakan waktuku.
Ayo cepat, nanti bus selanjutnya akan lama lagi. Nanti kamu jalan kaki, mau?”
tanya Hahee ditelepon,
“A-aniyo, ya tunggu aku, sebentar lagi aku kesana, aku sedang
mengikat dasiku.” jawab Chanyeol,
“Yasudah, cepat ya,” Hahee segera menutup teleponnya. Chanyeol
berusaha untuk menahan emosinya, sesampainya didepan gerbang hanya ada Sharon
dan Baekhyun didepan sana. Chanyeol hanya terdiam melihat Hahee semakin jauh,
dia sudah dijemput oppa-nya. Baekhyun sudah menebak bagaimana respon Chanyeol
melihat jarak itu. Akhirnya Chanyeol yang tak bisa menahan diri, mengajak kedua
temannya itu untuk minum bersama.
“Ayo minum dulu, kita kumpul bertiga di kedai biasa, bagaimana?”
ajak Channie,
“Eh tapi kan, kita harus belajar. Kau juga tahu kan kita baru
masuk kelas pertama dikelas yang baru, langsung mendapatkan guru yang kejam.
Besok itu kita ada tes bahasa inggris, Channie.” ujar Sharon, sambil berjalan
menuju halte bus.
“Iya benar, kau tahu itu kan? Apa kau sedang sakit?” sahut
Baekhyun,
“Iya ya ya, aku tahu pasti tentang itu, tapi kita baru masuk
jangan terlalu tegang. Aku yang traktir, bagaimana?” Chanyeol mencoba
menggoyahkan pendirian kedua temannya itu, kelihatannya Baekhyun suka dengan
tawaran itu, dan ia berusaha menghasut Sharon agar mau ikut mereka dan
tampaknya pula Sharon tergoda iming-iming traktir. Maklum saja mereka berdua
(baekhyun dan sharon) itu anak yang tinggalnya jauh dari orang tua, jadi mereka
masih suka sama yang namanya gratis.
“Ayoo, jangan bohong ya.” ujar Sharon, dan Channie hanya bisa
mengangguk dan merangkul kedua temannya itu sambil menyusuri trotoar jalan.
Mereka memutar arah untuk segera ke kedai belakang sekolah. Sampai disana,
Sharon dan Baekhyun segera memesan ramen dan teh hangat juga minuman soda.
Setelah teman-temannya memakan makanannya, Chanyeol memberanikan diri untuk
bercerita apa adanya tentunya tentang perasaannya.
“Hyun-ah, Sharon, aku mau bercerita. Mohon perhatiannya. Tapi
kalian berdua janji tidak akan membocorkannya.” ujar Chanyeol, dan mendapat
jawaban beberapa kali anggukan dari Baekhyun dan Sharon, dan mereka berdua
segera memberikan janji kelingkingnya.
“Ahh tidak usah, lagipula aku sudah percaya kepada kalian berdua.”
senyuman Chanyeol bertebaran diseluruh kedai.
“Ah~ apa memangnya? Aku penasaran Channie.” ujar Sharon sambil
melahap ramennya.
“Hahaha tidak perlu, ini engga begitu penting. Lagipula, aku cuma
pura-pura agar aku dapat teman bareng. Hehe” ujarnya sambil memberi senyuman ke
temannya.
“Hey, kau akan rugi kalau hanya begitu kau mentraktir kami. Hey
hey, kau ini sedang kenapa?” kata Baekhyun menunda suapannya, dan
melanjutkannya.
“Huahaha benar itu, ada apa sih?” kata Sharon,
“Gwaechana, aku mentraktir karena aku dikasih uang lebih dari
kakakku. Dia baru saja gajian, dia kerja paruh waktu aku juga mau mengikuti dia
hehehe,” lagi dan lagi dia menggaruk rambutnya, tatapan Baekhyun semakin
sengit.
“Sharon ayo kita pulang, dia itu hampir bahkan sudah menipu kita.
Huuh aku menyesal ikut kau, Channie.” Baekhyun mencoba menggertak Chanyeol agar
mau membuka mulutnya. Padahal Baekhyun dan Sharon sedang lapar-laparnya.
“Hmmh hmmh hmm,” teriak Sharon yang sedang memotong ramen
dimulutnya. Lalu Chanyeol pun memanggil kembali kedua temannya,
“Iyaa aku cerita, kalian ini kenapa sih?” ujar Chanyeol, dan
akhirnya kedua temannya kembali ke kursi masing-masing.
“Habis kau ini, kalau kita tidak begitu. Kau tidak akan mau
cerita. Lagipula niatan awalmu kan cerita,” ujar Baekhyun.
“Ihh kau, jangan begitu ke Chanyeol. Aku tahu perasaannya, aku
juga tahu ceritanya. Ini tentang Hahee kan?” ujar Sharon, Chanyeol terkejut,
dia bingung Sharon tahu itu darimana.
“I-iya, aku menyukai Hahee sekarang. Makanya aku mau selalu
disisinya, aku mau selalu melindunginya. Hmmh,” lalu Chanyeol menundukan
kepalanya, tertunduk lemas tepatnya yang terjadi pada dirinya.
“Hey, kau lelaki kan kenapa kau tidak mengatakan itu?” sahut
Baekhyun,
“Ini tidak mudah, aku, kau, Sharon dan dia, kita semua bersahabat.
Aku tidak mau persahabatan ini hancur hanya karena aku egois dengan
perasaanku.” jawab Chanyeol,
“Tapi kau ini lelaki!! Kenapa kau seperti ini sih?” bentak
Baekhyun sambil berdiri menghadap Chanyeol yang menundukkan lagi kepalanya dan
tiba-tiba berdiri,
“Apa kau tidak berpikir, hah? Bagaimana perasaan Hahee terhadap
Kai? Penilaiannya untukku, penilaiannya Kai terhadapku, semuanya akan berubah
dan memang akan ada yang terasa berbeda, itu yang sama sekali tak kuinginkan.
Aku menahan perasaanku demi persahabatan kita.” bentak Chanyeol, Sharon
langsung melerai keduanya, dia tidak mau sesuatu terjadi saat ini.
“Tapi kau harusnya tahu, dia sudah berusaha yang terbaik.” ujar
Sharon sambil menatap Baekhyun dan berusaha menenang diantara keduanya,
“Mianhae, Baekhyun-ah.” ujar Chanyeol seraya membungkukkan
kepalanya,
“Ya, gwaechana. Aku mengerti maksudmu, jadi aku juga minta maaf.
Mianhae, chingu.” Dan suasana mencair seiring waktu. Baekhyun dan Sharon yang
sudah mendengar ceritanya Chanyeol pun langsung sedih dan berusaha agar Hahee
tidak mengetahui ini. Chanyeol pun merasa lega karena sudah mengeluarkan
pikirannya tentang Hahee itu. Kebetulan saja, sore ini semuanya mereka sudah
berjanji akan belajar kimia bersama di rumah Hahee. Tapi Chanyeol berusaha
menjadikan hari ini menjadi hari dimana dia akan jujur ke Hahee. Akhirnya
mereka semua pergi dari kedai tadi dan janjian di depan taman kota dekat
perumahan, tempat tinggal Hahee.
Sampai dirumah,
Chanyeol merebahkan badannya di tempat tidur nyaman yang menurutnya surga bagi
hidupnya sekarang. Lalu Chanyeol bergegas mandi untuk mempersiapkan diri pergi
ke rumah Hahee, tapi ada yang terlupa dari Chanyeol, mengunci pintu kamarnya.
Kakaknya Chanyeol yang baru pulang dari tugas praktek kuliahnya di Busan segera
menyapa rumah tapi tampaknya rumah tidak berpenghuni. Saat Chanyeol memakai
baju sehabis mandi, noona-nya langsung membuka pintu kamarnya Chanyeol,
“Ahhh!!” teriak Chanyeol,
“Ahhh!!” noona-nya Chanyeol, mereka saling berteriak dan berhenti
setelah pikiran mereka sadar.
“Noona, bisa kau mengetuk pintu dulu?” ujar Chanyeol,
“Hehee mianhae ya. Habisnya aku kira kau belum pulang sekolah.
Hmm, aduh kau sore hari seperti ini wangi sekali?” goda noona-nya itu, Go Ahra.
“Ya, kan aku baru selesai mandi, jadi aku masih wangi,” jawab
Chanyeol malas,
“Channie, kau memangnya mau kemana?” tanya kakaknya itu,
“Aku mau ke rumahnya Hahee, besok ada beberapa tes, tes bahasa
inggris juga tes kimia dan kita mau mendiskusikannya dengan kakaknya Hahee,”
jawab Chanyeol, Ahra mendekati adiknya dan merajuk,
“Noona ikut ya? Ya boleh ya, adikku sayang?” dan apa mau dikata
Chanyeol tak akan tega membiarkan kakaknya itu sendiri dirumah,
“Mwo? Noona, jangan bilang kau masih mau menemui Suho hyung?
Noona...”
“Aku tidak akan menyusahkanmu, aku hanya ingin melihatnya lagi,
sejak lulus sekolah menengah aku jarang menemuinya. Aku gak akan mengganggumu,
janji “ kakaknya mulai menggenggam
tangan Chanyeol yang membuat dia tidak bisa menolak permintaan noona-nya itu.
Dan Ahra pun bergegas mandi dan merapihkan diri untuk pergi ke rumah Hahee.
Chanyeol yang menatap pintu kamarnya tertutup, terduduk lemas dikursi meja
belajarnya.
‘Aku mohon, Tuhan. Jangan kau timbulkan perasaan itu lagi saat aku
bertemu dengan Hahee. Aku tidak mau jauh darinya, tapi aku takut dekatnya.'
Lamunannya membuat dia kembali tersadar, sebaiknya dikubur saja perasaan ini.
Sepuluh menit berlalu, Chanyeol dan noona-nya bergegas ke rumah Hahee.
Sesampainya
Chanyeol dan kakaknya didepan rumah Hahee, mobil merci berwarna hitam itu akan
masuk ke dalam garasi. Dan Suho keluar dari mobil tadi, dan kakaknya Chanyeol,
Go Ahra, berdiri mematung melihat Suho sudah menjadi seseorang.
“Suho ssi?” celetus Ahra,
“Ne? Ada apa? Eh kau...” ujar Suho dan terpotong sambil mengingat
kembali,
“Aku..”
“Ahh, kau Go Ahra. Kau cantik sekali sekarang, aku sampai tak
ingat kau yang dulu itu. Kacamatamu kemana?” sambut hangat Suho dan mengajak
Ahra masuk ke dalam rumah.
Dilain
tempat, Chanyeol yang lebih dulu masuk langsung bertemu dengan teman-temannya
dan Do hyung yang duduk menunggu Chanyeol.
“Kau lagi - lagi seperti biasa,” sahut Hahee sambil tersenyum,
“Terlambat ya? Hahaha mianhae. Noona ku ingin ikut kesini, jadi
aku harus menunggunya merias diri. Kalian tahulah wanita yang ingin menemui
seseorang,” ujar Chanyeol yang segera duduk di tempat yang disediakan. Dan
mereka melanjutkan belajar mereka, sedangkan di ruang tamu Ahra dan Suho
berbicara panjang tentang masa lalunya. Suho masih canggung menatapnya, karena
dia ingat tingkah Ahra waktu sekolah dulu.
“Kau sekarang ambil jurusan apa di universitas?” tanya Suho
dingin,
“Ah? Aku? Aku ambil jurusan Sosial, Suho. Kau ambil apa?” Ahra
bertanya kembali dengan perasaan gugup,
“Ya aku ngga yakin kalau kau ngga tau. Kau ini, aku ambil bisnis
manajemen. Bukannya kau sering kelihatan di gedung fakultas itu, aku kira kau
ambil jurusan sama denganku,” Suho pun tertawa kecil diakhir perkataannya tadi,
dan Ahra hanya bisa tersipu saat Suho mengatakan sering berada di gedung
fakultas Suho.
“Aniyo, aku kesana hanya ingin bertemu dengan temanku. Dia
mengambil kelas bisnis manajemen tingkat dua, hehe” jawab Ahra gugup,
“Mwo? Nama dia siapa? Mungkin dia satu kelas denganku berarti, dia
masuk kelas apa?” Suho menanyakan hal yang Ahra sendiri tidak mengerti karena
dia sedang mengarang cerita. Dan kemudian handphone Suho berdering, dia meminta
waktu sebentar dan meninggalkan Ahra duduk diruang tamu untuk mengangkat
teleponnya. Ahra langsung tersenyum menatap Suho yang memandangnya sambil
berlalu. Bagaimanapun ia tertolong karena panggilan diteleponnya itu, tapi
siapa yang meneleponnya? Kemudian ia mencari cara untuk mendengarkan, akhirnya
dia mendapatkan ide cemerlang.
Dia langsung keluar, mengambil sepatunya dengan alibi mendengar
pembicaraannya. Dia mengendap - endap berjalan ke teras rumah, dan tidak
mendapati Suho disana. Tapi dia tetap berjalan ke arah sepatunya, dia pakai
sepatunya dan bergegas keluar. Tanpa diduga, dia melihat hal yang tidak ingin
ia harapkan, Suho bertemu lagi dengan Hyuna. Ahra langsung gugup dan segera
kembali ke dalam rumah. Dia memanggil adiknya untuk meminta izin pulang lebih
dulu, Chanyeol dan yang lainnya hanya bisa saling tatap. Chanyeol langsung
berlari menghampiri noona-nya,
“Noona, kenapa kau pulang sendiri? Ini kan sudah petang, jangan
pulang sendiri. Biar bareng sama aku saja,” bujuk Chanyeol,
“Ngga Channie, noona merasa sedikit kurang sehat. Noona bisa
pulang sendiri kok, kamu tuntasin tugasmu ya,” jawab Ahra, tapi Chanyeol gak
bisa membiarkan noona-nya sendiri.
Chanyeol
menghampiri teman - temannya,
“Hei, aku antar noona ku dulu ya
sampai halte. Nanti aku kembali lagi,” ujar Channie,
“Apa tidak sebaiknya kamu
mengantarnya sampai rumah, aku dengar eonnie Ahra sakit,” sahut Hahee,
“Emm, tapi....bagaimana deng--”
“Tidak, kau harus mengantar noona
mu, aku yang akan mengajarkanmu besok. Kita kan sebangku,” ujar Baekhyun,
“Benarkah? Terima kasih ya. D.O
hyung, maaf aku meninggalkan kelasmu ini.”
“Gwaechana, ayo cepat antar kakakmu.
Hati - hati dijalan, Hahee kau antar dia,” D.O mengarahkan matanya ke Hahee
agar segera menemani Chanyeol. Hahee segera bangun dari duduknya, lalu mereka
berdua berjalan ke arah pintu depan. Baekhyun dan Sharon saling bertatapan dan
berbisik dan melanjutkan belajar bersamanya.
Sesampainya
di depan pintu, Chanyeol meminta izin pulang lebih awal. Hahee ikut keluar
untuk menuntun Ahra eonnie ke depan pagar rumah.
“Eonnie hati - hati ya dijalan,”
“Channie, kalau ada sesuatu dijalan,
segera telepon aku ya. Jangan sungkan ya,” senyuman Hahee lagi dan lagi
mendarat ke pandangannya Chanyeol, dia membalas senyuman ke Hahee.
Diperjalanan
Chanyeol menanyakan ke kakaknya,
“Noona, kau kenapa? Sepertinya
sakitmu ada sebabnya, ini terasa mendadak,” ujar Chanyeol di bus.
“Umm, tidak. Aku hanya terlalu lelah
setelah praktek kemarin. Maaf ya merepotkanmu, Channie” jawab Ahra menatap
adiknya,
“Oh, kau tidur saja dulu, nanti aku
bangunkan kalau sampai.” Chanyeol menyandarkan kepala noona-nya ke bahunya. Lalu
Chanyeol memegang dahi Ahra, terasa panas dan keringatnya sudah keluar.
‘Dia mulai demam. Besok hari pertama
aku melaksanakan ujian, tapi aku tidak mungkin membiarkan noona sendiri
dirumah. Kalau demamnya sampai besok, aku tidak akan meninggalkan rumah,' pikir
Chanyeol.
Dinihari,
Chanyeol terbangun karena noona-nya demam tinggi. Dengan rasa kantuknya, ia
memaksakan bangun dari tempat tidur dan mengompres Ahra. Chanyeol pindah
tidurnya ke dalam kamar kakaknya dan ambil selimut dan bantal dari kamarnya. Ia
tidur dibawah tempat tidur kakaknya.
“Noona, kalau kau perlu sesuatu aku
ada dibawah. Panggil saja aku, nanti aku bangun kok. Ya?” Ahra mengangguk, dan
Chanyeol tidur lelap.
Pukul 10
malam, Chanyeol belum tidur untuk menyiapkan makanan untuk kakaknya karena
belum sempat makan malam. Dia memasak bubur, dan membawanya ke kamar noona-nya.
“Noona, kau makan dulu ya. Aku sudah
buatkan bubur untukmu, mau aku suapin?” Chanyeol meletakkan nampan dimeja.
“Tidak usah, kau istirahat saja,
tampaknya kau lelah sekali. Aku bisa sendiri,”
“Gwaechanayo, aku bisa kok, sini
sama aku saja,” tawar Chanyeol,
“Sudah, kau istirahat sana. Aku bisa
sendiri,”
“Kalau begitu aku menunggumu disini
saja. Ya? Aku tidur dibawah,” dan dia tidur dibawah, sebelumnya dia sudah
membawa selimut dan bantal dari kamarnya.
“Kau tidur diatas saja, Channie.
Noona sudah biasa berbagi tempat tidur denganmu sejak dulu.”
“Tidak usah, kak. Aku dibawah saja,
nanti sakitmu menular, bagaimana? Kau mau tanggung jawab, haha bercanda kak. Kau
tidur ya,” Chanyeol memeluk kakaknya, dan pindah ke bawah untuk tidur disana.
Ahra sesekali menatap adiknya yang tidur di bawah, melihatnya dengan tatapan
lirih. Dia merasa senang bisa punya namdongsaeng yang baik dan tanggung jawab
sepertinya. Tapi terbesit dipikirannya, melihat kejadian Suho dan Hyuna yang
bertemu dan pergi ke suatu tempat. Membuatnya pusing lagi, namun ia mengingat
usaha adiknya maka ia berusaha untuk tetap sehat.
Semalaman
noona Ahra istirahat dan tidur lelap, Chanyeol sesekali terbangun untuk melihat
keadaan noona-nya dan kemudian dia melanjutkan tidurnya.
***
Keesokan
harinya, suasana pagi hari yang seperti biasa, kicauan burung diluar rumah
mengusik pagi harinya Chanyeol yang terlelap tidur. Tirai kamarnya sudah
terbuka, dia sedikit demi sedikit menatap ke arah jendela dan mengucek kedua
matanya. Dia baru tersadar kalau dia sudah berada didalam kamarnya, dan
disampingnya sudah ada Hahee dan yang lainnya.
“Tampaknya pangeran tidur ini sudah
bangun ya? Hahaha” kata Baekhyun sambil menyudahi makan snack yang disediakan
kakaknya Chanyeol,
“Kalian?” jawabnya dengan suara
serak,
“Ya, ini kami. Tadi kau terjatuh tak
sadarkan diri, begitu kami datang. Kami mendengar Ahra eonnie berteriak butuh
pertolongan, jadi kami langsung masuk saja. Dan membantu membawamu kesini,”
jawab Hahee,
“Masa sih? Kok aku tidak ingat
apa-apa ya?” jawab Chanyeol sambil menggaruk rambut bagian belakang kepalanya.
Baekhyun tidak menyia-nyiakan kesempatan membalas kejahilan dia selama ini,
“Wah jangan-jangan kau gegar otak?
Kau masih ingat aku? Apa kau hanya ingat Hahee?...dan Sharon?” Baekhyun sengaja
menyebutkan nama Hahee pertama kali, untuk menyindir Chanyeol.
‘Kau! Akan kubalas kalau sampai
Hahee tau yang sebenarnya. Kau, Byun Baekhyun!!' geram itu semakin memuncak
dalam hatinya,
“Kalau aku benar-benar gegar otak,
memang aku juga tidak akan pernah mau mengingatmu, Baekhyun. Terlalu hal sepele
menurutku, haha” Baekhyun pun cemberut mendengar perkataan Chanyeol tadi.
“Baiklah, kau sudah sehat? Kami
tidak ikut ujian kimia demi kau loh. Ini idenya Baekhyun, kau tidak boleh
begitu,” ujar Sharon,
Chanyeol
segera merangkul Baekhyun yang duduk disebelahnya,
“Uhh, kau memang temanku, Baekhyun.
Maafkan aku ya?”
“Iya, aku maafkan. Tapi kau harus
janji, besok setelah kita susulan kau harus mentraktir kami ke kedai kemarin,”
Baekhyun mulai merajuk, dan Chanyeol tidak suka saat-saat seperti ini.
“Hei, permisi. Kalian ke kedai?
Kedai yang belakang sekolah? Tanpa aku? Ah, kalian jahat sekali.” Hahee
meletakkan buku yang sedang dibacanya, Sharon dan Baekhyun diam saja dan
mendorong Chanyeol agar menjelaskan semuanya. Dia menjelaskan cerita kemarin ke
Hahee, dan akhirnya Hahee pun menjelaskan kalau dia sebenarnya hanya bercanda.
Ahra datang dan membawakan beberapa makanan dan minuman untuk teman - teman
adiknya.
“Noona, kau istirahat saja. Mereka
bisa mengambil makanannya sendiri, nanti kau sakit lagi.” ujar Chanyeol
khawatir,
“Tidak
apa-apa, sudah kau lanjutkan saja belajarnya. Noona sudah sehat kok, ya dimakan
ya!”
“Kau
sangat perhatian, tumben sekali Channie,” ujar Hahee,
“Ah,
Channie temanku ini memang baik kok. Ya dia selalu seperti ini, ya kan
Channie?” ujar Baekhyun dengan nada menyindir, tiba-tiba Chanyeol memukul
kepala Baekhyun dari belakang,
“Aduuh,”
Semuanya tertawa kemudian mereka melanjutkan kegiatannya.
Langit
terang cerah berubah menjadi kejinggaan, itu berarti petang hari pun datang.
Hahee menatap jam ditangannya, dan jam menunjukkan pukul 6 sore. Sharon menatap
Hahee yang mulai gelisah mencari sesuatu di tas nya,
“Hahee, kau sedang cari apa?”
“........”
“Hahee,” panggilan Sharon yang kedua
kalinya,
“Hmm ya? Apa?” Hahee tak sadar kalau
Sharon memanggilnya dari tadi,
“Kau memangnya mencari apa? Bisa ku
bantu?” bisik Sharon,
“Aku mencari tiket menonton. Kai
memberikanku kemarin malam, jangan sampai aku lupa membawanya. Aduuh,” Hahee
tetap gelisah mencari tiket itu.
“Ah? Kau akan pergi dengannya malam
ini? Wah, selamat ya, ternyata dia sudah baik lagi ke kamu, Hahee.” Sharon
membisiki Hahee, dan dia tersenyum tersipu malu.
“Kau ini, biasa saja dong. Aku sama
dia cuma mau jalan-jalan, aku juga mau bertanya tentang ujian kimia dikelasnya.
Barangkali bisa untuk referensi kita, kkk” mereka berdua tertawa kecil dan
mengundang rasa penasaran diantara Baekhyun dan Chanyeol.
“Kalian ini kenapa?” tanya Baekhyun
sambil melahap biskuit ditangannya,
“Emm, Kai loh. Dia mengajak kencan
Hahee, haha. Dia kembali baik ke Hahee, hihi,” jawab Sharon,
“Mwo? Benarkah? Waaah,” ricuh
Baekhyun,
Handphone
Hahee berdering, ternyata Kai meneleponnya,
“Yeobseyo?”
“Hahee, kau sedang dimana? Kata D.O
hyung, kau tidak dirumah sejak tadi pagi. Dan disekolah aku tidak bertemu
denganmu, kau kemana?” tanya Kai ditelepon,
“Aku dirumah Chanyeol, aku dan yang
lainnya juga disini. Kenapa oppa?” Hahee menjawab, Chanyeol terkejut mendengar
Hahee memanggilnya “oppa”.
‘Apa mereka sudah sedekat itu? Hmm
sebaiknya memang aku yang mundur,' pikir Chanyeol.
Setelah
menerima telepon dari Kai, Hahee semakin kacau karena tiket pemberian Kai
hilang. Semuanya membantu mencari disekeliling rumah, dimana - mana tidak ada.
Bel rumah berbunyi, Chanyeol segera membuka pintu rumahnya. Dan dia mendapati
Kai berdiri dihadapannya,
“Annyeonghaseyo, Chanyeol. Boleh aku
masuk?” Kai menyapanya dengan senyuman ramah, dan tertawanya.
“Boleh, silahkan masuk.”
“Tapi, bisa kita bicara dulu diluar,
sebentar saja,” lalu mereka berdua duduk ditangga didepan rumah. Kai meminta
izin mau mengajak Hahee kencan,
“Hei, Kai kau tidak perlu meminta
izin denganku, memangnya aku ayahnya?” kata Chanyeol,
“Tidak, aku tidak bercanda. Aku
takut kau marah karena aku selalu mengganggu waktumu dengan yang lain. Lagi
pula aku ini baru mengenalmu di awal SMA kan?” jawab Kai,
“Hahaha, kau ini kenapa? Lagipula
kau dan aku kan sudah jadi teman baik, haha maaf kalau aku selalu buat kau
kesal.” Chanyeol menjulurkan tangannya dan mengajak berjabat tangan,
“Baiklah, terima kasih. Aku bawa
Hahee sebentar ya, mudah - mudahan dia mau memaafkanku,” tepuk Kai ke bahu
Chanyeol.
“Ya, silakan. Ya semoga berhasil,
kau jangan terlalu dingin dengannya. Menyeramkan wajahmu itu,” ujar Chanyeol,
“Kau!!” Chanyeol segera berlari
sebelum tangan Kai melayang dikepalanya. Dan malam itu pun, Hahee dan Kai jalan
bersama.
Selama
perjalanan, Hahee dan Kai saling diam. Lagi-lagi Kai hanya terdiam dengan wajah
angkuhnya. Dipikiran Kai sudah terlintas untuk berbicara, tapi selalu saja ada
halangan, ibunya menelepon atau alarm yang ia lupa hapus,
“Hahee,”
“Ne?” jawab Hahee,
‘Kriiiiing....' Kai gugup, dan
mengabaikan teleponnya,
“Sebentar ya,” dia segera mengangkat
teleponnya, Hahee menatap ke luar jendela bus, melihat langit tak bersinar lagi
dan matahari pergi untuk istirahat sejenak. Saat itu Hahee ingin sekali menatap
wajah Kai, dan dia berusaha dengan malu - malu. Lalu Hahee menatap Kai perlahan
- lahan tetapi saat hendak menatap wajah Kai kemudian kaget lalu termenung.
Hahee segera menegurnya yang sibuk dengan handphonenya,
“Kau baik - baik saja, Kai?” tanya
Hahee,
“Ya, aku baik - baik saja,” jawab
Kai sambil melempar senyuman ke Hahee, ‘Aku tidak bisa melangkah lebih jauh
lagi denganmu, bukan salahmu, ini salahku,' lanjut Kai dalam hati sambil terus
menatap layar handphonenya.
“Kalau memang ada sesuatu, kau boleh
pergi. Biar aku turun di halte berikutnya,” ujar Hahee,
“A-anieyo,” balas Kai dengan suara
yang gugup,
“Sudah, kau tak perlu bohong. Matamu
sudah berbicara kepadaku yang sebenarnya,” ucap Hahee dengan tenang.
“Hahee, bukan seperti itu....”
“Sudah ya, ini sudah halteku. Aku duluan
ya, jaga dirimu baik - baik. Jangan terlalu terburu-buru, daaah!” kata Hahee
sambil berjalan keluar bus, mata Kai belum putus dari pandangan sosok Hahee
sampai akhirnya bus berangkat. Lalu Kai mencari-cari Hahee diluar bus, dia
sudah tidak terlihat disekitar bus. Dan bus pun akhirnya berjalan. Hahee masih
disitu dan bersembunyi dibalik bus, Hahee takut kalau Kai akan mementingkan
dirinya dibanding kakaknya dan tampaknya daritadi Hahee melihat panggilan masuk
yang ia tolak semuanya dari ibunya.
Sepanjang
perjalanan ke rumah, Hahee selalu mengingat percakapan yang tidak sengaja
terdengar olehnya,
‘Kai, kau dimana? Kau harus
kesini, kakakmu mencarimu,' suara ibunya lirih,
‘Eomma, aku sedang dijalan. Aku
akan segera kesana, memang ada apa dengannya?” jawab Kai berbisik,
‘Suho menemukan rumah sakit
noona-mu sekarang. Tadi Eomma dan Appa mau memindahkannya, tetapi kakakmu malah
memanggil namamu.'
‘Suho Hyung?' Kai berusaha
memperkecil volume suaranya, dari mulai itu Hahee berhenti mendengarkan karena
terkejut.....
Hahee
bingung, ada apa dengan seseorang yang namanya Suho? Kakakku? Apa yang namanya
Suho didunia hanya oppa-ku?
“Ahh tidak mungkin” ujarnya sendiri sambil membuka pintu pagar
rumahnya, dan dia tidak mendapati mobil oppanya di garasi. Hahee langsung
kedalam rumah dan ada D.O oppa sedang membersihkan rumah seperti biasa. Lalu
dia menanyakan Suho oppa ke dia,
“Oppa, kenapa rumah ini sepi? Jam
segini, Suho oppa belum juga pulang?” tanya Hahee,
“Tadi hyung udah pulang,
tapi ia keluar lagi sekitar 5 menit yang lalu lah. Dia terburu-buru mungkin ada
rapat divisi, hehehe” D.O kembali mengelap lemari yang berdebu, game stick yang
berceceran setelah ia pakai sendiri.
“Kira-kira oppa tau dimana
Suho oppa sekarang? Apa masih dikantor?” tanya Hahee,
“Emm, aku belum tahu sih.
Tapi aku cuma denger dia membicarakan 'dimana? Aku akan kesana, sebentar' itu
saja, belum sempat oppa tanya, hyung sudah pergi” jelas D.O oppa,
Berarti oppa sedang ada diluar rumah,
berarti banyak kemungkinan Suho oppa-ku dan Suho yang Kai bilang adalah orang
yang sama. Hahee segera pergi dan terus telepon handphone oppa-nya, tapi selalu
dijawab oleh operator,
“....YA! Aku ga butuh jawaban operator” geram Hahee
ditengah perjalanannya. Kemana harus aku datang, ke kantor Suho oppa? Atau aku harus
telepon Kai sedang ada dimana, lalu aku menghampirinya? Tidak, tidak boleh
begitu. Pasti ada cara lain buat tahu dimana Suho oppa sekarang.
Hahee terus dibaluti rasa penasaran yang
teramat sangat, akhirnya dia mencoba untuk diam dan menyandarkan dirinya di
kursi. Bus melaju dengan tenang, seakan-akan menyuruh Hahee untuk tenang
sejenak. Dia memutuskan untuk mengikuti halte terakhir yang bus ini tuju. Gangnam district. Barangkali dia menemukan
sebuah ilham atau anugerah harus berbuat apa. Setelah sampai dihalte
selanjutnya, Hahee menuruni tangga bus dengan langkah lemah. Diseperempat
jalannya dari halte, dia mengangkat wajahnya dan mendapati didepannya sebuah
rumah sakit juga tak jauh darinya kantor Suho oppa.
“Apa yang harus aku lakukan?
Aku penasaran, tapi masa iya aku harus menyambungkan urusan ini karena gedung
mereka berhadapan?” gumam Hahee,
'Aku harus masuk, apa salahnya kan?
Bilang saja, kakakku sedang dirawat disini dan.....' pikir Hahee, dan tak
diduga dihadapannya terparkir mobil Suho oppa. Badannya mematung, tak bergerak,
seakan-akan waktu berhenti seketika. Pikiran Hahee berantakan, langsung dia
lari ke dalam untuk menanyakan ke bagian informasi. Saat ia berlari karena
terlalu tergesa-gesa, dia menabrak seseorang sampai pingsan.
To Be Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar