Senin, 06 Oktober 2014

History of Angel - ff Kai EXO (Chapter 5 - Episode 4)



SUB JUDUL IV
Tuk Bersamamu, Bagaikan Mengharap Peringkat Satu
함께 뮤를 들어, 순위 1 기대 싶다 ..

Waktu berlalu, hari berlalu, minggu berlalu dan berbulan - bulan telah terlewatkan. Kelas tiga SMA telah menyambut didepan mata, beberapa latihan tes pun dijalani oleh setiap murid. Kalau saat - saat seperti ini, biasanya yang ramai adalah kelas Hahee dan perpustakaan. Kenapa harus perpustakaan? Karena perpustakaan itu gudangnya buku pelajaran yang bisa dipelajari. Tapi itu untuk anak murid yang masih rajin atau mau tak mau membaca. Untuk yang malas membaca, anak murid yang lainnya memilih untuk ke kelas Hahee tepatnya mendatangi berbagai master pelajaran. Ada Ye Rim yang mahir belajar Fisika, Luhan yang mahir pelajaran Matematika, dan Kai yang mahir dalam pelajaran Bahasa Inggris dan Kesenian tentunya. Beberapa kerumunan murid perempuan mendatangi meja Hahee dan Kai.
“Ah, pasti kau lagi.” Hahee merasa lelah karena sudah beberapa hari ini dia harus rela pindah tempat duduk demi para pemuja Kai.
“Hahee, ini bukan salahku,” panggil Kai melihat Hahee membawa tas dan bukunya ke meja yang lain,
“Aku pindah disini ya,” minta Hahee ke Lee Taesung yang duduk diseberang meja Hahee dan Kai.
“Iya silahkan,” ujar Taesung. Hahee pun melanjutkan belajarnya dan mulai mengajak Taesung untuk berdiskusi. Ditengah kesibukan diskusi antara Hahee dan Taesung, datang kerumunan yang lainnya. Ternyata mereka meminta Taesung untuk mengajarkan Biologi, Hahee baru ingat kalau Taesung hebat dalam mata pelajaran ini.
“Maaf ya, Hahee. Aku jadi mengganggu konsentrasimu, sebelumnya aku minta maaf lagi,” Taesung merasa tidak enak karena kerumunan murid yang datang yang kebanyakan perempuan.
“Hahee, kami permisi mengambil tempatmu. Tidak apa - apa kan?” ujar salah satu dari mereka fans Kai menyindir Hahee agar pergi dari tempat duduknya. Hahee pun berpindah tempat duduk lagi. Tapi terlihat semuanya sibuk masing - masing karena besok memang final dari ujian praktikum. Mau mengajak Sharon dan Baekhyun tapi kata Taesung tadi, mereka berdua ke perpustakan. Hahee memutuskan belajar dihalaman sekolah, membaca buku dan semacamnya. Sehun yang melihat itu memutuskan untuk mengikuti Hahee ke halaman sekolah. Hahee tidak menyadari kalau dia diikuti oleh Sehun,
“Hahee!!” teriak Sehun mencoba mengkagetkan Hahee,
“Aaa, kau!” ujar Hahee terkejut, “sedang apa kau disini?” sambungnya,
“Aku mengikutimu, lagi pula aku muak kenapa semua yang ke kelas kita hanya anak perempuannya saja. Mereka sebenarnya berniat belajar atau hanya ingin melihat idola mereka sih?” ujar Sehun kesal, karena tempat duduknya diambil juga oleh kerumunan siswi yang berkumpul dimejanya.
“Sama, aku juga begitu. Kai, kau tahu kan Kai? Dia tampan, pintar pula, dan kau juga. Eh, kenapa kau tidak dikerumuni?” tanya Hahee bingung,
“Emm, molla. Aku kan tidak seperti Kai banyak yang mengidolakan,” ujar Sehun sambil menyandarkan badannya ke tembok. Padahal sebenarnya Sehun tadi dikerumuni oleh para wanita itu tetapi dia memilih untuk pergi ke halaman sekolah menyusul Hahee. Tapi dia tidak menceritakan hal yang terjadi itu kepada Hahee.
“Oh..kau sudah mengerti ini?” kata Hahee sambil menunjukkan bab pelajaran Fisika dan Matematika. Dan mereka pun akhirnya mendiskusikan soal latihan yang ada. Terik matahari tak membakar semangat Hahee dan Sehun yang belajar dibawah pohon rindang di halaman sekolah. Siang hari berganti ke sore hari, mereka pun kembali ke kelas untuk mengambil tas mereka atau beberapa buku yang tertinggal. Hahee dan Sehun tidak pernah serius jika sedang bersama. Sehun menggelitiki pinggang Hahee, dan Hahee menjauhkan tangan Sehun darinya.
“Sehun-ah, sehun-ah!! Ampun, aku geli.” Hahee tertawa sambil mencoba berlari dari Sehun.
“Hey, tidak tidak. Kau yang selalu kalah, kau harus dapat hukuman. Haha.” ujar Sehun dan mereka memasuki kelas yang didalamnya ada Kai, Sharon dan Baekhyun juga Luhan yang menunggu mereka berdua untuk pulang bersama.
“Hahee, kau darimana? Kami menunggu kalian, ayo cepat beresin barang - barang kalian. Ini sudah sore, ayo pulang.” Sharon mendorong Hahee ke mejanya, dan disana ada Kai yang masih duduk ditempatnya.
“Kau darimana? Oh, kau bareng Sehun. Pantas saja nyaman sampai sore begini,” ujar Kai tetap menjaga pandangannya ke layar gadgetnya. Hahee yang cuek terus memeriksa kolong mejanya, dan tangannya digenggam.
“Hahee, kenapa kau sekarang seperti ini?” Hahee diam tak bergeming, Kai masih ingin tahu penjelasan dari Hahee yang sebenarnya selama ini. Sharon dan yang lainnya mengajak untuk keluar bersama. Tapi Hahee menyuruh mereka untuk duluan keluar, masih ada hal yang harus diselesaikan katanya. Setelah mereka semua keluar dan merasa sudah jalan cukup jauh dari kelas, Hahee mulai membuka mulutnya.
“Apa? Apa yang harus aku jelasin? Bukannya sudah jelas, dia yang lebih baik dia yang lebih sering bahkan selalu ada setiap aku butuh.” Hahee menjelaskannya sambil menatap lurus pandangannya ke mata Kai,
“Apa aku salah?” tanya Kai,
“Terserah kau, aku pulang dulu. Kasihan yang lain menunggu kita terlalu lama.” Hahee bangun dari tempat duduknya,
“Apa? Masalahku apa, Hahee.” Kai membentak Hahee, dan Hahee menoleh memandangnya,
“Kau mau tahu? Kau tidak sadar, ceritamu dengan Chaerin, kisahmu dengan Chaerin dan dramamu dengannya dulu. Tapi memang, aku tidak marah dengannya, tapi aku kesal lebih kepada perbuatanmu dahulu, menjauh dariku. Yang membuat aku terus kesal dan berusaha berpikir keras apa salahku, puas dengan jawaban ini, hah?” jelas Hahee menahan tetesan air matanya jatuh didepan Kai. Namun apa daya, Hahee hanya seorang perempuan yang terkadang kuat dan bisa rapuh kapan saja. Air matanya menetes dihadapan Kai, dan dia segera menyeka air mata dipipinya. Kai berlari menghampirinya,
“Kau kenapa, Hahee? Maafkan aku kalau memang aku salah bicara,” Kai memeluk Hahee,
“Tidak, kau tidak salah. Lepaskan aku,” Hahee mencoba melepaskan pelukan Kai dan berlari menjauh dari Kai. Tetapi Kai menarik tangannya dan menciumnya, Hahee diam berdiri dihadapannya. Ditempat lain, Sehun dan yang lainnya menunggu Hahee dan Kai. Karena kesal menunggu, Sehun berlari dan menghampiri Hahee lalu tak disangka dia melihat kejadian itu. Sehun mundur dan bersembunyi dibalik pintu kelas dan melihat kejadian itu dengan jelas.
‘Kau masih menyukainya kan, Hahee. Kenapa kau tidak bilang?' ujarnya dalam hati,
Pintu kelas yang terdorong oleh tiupan angin menimbulkan suara yang memecah kesunyian.
“Eh?” tidak sengaja Sehun bersuara, Kai dan Hahee pun sadar akan suara itu.
            “Siapa disana?” teriak Kai, Hahee mencarinya.
            “Sehun?” Hahee mengintip orang yang dibalik pintu, dan Sehun pun keluar dari dalam kelas tadi.
            “Maaf ya, kalian sudah ditunggu yang lain. Eh? Luhan sudah meneleponku, aku mau latihan futsal dengannya. Permisi, aku duluan,” Sehun berlari dengan cepat menjauh dari mereka sampai Hahee tak sempat memanggilnya. Karena merasa bersalah, dia mengejar Sehun dan meninggalkan Kai yang sendiri. Tapi saat tiba didepan gerbang, hanya ada Luhan, Sharon, dan Baekhyun yang duduk di pos satpam. Sharon segera menghampiri Hahee untuk menanyakan beberapa hal. Sharon menanyakan keadaan Hahee tapi Hahee malah menanyakan tentang Sehun.
            “Dia pulang duluan, dia bilang ada keperluan mendadak. Dia juga bilang kalau kakaknya kecelakaan kecil diproyek pekerjaannya. Hanya itu saja sih, tidak ada yang lain,” jelas Luhan,
Hahee menutup rapat mulutnya, wajahnya pucat tidak pernah terjadi seperti ini, saat perasaannya kepada Kai itu tidak sama seperti apa yang dirasakannya terhadap Sehun. Hahee mengambil ponsel disakunya, dan menelepon Sehun. Sudah dicoba beberapa kali tapi tak ada jawaban darinya. Mereka memutuskan untuk mengantar Hahee pulang karena dia sudah terlihat pucat.

Hari ujian akhir semester pun dilaksanakan mulai hari ini. Banyak wajah stres, frustasi, kurang tidur bahkan ada yang diam termenung pasrah menunggu soal yang keluar. Seperti biasa mereka berkumpul dan hari ini Chanyeol masuk sekolah.
            “Chanyeol, aku rindu kau,” Baekhyun memeluk Chanyeol yang baru duduk disebelahnya,
            “Hey hey, iya iya. Aku tahu, kenapa kalian ini?” tanya Chanyeol, “apa ada yang salah? Apa aku kurang tahu informasi terkini?” tanya Chanyeol lagi.
            “Ssst..sebaiknya aku temani kau ke kantin. Mau? Ayolah pasti kau kangen dengan masakan kantin sekolah.” Baekhyun menarik Chanyeol keluar kelas. Dijalan kekantin, Baekhyun menceritakan awal yang terjadi disekolah selama dia tidak masuk. Dia mulai menceritakan cerita dari Sehun, masalah yang terjadi ke Hahee dan yang lainnya.
            “Apa? Jadi mereka..oooh..aku bisa tidak tahu ya?” ujar Chanyeol,
            “Ya, kan kau tidak masuk sekolah. Bagaimana sih,” Baekhyun mendorong bahu Chanyeol. Dia hanya tertawa dan mereka pun memutuskan kembali ke kelas. Suasana kelas kembali seperti biasa, itu menurut murid yang lain, hanya saja berbeda dengan Kai dan Hahee. Mereka tidak saling berpandangan, tidak saling bercakap-cakapan, mereka duduk saling menjaga jarak satu sama lain. Chanyeol yang baru masuk dibuat bingung dengan tingkah mereka. Dan dia mengingat cerita Baekhyun tentang apa saja yang terjadi diantara Hahee dan Kai.

Ujian pun dimulai, semuanya duduk dengan rapi dan guru pengawas membagikan soal ujian. Ditengah ujian, banyak siswa yang sakit dan diantar ke UKS. Katanya karena stres karena sebelumnya memang diadakan kelas tambahan yang cukup membuat lelah. Hahee mengangkat kepalanya sesekali untuk melihat siapa yang sakit. Dan dia kembali melihat soal ujiannya, dia sesekali juga menatap Kai yang mengerjakan soal. Dia melihat ke arah Kai lagi, soal ujian itu sudah terisi semua dan dia malah tertidur pulas.
            ‘Kau malah tidur, tidak berubah. Tidak jauh berbeda dari Sehun.' Hahee berbicara dalam hati. Lama dari itu dia terus sesekali melihat Kai, tapi dia curiga sikutan Hahee tak membuatnya bangun. Hahee menoleh ke sekelilingnya, dan dia mengangkat tangan Kai sedikit. Dia mencoba mengintip dan ada bercak darah di lembar jawabannya. Dia yang sedikit panik mencoba mengangkat badan Kai agar bersandar kursi. Tangan Kai jatuh dipangkuannya, darah yang keluar dari hidungnya mengalir ditangannya yang mencoba menyumbat. Dia pingsan, wajahnya pucat, keringat dingin masih mengalir. Lalu dia panik dan meminta tolong ke Sehun dan Sharon yang masing - masing duduk dibelakang dan samping Hahee.
“Sehun, tolong Kai. Bantu aku bawa dia ke UKS, hidungnya mengeluarkan darah.” Hahee panik, dan mengundang anak yang lain untuk melihatnya. Karena kegaduhan terjadi, pengawas ujian pun datang menghampiri.
“Ayo, bantu, kalian bawa dia ke UKS. Untuk sisanya tetap dikelas, kerjakan. Sehun, ayo bawa dia,” Pak Kim menyuruh beberapa anak untuk membantu membawa Kai ke UKS. Sharon menemani Hahee berjalan ke sana, Hahee terus menangis dan khawatir tentang dia. Kata Pak Kim, Kai sebaiknya dibawa kerumah sakit dan mereka segera menelepon ambulance. Dan yang lain menyusul setelah menyelesaikan ujian mereka.
Berjam - jam, Hahee dan yang lain menunggu Kai dirumah sakit. Dia masih lemah sejak sadar beberapa menit yang lalu, dan semuanya beristirahat di sofa kamar rawatnya. Ada yang tertidur, ada yang bermain games, dan ada yang jajan ke kantin rumah sakit. Hahee tetap disisi tempat tidur Kai, dia terus berdoa agar tidak terjadi apa - apa dengan Kai. Dokter pun datang untuk mengontrol setiap perkembangan kesehatan Kai. Setelah dokter memeriksa keadaan Kai, dokter pun meminta keluarganya untuk datang ke ruangan. Mau tidak mau, tanpa sepengetahuan yang lain Hahee bilang kalau dia itu keluarganya. Dan dokter mempersilahkan Hahee untuk datang ke ruangannya. Keadaannya saat mencekam, Hahee tidak tahu akan memberitahu ke orang tua Kai seperti apa setelah mendengar penjelasan dokter. Saat Hahee hendak meninggalkan kamar rawat,
            “Jangan jauh - jauh,” ujar Kai dengan nada lemas,
            “Aku hanya ingin membuang sampah.” Hahee segera mengambil sampah yang berserakan bekas anak yang lainnya makan tadi. Kai pun tersenyum dan melepaskan genggamannya. Hahee semakin merasa sedih dan entah kenapa dia merasa kalau dia bersalah.

***

Diruang Dokter Lim,
            “Kau keluarganya, benar?” Hahee tidak mau berbohong, akhirnya dia bilang kalau dia bukan keluarganya tapi akan berusaha menutupi apa yang ia ketahui nantinya dari dokter.
            “Baiklah, kalau begitu. Saya akan mencoba menjelaskan apa yang terjadi padanya. Ini diderita pada pasien yang memiliki sebuah penyakit yang saat ini masih kami cek. Gejalanya saat dia merasa tertekan atau apapun yang membuatnya daya tahan tubuhnya lemah, maka dia akan mengalami seperti ini. Kami sedang menganalisa kembali penyakit yang ada di dirinya. Ini memang masih ringan, tapi ini bisa jadi indikasi penyakit yang lain muncul. Maka mohon doa kalian untuk menolongnya. Kami juga sudah menghubungi psikolog untuk menanganinya lebih lanjut,” jelas Dokter Lim dengan wajah yang serius. Hahee hanya bisa mengangguk dan keluar dari ruangan. Sharon dan Chanyeol yang baru kembali dari kantin rumah sakit melihat Hahee baru keluar dari ruang dokter. Mereka menghampiri Hahee,
            “Hahee, sedang apa kau disini? Ada berita tentang Kai?” tanya Chanyeol,
            “Sebaiknya kau duduk disini dulu, minum dulu.” Sharon memberikan satu kaleng minuman kopi.
            “Emm, tidak ada apa - apa. Sebaiknya kita memang harus menghubungi orang tua Kai,” kata Hahee,
            “Oh, masalah itu. Pak Kim sudah menghubungi keluarganya.” Sharon menjelaskan jika Pak Kim sudah menghubungi orang tuanya dan akan datang setelah pekerjaan semuanya selesai. Mereka pun kembali menemani Kai dikamar rawatnya. Saat itu Kai masih bangun dan masih sadarkan diri, sampai akhirnya....
            “Hahee,” panggil Kai dengan suara lirih,
            “Hmm ya?” Hahee bangun dari tidurnya, dan memegang tangan Kai.
            “Disini dingin, Hahee. Aku hampir kedinginan, tidak ada selimut lagi?” pinta Kai, dan Hahee keluar untuk meminta selimut wool kepada perawat yang sedang berjaga, kata oppanya itu akan membantunya lebih nyenyak. Tidak ada yang bangun saat itu karena sudah jam istirahat, semuanya terlelap. Dalam keadaan mengantuk, Hahee keluar kamar dan tidak disangka entah apa penyebabnya. Hahee baru kembali dari meja resepsionis, Baekhyun menekan alarm pasien. Hahee yang sadar kalau itu adalah kamar Kai segera berlari sambil memeluk selimutnya.
            “Kai?” Hahee lemas,
            “Entah kenapa Kai pingsan setelah dia mencoba meraih sesuatu. Aku samar lihatnya, tapi aku sadar Kai sedang berusaha mengambil sesuatu. Entah apa itu,” jawab Baekhyun, Chanyeol menyetujui pernyataan itu. Keadaan kembali tenang setelah pemeriksaan menyatakan keadaan kritisnya menurun dari waktu dia datang. Tidak ada berita buruk lagi.
            “Denyut jantungnya bekerja dengan stabil kembali. Hanya saja dia butuh istirahat total dan dalam penanganan medis untuk beberapa hari ini. Kami mohon kehadiran keluarganya agar lebih cepat,” ujar dokter sambil berjalan keluar ruangan.
            “Memangnya kenapa? Apa yang terjadi dengannya?” tanya Hahee,
            “Kami belum bisa mempublikasikan hasil pemeriksaan kami sebelum keluar hasil pemeriksaan selanjutnya. Kami mohon kerja samanya jangan sampai dia mendengar sesuatu yang membuat dia tertekan. Jangan ada yang menangis, terus hibur dia agar shocknya berkurang. Dia masih mampu mendengar situasi sekitar,” jawab Dokter Lim, dan Hahee pun mengerti semuanya. Dia kembali ke kamar dan terus murung melihat peralatan medis itu menempel “lagi” di tubuhnya. Hahee memeluk tangan Kai dan terus menahan air matanya walaupun sebenarnya ia ingin histeris.
            ‘Mian, mianhaeyo. Aku sudah selalu menyalahkanmu atas apa yang terjadi. Maaf,' bisik Hahee. Air mata Kai menetes, Chanyeol melihat kejadian itu.
            “Kai?” Chanyeol heran, Hahee mengangkat kepalanya dan melihat ke wajah Kai. Ternyata Kai menangis,
            “Kai? Kau mendengarkanku?” tanya Hahee, Kai terus meneteskan air matanya, Hahee semakin sedih melihat itu. Monitor jantungnya menunjukkan aktivitas berbeda, Chanyeol segera memanggil suster yang berjaga. Dokter pun segera menangani keganjalan itu, dan Kai kembali stabil. Dokter memberi peringatan lagi, kalau sebenarnya Kai masih bisa merespons keadaan sekitarnya. Dan semuanya kembali istirahat dan melalui malam yang sangat hening.

***

Pagi hari menyambut Hahee dan yang lainnya, sinar matahari yang menyinari masuk dari jendela tanpa perantara gorden.
“beep..beep..beep” suara Heart Monitoring yang menempel ditubuh Kai juga menyambut pagi harinya. Orang tua Kai datang setelah dihubungi oleh Hahee malam tadi. Ibunya masuk kedalam ruang rawat Kai,
“Ya ampun, anakku. Kau kenapa?” ujar ibunya sambil mengelus dahi Kai yang masih terbaring koma setelah jatuh tadi. Ibunya langsung melihat Hahee dan memarahinya habis-habisan.
“Kau, memang pembawa sial! Kau dengan kakakmu, sama saja! Kenapa kau dekati anakku lagi, hah? Apa salah anakku sampai seperti ini,” bentak ibunya, Hahee langsung tersentak. Ia memang mengenal Kai kalau dia itu teman kecilnya, saat kakaknya Kai masih bersama Suho. Dia sedih, hatinya remuk, Sharon langsung menghampiri Hahee dan membawanya keluar ruangan. Sharon terus menyemangati Hahee agar tidak menanggapi serius ucapan ibunya Kai tadi.
“Tidak, Sharon. Ibunya benar, kau tahu kakaknya Kai sakit karena dia tidak mampu melihat kakakku, Suho, semakin menderita.” ujar Hahee pandangannya tak terarah.
“Hahee memangnya kenapa? Masalah kakakmu itu? Kim Sohee?” tanya Sharon,
“Iya, masih tentang itu. Tapi aku bersyukur kata Kai kakaknya sudah sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa,” jawab Hahee masih dengan keadaan seperti tadi, Sharon yang melihat itu menyuruh Hahee untuk pulang dulu. Sore kalau sudah agak baik perasaannya, mereka bisa kembali lagi ke rumah sakit. Kemungkinan besar ibunya tidak ada dirumah sakit kalau sore nanti. Chanyeol, Sharon dan Baekhyun menemani Hahee pulang seperti biasa.
“Hahee, kau baik-baik ya. Kalau memang sore nanti mau kesana lagi, kami jemput. Daaah~” teriak Baekhyun dari dalam mobil, Hahee hanya tersenyum dan membuka pintu pagar rumahnya.
Saat ia membuka pintu rumah, ia mendapati Hyuna dan Suho bersama.
“Oppa?” Hahee terheran, Suho segera berdiri yang sebelumnya terlihat seperti hendak mencium kekasih barunya itu. Hyuna yang melihat itu mencoba meluruskan semuanya,
“Tidak, Hahee.” kata Hyuna tetapi Hahee mencoba untuk tidak mendengarkannya. Dia berlari ke kamar, Hyuna ingin mengejarnya tapi ditahan oleh Suho.
“Sudahlah, biarkan dia menenangkan pikirannya. Dia baru saja pulang dari rumah sakit sehabis mengantar Kai,” jawab Suho, Hyuna hanya menganggukkan kepalanya. Dan kembali duduk diruang tengah, sedangkan Hahee pikirannya sedang kacau.
“Kenapa oppa begitu cepat melupakan kakaknya Kai? Sohee eonnie, kau harusnya mengerti suasana saat ini.” Hahee berbaring dan meneteskan air mata. Perlahan pintu kamar Hahee terbuka, Hyuna eonnie masuk dan duduk disisi tempat tidur Hahee. 
“Bukan seperti itu, kakakmu ini sedang mencoba mengobati luka digusiku. Dia bilang ini bisa diobati sendiri tak usah pergi ke dokter, memang apa sebenarnya yang kau rasakan?” tanya Hyuna dengan nada yang lembut. Sebelumnya Hahee enggan menjawab tapi akhirnya ia berusaha menjawab,
“Eonnie, apa benar kau kekasih kakakku sekarang?” tanya Hahee polos, Hyuna tersenyum dan menjawab.
“Iya, aku pacar kakakmu sekarang. Memang kenapa? Kau tidak suka aku ya?” goda Hyuna, Hahee menanyakan beberapa hal lagi,
“Aku ingin tahu, apa kau tahu Kim Sohee eonnie? Apa oppa suka cerita tentangnya?” Hyuna kembali tersenyum lagi mendengar pertanyaan Hahee,
“Dia suka cerita tentangnya, bahkan sering. Memangnya ada apa dengannya?” jelas Hyuna, Hahee bangun dari baringannya.
“Eonnie tidak cemburu?” tanya Hahee heran,
“Untuk apa? Oppa mu mencintainya, dulu. Tapi aku percaya oppa mu, aku percaya dia mencintaiku sekarang.” tukas Hyuna,
“Tapi dia masa lalunya Suho oppa kan?”
“Iya dia masa lalunya, tapi aku memberikan kesempatan untuknya untuk membuka masa baru tanpa melupakan masa lalu seluruhnya.” jelas Hyuna dengan tetap memasang wajah senyumnya.
“Eonnie,” Hahee memanggil Hyuna yang sedang merapihkan seragam Hahee yang berserakan.
“Ya?” Hyuna memandang Hahee yang masih disisinya.
“Aku masih menyukai Kai, tapi ibunya masih menyalahkan oppa atas sakit kakaknya” Hahee sudah mulai terbuka dengan Hyuna,
“Kim Sohee? Aku tau dia, dia sering cerita kenapa dia mulai sakit-sakitan. Sejak dia sering melihat oppa kerja hingga larut malam untuk persiapan menikah. Dia sendiri yang cerita kepadaku waktu itu,” cerita Hyuna yang membuat Hahee kaget,
“Berarti apa salah oppa dong? Kan itu karena dia yang memikirkan oppa?” tanya Hahee,
“Mungkin orang tuanya tidak tahu apa yang dia rasakan. Kesehatannya menurun dan orang tuanya hanya tahu sebelumnya dia bertemu oppa. Dialah yang disalahkan,” Hyuna tetap menjaga senyumannya.
“Perasaan seorang wanita itu sulit ditebak, Hahee. Makanya jangan pernah membuat rumit keadaan, agar semuanya tersampaikan dan tidak ada yang tertinggal.” Hyuna menyambung ceritanya, Hahee mengerti ceritanya Hyuna dan dia menundukkan kepalanya.
“Eonnie,” Hyuna menengok ke Hahee lagi, Hahee memeluk Hyuna dan menangis sekeras mungkin untuk mengeluarkan emosinya. Suho pun masuk ke kamar Hahee mengantarkan susu dan camilan.
“Ssstt,” Hyuna menyuruh Suho untuk diam, Suho tersenyum dan pergi setelah meletakkan makanannya.
Tangisannya berhenti, seakan-akan air matanya telah habis tadi. Hahee menyeka sisa air matanya, Hyuna membantu mengusapkan wajahnya dan rambutnya.
“Jangan pernah menangis seperti ini lagi ya, kau wanita dan seorang wanita harus kuat.” ujar Hyuna dan dia memberikan makanan yang Suho bawa tadi. Hahee menggelengkan kepalanya, tapi Hyuna mencoba membujuk agar dia makan. Dan suasana itu bertahan sampai berlalunya pagi hari di rumah Hahee.
Sore hari, ponsel Hahee terus bergetar.
“drrrt..drrrrrtt..” Hahee meraba ponsel yang ada dimeja.
“Yeoboseo?” Hahee mengangkat telepon tadi,
“Hahee ini aku Sharon, kata suster orang tuanya Kai sedang pulang, tidak ada disana.” ternyata itu Sharon yang mengajak ke rumah sakit lagi. Katanya dia dapat kabar kalau orang tua Kai sedang meninggalkan rumah sakit tadi. Hahee yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, bergegas mempersiapkan diri nanti dijemput Chanyeol pukul 5 sore. Chanyeol pun membunyikan klakson mobilnya, Suho memanggil Hahee yang masih berdiri didalam kamar. Hahee pun menyahut panggilannya dan keluar dari kamar.
“Hahee, tebak siapa yang datang?” panggil Hyuna eonnie,
“Siapa eonnie? Chanyeol masih diluar?” Hahee baru sadar kalau ternyata, D.O oppa pulang ke rumah setelah pergi setahun jauh dari rumah, dari asramanya. Hahee langsung berlari ke arahnya dan memeluk oppanya itu. Hahee menangis terharu karena sudah lama menahan rasa rindunya,
“Oppa, kau kemana saja?” tanya Hahee, D.O menyeka air mata Hahee.
“Sudahlah, kau jangan jadi cengeng begitu dong. Aku kan pulang, nih pulang kan? Aku memang rindu kau terus, Hahee. Aku sebelum kesini masak dulu untukmu,” ujar D.O terus tertawa melihat adiknya menangis. Dia mengambil makanan ditasnya, dan langsung memakan masakannya diruang tengah. Chanyeol dan Sharon datang ke rumah Hahee dengan mengejutkan Hahee yang sedang makan.
“Ta-Daaaa....” teriak Sharon dan Chanyeol, Hahee terkejut sampai dia tersedak makanannya.
“Kaliaaan,” ujar D.O oppa, mereka langsung tertawa dan senyum - senyum saja,
“Hehe, joeseonghamnida. Maaf ya Hahee, kau jadi tersedak hehe minum minum,” Chanyeol mengambilkan gelas untuk Hahee, Sharon mendorong Chanyeol karena kesalahannya D.O oppa sedikit kesal.
“Kalian disini? Baekhyun mana?” tanya Hahee,
“Nanti kita jemput dia. Tadi aku tadi bertemu D.O hyung dijalan sendiri, jadi aku ajak saja bersama. Kan tujuannya sama heheh, betul kan hyung?” Chanyeol meminta dukungan dari D.O yang membalasnya dengan senyuman hangatnya. Hyuna keluar dari dapur dan membawa makanan yang sudah dia buat. D.O kaget melihatnya keluar, dia sangka kakaknya berbohong kalau mereka berpacaran.
“Wah, kakak iparku. Tidak usah repot - repot, ooaah jadi kau disini ya? Oh! Kalian sudah tinggal bersama disini?” Suho mencekik D.O karena terlalu banyak omong. Dan mereka semua tertawa melihat pertengkaran mereka. Setelah mereka makan sore, Hahee, Sharon dan Chanyeol pamit mau segera berangkat ke rumah sakit lebih  dari jam besuk karena harus menjemput Baekhyun dulu.

***

Diapartemen Baekhyun, Chanyeol mencoba untuk membuat kegaduhan seperti yang ia lakukan dirumah Hahee tadi. Berharap yang membuka Baekhyun ternyata Chanyeol salah alamat, mamanya yang membuka pintu. Karena kaget, mamanya Baekhyun memarahi dan menasihati Chanyeol habis - habisan.
            “Mianhamnida, eommonie.” Chanyeol hanya bisa menunduk saja, Hahee dan Sharon saling sikut dan menahan ketawanya. Baekhyun yang mendengar itu segera keluar dari kamar dan mencoba bertanya ke Sehun yang menonton TV.
            “Tidak tahu ada apa itu, hyung. Yang aku tahu, tante langsung marah - marah didepan pintu. Eh hyung mau kemana lagi?” tanya Sehun,
            “Ah~ aku mau kerumah sakit bareng yang lain. Sepertinya itu suara Chanyeol,” jawab Baekhyun sambil memakai T-Shirtnya.
            “Ada Hahee?” Sehun sudah bersiap mengambil ancang - ancang, dan benar sekali jawaban dari Baekhyun adalah iya. Sehun segera pergi ganti baju dan menyuruh Baekhyun menunggunya. “Jangan lama - lama ya,” teriak Baekhyun,
Baekhyun keluar rumah dan melihat Chanyeol yang sedang dinasihati. Baekhyun manahan ketawa melihatnya dan menghampiri ibunya,
            “Eomma, sudahlah. Dia hanya bercanda, lagipula mama kan baru saja datang, istirahat dikamarku dulu ya. Oh ya, eomma aku izin berangkat dulu ya ke rumah sakit. Mau jenguk temanku, eomma. Oh ya, Sehun ikut ya,” ujar Baekhyun memeluk eommanya dari belakang.
            “Sudah! Ayo berangkat,” Sehun datang, dan semuanya salim ke mamanya Baekhyun.
            “Tante, kami berangkat dulu ya,” mereka segera berangkat ke tempat parkir dan berangkat bersama. Chanyeol menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari halaman mobil, semuanya melambaikan tangan ke mamanya Baekhyun yang mengantar sampai depan. Mobil Chanyeol langsung penuh begitu personelnya bertambah satu lagi, ya dia itu Sehun. Ditambah lagi handphonenya Sehun bunyi, Luhan dipanggilan handphonenya. Dia bilang, Luhan ingin pergi ke rumah sakit juga, dia sudah meminta izin ke orang tua angkatnya untuk menginap. Semakin penuhlah ruang mobil ini, sesak. Yang paling nyaman hanya Chanyeol dan Hahee yang duduk dibangku depan, sedangkan yang lain berdesak-desakkan.
Sesampainya disana, Hahee dan yang lainnya melihat Kai dari jauh saja. Ruangan Kai masih belum bisa dijenguk, jam besuknya 5 menit lagi baru dibuka.
“Apa tidak sebaiknya aku pulang saja, aku takut orang tuanya datang kesini.” ujar Hahee yang terus menatap kaca yang tembus pada Kai yang sedang terbaring lemah.
“Jangan! Kami akan bantu kau agar setidaknya. Kai bisa tahu, kalau kau tak membencinya seperti itu.” jawab Sharon. Disusul anggukan dari 4 lelaki yang ada dibelakangnya. Hahee tersenyum sambil menatap mereka semua. Dan Luhan pun ingin membantu pertemuan itu. Dia akan mengawasi pintu masuk rumah sakit, berjaga jika ada orang tua Kai. Sehun segera mendorong Luhan untuk memutar arah ke pintu masuk rumah sakit. Jam besuk akhirnya dibuka, Hahee memakai baju berwarna biru yang tergantung didepan pintu masuk ruangan itu.
“Kai, aku datang,” ujar Hahee yang masih ada didekapan Sharon yang menuntunnya jalan. Dia tak kuat menahan airmatanya, tapi tak ingin menangis didepannya. Sharon membangunkan tubuh Hahee yang bersandar padanya.
“Kau harus lebih kuat darinya. Jadikan dirimu, alasannya untuknya tetap bertahan.” ujar Sharon sambil menyeka airmata yang tersisa dipipi Hahee. Ia hanya bisa mengangguk pada saat itu, jelas memang jiwanya pasti remuk. Dia sadar kalau penyalahannya terhadap Kai yang terlalu kejam itu, membuatnya semakin merasa bersalah. Chaerin memang membuat cerita mereka sedikit berantakan. Ditambah dengan ego Kai yang terlalu tinggi, membuat Hahee sedikit kehilangan kesabaran.
Dua bulan kemudian,
Kelulusan semakin dekat, Hahee dan yang lain sedikit khawatir dengan nilainya. Lebih baik daripada tahu bagaimana keadaan Kai sekarang, saat ini. Hahee menelepon rumah sakit, dan sepertinya Hahee dan yang lain harus kesana, segera.
“Chanyeol, bisa antarkan aku tidak?” ujar Hahee ditelepon genggamnya,
“Mian, Hahee. Aku harus mengantar noona ku, dia mau ke Busan. Mianhaeyo,”
“Aniyo, terima kasih ya. Hati - hati dijalan,” ujar Hahee. Dan dia kembali bingung harus berbicara dan meminta tolong dengan siapa. Tak lama, Sharon menelepon Hahee,
“Hahee, kau dirumah?” tanya Sharon,
“Iya aku dirumah, memangnya kenapa?” jawab Hahee,
“Aniyo, aku hanya merasa bosan dirumah. Bagaimana kalau kita jenguk Kai, dia sudah lama ya terbaring. Apa kau sudah dengar perkembangan kesehatan Kai?” ujar Sharon,
“Ne, aku sudah mendengarnya. Katanya keadaannya sudah membaik setelah hampir 2 bulan, tumben kau menanyakannya?” goda Hahee,
“Aku rindu dengannya. Kau pikir saja, dihari ujian terakhir kita malah muram memikirkannya yang tidak ada diantara kita” ujar Sharon, Hahee diam tanpa jawaban. Lalu Sharon berinisiatif untuk menutup telepon dan menghampiri ke rumah Hahee. Dia juga sendiri disana. Kedua oppanya sedang sibuk dengan pekerjaannya masing - masing. Sudah hari ketujuh, Hahee tinggal sendiri dirumahnya.
“Hahee, kau kemarin kemana?” tanya Sharon sambil melangkah masuk ke dalam rumah.
“Aniyo, Sharon. Aku dirumah saja, kebetulan aku sedang malas kemana - mana. Mau ke rumahmu, tapi kemarin tak ada jawaban. Memang kau kemana?” tanya Hahee,
“Hehe, aku diajak jalan dengan Chanyeol.” ujar Sharon malu - malu,
“Aigoo, kau dengannya sudah ada hubungan? Kenapa tak memberitahukanku? Sehun, Luhan dan Baekhyun sudah tahu?” tanya Hahee,
“Hehe, sudah.”
“Aigoo, Ya! Tega sekali aku ini tetanggamu, tapi aku tak tahu tentang hal itu? Jahat juga ya kau, Sharon.” jawab Hahee,
“Bukan begitu, kemarin kan aku ke rumahmu. Kata kakakmu, kamu sedang dikamar dan belum keluar dari malam. Jadi kemarin aku tak mengajakmu.” jelas Sharon. Hahee yang mendengar penjelasannya mulai mengerti. Memang kemarin adanya seperti itu, Hahee tak sadar ada suara Sharon dibawah.
“Kalau aku bercanda, aku keterlaluan tidak?” tanya Sharon,
“Iya, jelas. Itu sudah cukup mengejutkanku dan ternyata itu bohong. Kau teman terjahat yang aku kenal,” jawab Hahee bercanda,
“Aku bercanda, Hahee. Aku sebenarnya masih menyukai kakakmu,” ujar Sharon, Hahee hanya tersenyum tanpa menjawabnya. Hahee tau ini hanya usaha kamuflase dia untuk menutupi hubungannya dengan Chanyeol karena tak enak dengan D.O oppa.
Akhirnya setelah Sharon bercerita bagaimana sebenarnya perasaannya sambil menunggu Hahee ganti baju, mereka berdua memilih langsung berangkat ke rumah sakit. Tak lama, Baekhyun dan Sehun sedang bersepeda bersama dan melewati halte bus tempat Hahee dan Sharon menunggu. Sehun yang tak sengaja langsung melewati Hahee, membuat Hahee memikirkan sesuatu.
“Sharon! Kau mau kemana?” ujar Baekhyun yang menepikan sepedanya,
“Aku bersama Hahee mau ke rumah sakit, menjenguk Kai.” jawab Sharon sedikit berteriak karena kebisingan jalan raya.
“Kalau begitu, bareng kami saja.” ujar Baekhyun, dan kemudian ia meneriaki Sehun agar kembali ke halte.
“Hahee, kau daritadi di situ?” tanya Sehun,
“Iya, aku disini. Hehe,”
“Mianhae, aku tadi sedang tidak fokus. Ada apa Baekhyun kau menyuruhku kembali kesini?” ujar Sehun yang kemudian mengarahkan wajahnya ke Baekhyun. Wajah Sehun yang kemerahan karena lelah bersepeda, membuat Hahee sepertinya menyukai orang itu. Ragu untuknya untuk bilang suka, ragu untuknya untuk memikul rasa seperti ini lagi. Seperti layaknya kisah Kai dulu. Akhirnya Baekhyun dan Sehun membonceng Hahee dan Sharon sampai ke apartemen mereka. Setelahnya, baru bersama-sama ke rumah sakit tempat Kai dirawat.
“Bukannya ruangan inapnya disini?” tanya Baekhyun,
“Iya juga ya? Kenapa ini bukan kamar inapnya Kai?” tanya balik Sharon,
Sehun terus merangkul Hahee yang mungkin bisa saja tiba - tiba jatuh karena kaget. Hahee tertunduk, menangis, tapi wajahnya tersungging sebuah garis senyuman.
            “Mungkin sesuatu terjadi padanya. Seperti waktu itu, Sohee eonnie. Ia yang disembunyikan oleh Kai,” ujar Hahee yang masih tertunduk.
            “Memang apa hubungannya?” ujar Sharon,
            “Mungkin ini Tuhan yang balas, pada kisahku sekarang. Dengannya,” jawab Hahee,
            “Jangan begitu, kita kan belum mencarinya. Sudahlah,” ujar Sehun yang terus merangkul Hahee yang mungkin jiwanya sedang remuk. Langkah berat mengikuti setiap hentakan kaki Hahee ke bumi. Seakan berkata, ‘tunggu sebentar, dia akan datang.' Sharon tetap mengikuti langkah Hahee yang ada didepannya.
Baekhyun mengambil langkah inisiatif, dia lari ke bagian informasi untuk menanyakan Kai. Ternyata Kai sudah dirujuk ke rumah sakit diluar kota. Dirumah sakit ini tidak terlalu memiliki peralatan yang menangani penyakit yang diderita Kai.
            “Sudahlah, Baekhyun. Aku sudah tahu itu sebelumnya, jadi lebih baik. Kau dan kalian bantu aku untuk tak berpikiran pada Kai saja,” ujar Hahee sambil mencoba menyingkirkan tangan Baekhyun yang ada dibahunya. Baekhyun pun segera menyingkirkan tangannya, dan semuanya saling melirik satu sama lain. Sedikit terheran karena keadaan Hahee, yang berubah.
            “Biarkan semuanya lebih tenang dihati,” jawab Hahee yang terus melangkah,
            “Tapi,” ujar Sehun, itu membuat Hahee berhenti melangkah dan berbalik arah ke Sehun,
            “Tak apa, Sehun-ah. Aku masih baik - baik saja, seperti biasa. Aku hancur kalau kau ikut menghilang,” sebuah senyuman hangat ia berikan kepada Sehun yang sedang berada dihadapannya. Dan mereka pun akhirnya pulang bersama, tentu dengan sepeda yang tadi dipakai.
Dan akhirnya semua menyatakan untuk membiarkan Hahee sendiri sampai waktunya tepat. Sharon dan yang lain memang butuh kesabaran, karena mereka tahu seberapa rumit kisah. Kisah keluarganya dan kisah keluarganya Kai, terlalu rumit memang. Tapi berbeda dengan Sehun dan Chanyeol. Mereka berdua berusaha untuk memyembunyikan sesuatu, sampai saat ini. Apa itu sebuah misteri yang berhubungan dengan Kai? Apa yang dirahasiakan dari Hahee?

Butuh tiga bulan untuk mereka saling menenangkan diri, terutama untuk jiwa Hahee. Hahee yang dua bulan terakhir merasakan kesepian yang semakin menjadi, karena Sharon yang pergi ke Inggris. Mengambil kuliah disana dan tinggal bersama tantenya, membuat Hahee semakin menderita.
            “Ka,”
            “Ya, Hahee?” jawab Suho,
            “Sebaiknya aku mengambil kerja part time saja dulu ya. Aku masih mau bekerja diredaksi itu,” ujar Hahee kepada kakaknya.
            “Baiklah, kalau itu maumu,” jawab kakaknya. Suho memutuskan untuk pindah ke apartemen dekat kantor setelah bertunangan dengan Hyuna. Tinggal Hahee yang mencoba untuk tetap hidup mandiri disana.
            “Iya,” jawab Hahee tersenyum,
            “Oppa akan mengirimkan uang untukmu setiap minggunya,”
            “Tidak usah, uang yang kemarin masih tersisa ditabunganku. Lagipula aku akan bekerja nanti,” jawab Hahee meyakinkan kakaknya.
            “Baiklah. Oppa akan pindah kesana besok,” ujar Suho sambil merapihkan bajunya,
            “Oppa, biar kubantu,” Hahee menghampiri kakaknya.
            “Nanti kyung-ah pulang kesini setiap dua bulan sekali, jadi kamu tak akan sendiri,” jelas Suho,
            “Oppa, aku bisa sendiri. Santai saja lah,” Hahee terus meyakinkan kakaknya yang masih khawatir jika ia sendiri. “...lagi pula aku ada Sharon, kak,” senyum Hahee merekah dihadapannya.
Setelah selesai semuanya, Hahee mengantarkan Suho ke depan rumah. Mobilnya sudah tercuci rapi, bersih, dan sepertinya sudah siap untuk mengantarnya ke apartemen barunya bersama Hyuna. Hahee terus tersenyum, dan berusaha menghilangkan ingatannya terhadap lelaki yang menemaninya tiga tahun selama belajar di sekolah menengah atas sampai tiga bulan yang lalu. Sampai akhirnya dia benar - benar tak hadir dihadapan Hahee, sampai sekarang. Terus tersenyum menghadapi hari ini, hari esok dan hari berikutnya.
            “Kai?” tanya Hahee heran, setelah ia melihat seorang lelaki berdiri membelakanginya,
            “Hahee?” sahut pria itu. Memang itu Kai!
            “Kau kemana saja?” tanya Hahee, tapi Kai mencurigakan. Ia membawa Hahee ke rumah kosong yang berada dekat dengan tempat mereka bertemu.
            “Aku tidak apa - apa, aku juga tak kemana - mana. Aku masih disekitar sini,” ujar Kai tak memutuskan pandangannya terhadap Hahee,
            “Ya tapi kau waktu itu tak ada di rumah sakit,”
            “Lupakan itu. Aku masih akan selalu ada disisimu, dan akan hadir dihadapanmu.”
            “Baiklah, kita mau kemana sekarang?”
“Kita ke taman yang biasa aku kunjungi selama ini. Kau belum tahu kan?”
“Belum, memangnya kau sering kemana?” tanya Hahee sambil menatap Kai,
“Sudahlah. Kita harus ke halte sekarang,” ujar Kai sambil berlari,
“Baiklah.” Hahee menuruti saja kemana dia diajaknya.
Hahee masih bingung dengan tujuan ini, tapi ini mengarah ke Busan. Kenapa akhir - akhir ini Hahee sudah sering memimpikan jalan ini. Tapi entah itu dimana, tapi seperti yang Hahee ingat. Inilah jalannya, jalan yang sekarang ia lalui bersama Kai. Kai mengantarkannya ke suatu rumah, disana ada seorang ibu dan seorang anak kecil. Dia langsung memeluk Kai,
            “Hyung!” sapa anak itu,
            “Ini siapa Kai?” tanya Hahee heran,
            “Ini Yunho, adikku. Ada sebuah alasan yang panjang dan tak mungkin cukup untuk sehari ini. Lebih baik jangan menanyakan hal itu dulu ya, Hahee” ujar Kai yang masih memeluk Yunho, anak kecil itu.
Mereka hanya bermain di sekitar rumah, tak kemana - mana. Ini alasan Kai, Hahee tak berani menanyakan itu lagi. Suatu ketika, Kai meninggalkan Hahee dan Yunho berdua bermain diruang tengah. Dan juga ibu Kim juga duduk bersama mereka berdua. Dia tak menyia - nyiakan waktu yang tersedia. Ia menanyakan siapa mereka dan apa hubungan mereka dengan kekasihnya itu.
            “Apa? Kai sedang dikejar orang? Siapa mereka, bu?” tanya Hahee memangku Yunho,
            “Ibu juga kurang tahu itu. Ibu hanya membawanya kesini karena ia terkapar didepan persawahan itu. Keadaannya kotor. Ibu menemukannya saat sedang bertani disana,” ujar ibu sambil menunjukkan ke arah hamparan sawah yang ada disana.
Tapi beda keadaan saat Yunho bercerita pendek tentang apa yang ia lihat. Saat dia sedang bermain, ia melihat dua orang lelaki mengintai rumah ini. Yang ia dengar,
            ..Kai memang tinggal didaerah ini, tapi ini bukan rumahnya. Anak kecil yang main bersamanya sama sekali tak dekat dengannya. Setelah main dengan anak itu, Kai pergi ke daerah timur desa ini.' Jelas Yunho menyampaikan apa yang ia lihat dan dengar waktu itu kepada Hahee. Ini cukup membuatnya terus berpikir itu siapa, dan tak lama Kai baru sampai membeli makanan tadi. Yunho yang menghampiri Kai langsung memeluknya, dan menatapku penuh khawatir.
            ‘apa Yunho sedang mencoba memberitahuku sesuatu?' ujar Hahee dalam hati,
Kai mengalihkan seluruh khayal yang ada dikepala Hahee, mereka semua makan siang bersama. Dan setelah itu, ia mengajak berkeliling sekitar rumahnya, mereka tak bermain terlalu jauh. Mereka saling bercerita sampai akhirnya Kai menceritakan suatu hal.
            “Aku sedang lari dari sesuatu, maafkan aku ya. Selama ini tak ada kabar,” ujar Kai,
            “Kau kenapa sih? Memang kau lari dari siapa, apa mereka yang kau maksud itu mengejarmu juga sehingga kamu keluar dari rumah sakit?” tanya Hahee,
            “Bukan, bukan karena itu aku keluar dari rumah sakit. Aku...” Kai menghentikan ceritanya,
            “Kenapa? Kau kenapa? Ayolah cerita padaku,” pinta Hahee,
            “Aku masih belum bisa menceritakan sesuatu padamu. Aku sedang merasa bingung,”
            “Kalau kau bingung, cerita saja. Ada apa Kai?” tanya Hahee,
Kai melihat sebuah mobil parkir di jarak 500 meter dari mereka berdiri sekarang. Dia merunduk dan mengajak Hahee kembali ke rumah.
            bahaya kalau kau masih terus disekitarku,' ujar Kai dalam hati. Hahee masih terus menatap wajah Kai yang begitu, tegang. Keringat dingin dan tatapannya yang terlalu lurus ke depan membuatnya semakin berpikir. Apa jangan - jangan ada kaitannya dengan mobil yang parkir 500 meter dari tempat mereka berbicara empat mata tadi? Mungkin saja. Ibu Kim mengantarkan Hahee ke halte bus, sedangkan Yunho menunggu dirumah bersama Kai. Ia takkan menyia - nyiakan kesempatan untuk sekali lagi bertanya tentang cerita Kai. Yang sarat akan rasa gelisah dan penasaran.
            “Hmm, baiklah. Aku akan menceritakan ini, .......” ujar Bu Kim, Hahee terkejut. Ia tak banyak bicara sampai akhirnya ia kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan, ia selalu mengingat cerita itu. Sangat mengingatnya dengan jelas. Dan ia membiarkan ingatan itu berlalu, dan tak mau mengingatnya lagi.

Dua bulan terasa semakin lama saja, Kai masih tak selalu ada disisi Hahee. Tapi Kai tetap memandang Hahee dari jarak jauh. Tak ada yang boleh tahu hubungan ini,
            “Mereka tak boleh tahu!” ujar Kai kesal, sambil menatap jendela kantor dimana Hahee bekerja. Dilain tempat, diruangan kerja Hahee.
            “...hmm, inisial terlalu rumit Xcone. Siapa ini? Lalu apa maksudnya? Kalau memang ini kasus yang rumit, kenapa tak ada beritanya di televisi?” gerutu Hahee menatap layar komputernya. Xcone, ini kasus mafia. Lalu apa urusannya dengan lelakiku, toh dia tak pernah berhubungan dengan hal yang rumit seperti mafia.
            Hahee memutuskan untuk istirahat sejenak dengan aktivitas didepan layar komputer ini. Park Hoon, rekan kerjanya, menghampirinya sambil membawa dua gelas kopi hangat.
            “Kau kenapa? Akhir - akhir ini selalu melamun didepan komputer, aneh tau,” ujar Park Hoon,
            “Ah, tidak apa - apa. Hanya saja, aku mau bertanya sesuatu,” jawab Hahee,
            “Apa itu?” tanya Hoon,
            “Apa kau pernah mendapatkan informasi tentang kasus yang ada diinternet, namanya kasus Xcone?” tanya Hahee, Hoon terkejut. Dia pernah mendapat kabar tentang berita itu, dan ia bertugas langsung meliput ke lokasi perkara. Selesai tugas tersebut. Tapi, dari situ datanglah masalah yang lainnya. Hoon diteror diapartemennya, dia didesak untuk tidak mempublikasikan berita tersebut dan menganggapnya sudah berlalu.
            “Lalu kubuat kasus itu expired, dan aku bilang ke kepala redaksi agar mengganti berita utama tersebut dengan berita yang lain,” cerita panjang Hoon,
Baiklah, Hahee tahu ini berita penting. Itu artinya, Kai masih dalam bahaya.
            “...jangan - jangan, mobil itu? Dua orang yang menghampiri dan menginterogasi Yunho? Dan pertemuannya dengan seorang wanita petani?” ujar Hahee, ia sadar akan sesuatu. Tapi Hoon menahannya untuk menyelidiki tersebut,
            “Jangan kau selidiki, ku mohon. Kau temanku, aku tahu kau butuh kelanjutan berita itu. Tapi tolong untuk saat ini, bantu aku juga. Mungkin sekarang aku masih diintai oleh mereka. Dan aku harap obrolan kita tentang masalah kasus itu tak bocor ke telinga mereka. Aku tak mau kau juga ikut terancam. Cukup aku saja, mengerti?” ujar Hoon panjang lebar, dan Hahee mengerti itu.
            “Apa aku harus menjauhi Kai? Agar aku tak dicurigai oleh mereka, dan nanti aku bisa menyelidikinya?” tanya Hahee,
            “Iya, seharusnya begitu. Dan lebih baik seperti itu, dan biarkan kasus ini berlalu,” ujar Hoon, “..jangan lupa hapus history browsing-mu tentang kasus itu, mereka mungkin saja memasang penyadap di setiap id komputer kita,” sambungnya. Hahee benar - benar harus melupakan Kai, ini demi kebaikan bersama. Kelak ia akan tahu, bagaimana ini bisa terjadi dan kenapa ini terjadi. Malam harinya, ada telepon masuk ke rumah.
            “Halo, selamat malam” sapa Hahee,
            “Halo, Hahee. Ini aku, Kai. Bagaimana keadaanmu disana? Baik - baik sajakah?” ujar Kai panik,
            “Aku tidak apa - apa, Kai. Memangnya ada apa sih? Suaramu tak tenang disana, apa ada hubungannya dengan Xcone?” ujar Hahee, tak ada respon dari Kai. Kelihatannya dia menahan bicaranya juga tentu menahan napasnya.
            “AKU BILANG JANGAN MEMBICARAKAN KASUS ITU LAGI, MATIKAN TELEPON INI DAN PERGI SEKARANG! KAU DATANG KE SAWAH,” dan ‘tuuut...tuuuut.' teriak Kai ditelepon panik. Ternyata ia tahu kalau dirumah Hahee teleponnya disadap oleh mereka.
            “Kai? Halo Kai? Aku tak mengerti maksudmu, tolong. Angkat teleponnya,” Hahee sedih dan ia segera bergegas meninggalkan rumah dan mencabut semua akses telepon ke rumah. Ia tinggal di sebuah rumah yang dikontrakkan oleh pemiliknya. Rumah itu dekat kantor. Sawah? Dimana sawah itu, Hahee terus berpikir keras tempat apa yang ia maksud. Bu Kim dan Yunho! Rumahnya ditengah persawahan.
“Aku harus kesana sekarang!” Hahee mengambil handphone dan meminta tumpangan motor ke teman kantornya. Kebetulan dia mau pulang ke rumah orang tuanya dan melewati jalan itu. Ditengah perjalanan, ponselnya berdering,
            “Kak, aku takut.” Yunho! Ini suaranya,
            “Tenang, Yunho. Kau kenapa?” tanya Hahee menenangkannya yang ketakutan disana,
            “Ibu dan aku sedang ada dirumah, diluar sana sudah ada mobil yang terus berjaga mencari hyung. Dan sekarang, hyung sudah dikejar oleh mereka. Tadi hyung itu bersembunyi melindungi kami tapi akhirnya dia keluar karena tak ingin aku dan ibu menjadi korban yang tidak tahu apa - apa. Hyung bilang, telepon kakak jika hyung pergi, dan ia segera lari keluar.” Yunho menjelaskan panjang lebar kejadiannya. Hahee semakin penasaran, siapa mereka? Kenapa harus Kai, dan apa kasus Xcone itu? Hahee sudah mulai diteror dikantor tapi akhirnya teror itu lenyap seiring Hahee cuek dengan kasus itu.
Sesampainya di rumah Yunho, suasananya sudah gelap sekali. Sudah sedikit memudar sepertinya suasana mencekam yang Yunho ceritakan. Hahee masuk ke dalam rumah, ia mendapati ibu Kim dan Yunho menatap kearahnya tak percaya. Hahee bingung dengan mereka berdua, kenapa seperti itu melihatnya. Dan tiba - tiba ada yang menyerang Hahee dari belakang,
            “Dimana Kai sekarang?” tanya seseorang tersebut, Hahee tak bisa melihat wajahnya karena memakai topeng.
            “Siapa kau? Aku tidak tahu dia dimana, aku datang kesini atas permintaan anak itu.” Hahee menjawab dengan seyakin - yakinnya agar orang tersebut percaya.
            “Kau mengenal baik dia?” tanya orang itu lagi,
            “Aku mengenalnya, tapi tak sebaik apapun. KAU SIAPA?” bentak Hahee dalam keadaan rambutnya masih dijambak orang itu,
            “Emm, kalau kau masih belum bisa mengaku. Apa harus aku tunjukkan seberapa kau mengenal Kai?” tanya orang itu, orang itu memanggil temannya yang ada diluar rumah. Hahee diangkat dan didudukkan dikursi yang menghadap ke luar rumah. Bu Kim dan Yunho sebelumnya sudah diperintahkan oleh Hahee untuk mengungsi dan jangan memberitahukan apa yang terjadi disini. Karena ini untuk keselamatan kita semua. Dibawanya Kai dihadapan Hahee dalam keadaan babak belur. Hahee mencoba mengatur emosinya saat melihat tersebut,
            “Apa maumu? Lepaskan dia” sahut Kai pada orang yang ada dibelakang Hahee,
            “Hahaha, kau pikir semudah itu. Setelah susah payah menangkapmu dan memancingmu datang dihadapanku, apa kau tak mau membayar usahaku?” jawab orang bertopeng itu,
            “Cih, apa maumu?” tantang Kai,
            “Apa mauku? Mauku adalah dia, wanita yang bilang bahwa kau hanya teman biasanya,” lelaki itu mendekati Hahee dan mulai semakin dekat. Kai yang tak terima, kemudian menyerang orang yang menahannya. Tak tahan melihat Hahee yang terusik dengan napas orang itu yang terlalu dekat, membuatnya sedikit risih.
            “Oh, kau mengenal wanita ini? Aku kira kau tak kenal, apa jangan - jangan wanita ini yang kak Grinda ceritakan. Permaisuri yang sangat kau lindungi,” lelaki itu mencium pipi Hahee yang membuat Hahee merasa tak nyaman. Dan orang itu menjambak Hahee,
            “Lalu kenapa kau katakan, tak ada hubungan dengan pria busuk itu?” tanya orang itu pada Hahee,
            “Entahlah. Apa perlu aku bilang pada kau, orang yang tak pernah ku ketahui identitasnya?” ujar Hahee menantang,
            “Oh, kau mau tahu? Baiklah,” jawab orang itu, dan ia hendak membuka topeng itu. Kai berteriak terus dengan mengatakan ‘TIDAK!' ‘JANGAN!' Hahee memejamkan matanya sebelum melihat wajah orang itu yang sesungguhnya.
            “Sehun?” ujar Hahee terkejut,
            “Apa kabar nona? Bagaimana keadaanmu setelah melihat wajahku lagi, lama tak bertemu denganmu,” ujar Sehun mencium rambut Hahee,
            “Hhhh- kau rupanya, nampaknya aku tak terkejut sama sekali,” jawab Hahee, sebenarnya dalam hatinya ia terkejut. Sangat terkejut. Ia temannya kan, sempat terpikir bahwa akan lebih baik ia dibanding Kai. Tetapi nyatanya, jauh dilubuk hati masih Kai yang terbaik.
            “Ternyata untuk menangkap Kai saja, aku juga sekaligus bisa mendapatkanmu. Bagaimana, kau mau membantuku memancing Kai untuk berkata jujur?” kata Sehun seraya menggoda Hahee dihadapan Kai,
            “Hei! Jangan sentuh Hahee atau aku akan menghajarmu,” teriak Kai,
Sehun kemudian semakin menyiksa Hahee, ia ditampar, ia dijambak bahkan ia dihajar, ini untuk memancing Kai agar menceritakan siapa dokter yang biasa mengobati Grinda.
            “Masih tak mau berkata apapun juga? Kau tak kasihan dengan putri manismu ini?” tantang Sehun yang menjambak rambut Hahee,
            “Aku dan Hahee akan lepas darimu secepatnya, dan akan semakin jauh darimu bahkan hilang. Aku menyesal mengenalmu!” sahut Kai yang wajahnya penuh memar dan darah,
            “Oh, bagaimana kalau malam ini Hahee milikku. Dan aku akan memilikinya dihadapanmu?” ujar Sehun, dan perlahan ia mencoba membuka pakaian Hahee. Dan Kai akhirnya berkata yang sebenarnya.
            “Iya! Aku dokter penggantinya! Aku yang akan mengoperasi Grinda. Kita ke klinikku secepatnya, tak jauh dari sini. Aku tak mau tahu jika sesuatu terjadi karena peralatan klinik tak selengkap rumah sakit, kau yang tanggung semua akibatnya. Aku sudah memberitahukanmu untuk membawanya ke rumah sakit. Semua ini terserah kau saja,” ujar Kai. Sehun menyuruh anak buahnya untuk merapihkan penampilan Hahee kembali. Kemudian ia dilempar ke pelukan Kai,
          “Maafkan aku, Hahee. Seharusnya tak begini, tapi aku akan terus mencoba mengeluarkanmu dari masalah ini,” bisik Kai, Hahee lemah dan hampir tak sadarkan diri. Ia hanya mengangguk saja ketika Kai membisikinya. Ia membawa ketua kelompok, Grinda itu, ia adalah dokter yang diminta untuk mengobati kelainan pada jantungnya. Ia juga bisa disebut sebagai dokter pribadinya. Tujuan Kai mengaku sebagai dokter yang mengobati Grinda dulu adalah tetap melindungi kakaknya dari kejaran mereka. Yang mereka cari adalah Sohee, sejak ia sakit ia tak pernah mengobati lagi pasien itu. Kakaknya yang diincar, tapi Kai harus maju sebagai pelindung untuk saudara perempuannya.
            Sesampainya di klinik pribadinya, ia meminta semua keluar kecuali Hahee didalam ruang operasinya. Ia serius melakukan operasi itu, dengan seluruh peralatan medis yang ia miliki. Setelah operasi itu berjalan mulus, ia segera menggugahkan tubuh Hahee yang tergolek lemah dikursi yang berada disudut ruangan.
            “Hahee, kau masih dengar aku?” ujar Kai menyadarkannya,
            “Ya, aku dengar suara kau. Masih indah ya. Ada apa membangunkanku?” jawab Hahee lemah, mencoba menghibur Kai yang memasang wajah panik,
            “Maafkan aku, Hahee. Aku harus melakukan ini, demi kebaikanmu,” bisik Kai, Hahee hanya mengangguk lalu tersenyum. Kai semakin tak tega melakukan ini padanya.
            “Ini akan membuatmu lupa akan semua yang terjadi. Bahkan kau bisa tak ingat aku, maaf. Aku tak bisa terus melihatmu menderita, kau akan sadar nanti. Ini hanya menekan rasa sakitmu, Hahee. Maafkan aku,” Kai dengan penuh rasa sesal, ia menyuntikan cairan itu ke tangan Hahee dan ia mengecup kening Hahee. Ia membiarkan tubuh Hahee benar - benar tak sadarkan diri, lalu ia menjalankan rahasia untuk mengantar Hahee pulang.
            “Hahee! Bangun Hahee!” teriak Kai memancing mereka semua masuk ke dalam ruangan,
            “Ada apa dengannya?” tanya Sehun panik,
            “Aku tak tahu, mungkin karena aku terlambat mengobatinya. Terlalu parah keadaannya tadi. Lebih baik kau mengikuti rencanaku. Kau jangan bertingkah panik dan bodoh seperti itu,” Kai menenangkan Sehun agar semua rencana menjadi berhasil.
            “Apa rencanamu?” tanya Sehun yang berusaha untuk tidak panik,
            “Bawa dia, letakkan ia didepan rumahnya. Kau tadi menghajar kepalanya? Kemungkinan ia akan mengalami lupa ingatan, dan saat ini lebih baik kita pulangkan saja ia ke rumahnya.” jelas Kai meyakinkan terus,
            “Baiklah. Kau urus saja, aku tak mau menjadi tersangka pembunuhan. Kau memang bisa memastikan dia lupa ingatan?” tanya Sehun,
“Kau harus mempercayaiku.” Kai tampaknya berhasil mengelabuinya. Lalu Sehun dan yang lain termasuk Kai mengantar Hahee sampai ke depan rumahnya. Ia letakkan Hahee didepan pintu pagar rumah,
            “Maafkan aku, Hahee. Selalu maafkan aku,” bisik Kai sambil mencuri kecupaan dikening Hahee. Dengan terburu - buru, ia beranjak pergi dan masuk ke mobil. Kejadian ini cepat dan tak terasa pagi menjelang. Ketika Suho hendak keluar rumah, ia terkejut melihat adiknya sudah babak belur dengan pakaian berantakan.
Dirumah sakit,
            “Bagaimana adikku? Apa terjadi sesuatu yang serius terhadapnya?” tanya Suho,
            “Tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Ia hanya mengalami shock karena mungkin ini penculikan. Ditemukan bekas suntikan dilengan kanannya, dan kami mendapatkan suatu jenis cairan yang disuntikkan ke dalam tubuhnya. Sepertinya bukan orang biasa, dia seorang dokter, karena ia tahu prosedur timing kerja obat tersebut,” jelas dokter, lalu Suho malam ini menemani Hahee.
“Jadi tidak apa - apa, dok?” tanya Suho khawatir,
“Tidak, hanya saja ia bisa melupakan apa yang terjadi dan yang ia alami, terlalu shock dengan kejadian itu. Jadi anda tidak bisa menginterogasinya untuk kesaksian,” jelas dokter,
“Jadi saya tidak bisa menjadikannya saksi atas kejadian yang ia alami?” tanya Suho,
“Kurang lebih begitu, kita berdoa saja cepat atau lambat ingatannya perlahan kembali. Dan dia akan menceritakan siapa yang terakhir ia lihat, siapa yang memasukkan obat itu ke tubuhnya dan tempat mana yang terakhir ia kunjungi.” jelas dokter,
“Baiklah, terima kasih banyak dokter.” Suho merundukkan kepalanya, sebagai tanda terima kasih. Suho menatap Hahee yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia sangat menyayangkan telah meninggalkan Hahee dirumah sendiri dan membiarkan ia mengontrak rumah disana. Kemudian ia meminta untuk Hyuna, sebaiknya tinggal dirumah dan menemani Hahee. Suho tak bisa setiap hari dirumah, karena jarak kantor dan rumah yang memakan waktu berjam - jam.
“Kau jaga dia dirumah ya, nanti setiap akhir minggu aku akan pulang kesini. Untuk menemani Hahee dirumah,” Suho menelepon Hyuna yang sedang berada dirumah keluarga Suho,
“Tak usah khawatirkan aku yang di apartemen. Aku akan segera menjual apartemen kita, dan kita akan tetap tinggal dirumah. Tak apa kan?” jawab Suho, dan Hyuna meng-iya-kan rencana Suho itu,
“Terima kasih, sayang,” Suho menutup telepon itu,
Ia menghubungi D.O yang sedang berada di asrama kampusnya, dan menyuruhnya untuk pulang sebentar ke Seoul. Ia memberitahukan sesuatu terjadi terhadap adik kesayangannya. Hahee tak sadarkan diri selama 1 minggu.
            “Ehmm, aku ada dimana ini?” ujar Hahee yang baru sadarkan diri,
            “Berbaringlah, jangan bangun dulu. Kau dirumah sakit,” ujar D.O yang berada disisinya tempat tidurnya,
            “Hah?” heran Hahee,
            “Sudah 1 minggu kau tak sadarkan diri. Kau mau minum?” tawar D.O hendak mengambilkan minum,
            “Tak usah kak. Kenapa aku bisa tak sadarkan diri selama itu?” tanya Hahee,
            “Kau pingsan didepan rumah. Suho hyung yang menemukanmu.” D.O meletakkan gelasnya lagi ke meja,
D.O menahan omongan terhadap cerita yang sebenarnya. Ia pun baru tahu dari hyung nya, bagaimana keadaan Hahee saat ditemukan didepan rumah. Saat ini, Hahee harus membuka lembaran baru. Lembaran yang tak akan pernah terbuka lagi, sampai kapanpun. Terlalu buruk untuk diingat, lebih baik jangan pernah.


POV Suho – Kai

Sebuah peristiwa yang sama sekali tak pernah terdengar oleh Hahee dan sengaja disembunyikan demi kebaikan bersama. Ini antara Kai, Suho dan Hyuna, tentang Sohee.
Kai dan Suho sempat bertemu, tepat sehari sebelum Kai benar – benar menghilang dari rumah sakit. Dia membicarakan beberapa hal, didalam kamar inapnya.
“Kau sudah merasa lebih baik?” tanya Suho,
“Ne, aku sudah merasa lebih baik sekarang. Ada apa?” tanya Kai,
“Ada yang akan aku bicarakan, ayo segera pergi. Sebelum Hahee melihat kita meninggalkan rumah sakit ini bersama.” ujarnya membereskan tas yang harus Kai bawa. Dengan memasang wajah datar, Kai menganggukan kepalanya dan memasukkan beberapa barang yang mesti dibawa.
Mereka pergi ke kantor Suho, mereka masuk ke ruangan dan disana sudah ada Hyuna. Kai yang sedikit heran ada apa ini sebenarnya hanya bisa mengikuti setiap langkah Suho. Hyuna tersenyum angkuh pada Kai, dan membiarkan dia duduk disampingnya.
“Halo, Kai.” Hyuna menyapanya, Kai hanya menjawab sebuah senyuman.
“Sudah, tak usah bertele – tele. Kau menyuruhku membawa anak ini untuk apa?” tanya Suho yang tampaknya lebih tak mengetahui apa maksud kekasihnya itu.
“Tampaknya anak ini sudah mengetahui apa maksudku, apa kau tak pernah menanyakan padanya, oppa?” tanya Hyuna angkuh,
“Dimana Sehun?” tanya Kai,
“Dia sedang dirumah saudaranya, dia belum pindah. Nanti kalau sudah ada keterangan kelulusan sekolah. Dia akan ikut bersamaku,” jawab Hyuna,
“Ada apa lagi ini, semakin sulit dimengerti. Lebih baik kau langsung saja. Tidak usah memutar – mutar keadaan ini,” ujar Suho,
“Baiklah,” ujar Hyuna, dan dia mulai menceritakan semuanya. Suho sempat terkejut dengan semua cerita dari kekasihnya. Sohee sengaja dibuat celaka dan sakit oleh Hyuna karena ingin dekat dengan Suho. Kai hanya bisa merunduk saja, bingung harus menjelaskan apa lagi pada kakaknya Hahee itu.
“Jadi hyung sudah mendengar semuanya kan?” ujar Kai,
“Sudah. Maafkan aku yang selalu menyalahkanmu atas perpisahanku dengan kakakmu,” ujar Suho,
“Maaf hyung. Aku masih bingung harus berbicara apa,” ujar Kai,
“Hyuna, bisa tinggalkan kami berdua?” ujar Suho pada Hyuna yang kemudian melangkah ke luar ruangan Suho. Suho meminta Kai segera pergi sejauh mungkin agar tak membuat Hyuna membuat posisi Hahee bahaya. Hyuna mengancam Suho kalau ternyata Kai masih mendekati Hahee, dia akan membuat hidup Hahee berantakan.
“Setidaknya jangan menunjukkan wajahmu didepan Hahee lagi. Kalau kau menyayanginya, kau harus mengikuti perkataanku,” ujar Suho,
“Baik. Kalau itu akan membuat Hahee tenang, aku akan pergi hyung. Sejauh mungkin,” ujar Kai. Mereka pun keluar dari ruangan itu dan membuat kesepakatan dengan Hyuna. Dan mereka pun pulang, membiarkan Kai pergi semakin jauh dari sisi Hahee. Suho yang mulai membenci Hyuna sejak ia tahu. Sohee jatuh sakit karenanya, dan alasan Kai membawa pergi kakaknya adalah menghilangkan jejak dari Hyuna. Sampai akhirnya sandiwara ini harus mereka lakukan, untuk menyayangi orang yang mereka sayangi. 

To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar