SUB JUDUL IV
Tuk Bersamamu, Bagaikan Mengharap Peringkat Satu
함께 뮤를 들어,
순위 1을 기대 싶다 ..
Waktu
berlalu, hari berlalu, minggu berlalu dan berbulan - bulan telah terlewatkan.
Kelas tiga SMA telah menyambut didepan mata, beberapa latihan tes pun dijalani
oleh setiap murid. Kalau saat - saat seperti ini, biasanya yang ramai adalah
kelas Hahee dan perpustakaan. Kenapa harus perpustakaan? Karena perpustakaan
itu gudangnya buku pelajaran yang bisa dipelajari. Tapi itu untuk anak murid
yang masih rajin atau mau tak mau membaca. Untuk yang malas membaca, anak murid
yang lainnya memilih untuk ke kelas Hahee tepatnya mendatangi berbagai master
pelajaran. Ada Ye Rim yang mahir belajar Fisika, Luhan yang mahir pelajaran
Matematika, dan Kai yang mahir dalam pelajaran Bahasa Inggris dan Kesenian
tentunya. Beberapa kerumunan murid perempuan mendatangi meja Hahee dan Kai.
“Ah,
pasti kau lagi.” Hahee merasa lelah karena sudah beberapa hari ini dia harus
rela pindah tempat duduk demi para pemuja Kai.
“Hahee,
ini bukan salahku,” panggil Kai melihat Hahee membawa tas dan bukunya ke meja
yang lain,
“Aku
pindah disini ya,” minta Hahee ke Lee Taesung yang duduk diseberang meja Hahee
dan Kai.
“Iya
silahkan,” ujar Taesung. Hahee pun melanjutkan belajarnya dan mulai mengajak
Taesung untuk berdiskusi. Ditengah kesibukan diskusi antara Hahee dan Taesung,
datang kerumunan yang lainnya. Ternyata mereka meminta Taesung untuk mengajarkan
Biologi, Hahee baru ingat kalau Taesung hebat dalam mata pelajaran ini.
“Maaf
ya, Hahee. Aku jadi mengganggu konsentrasimu, sebelumnya aku minta maaf lagi,”
Taesung merasa tidak enak karena kerumunan murid yang datang yang kebanyakan
perempuan.
“Hahee,
kami permisi mengambil tempatmu. Tidak apa - apa kan?” ujar salah satu dari
mereka fans Kai menyindir
Hahee agar pergi dari tempat duduknya.
Hahee pun berpindah tempat duduk lagi. Tapi terlihat semuanya sibuk masing -
masing karena besok memang final dari ujian praktikum.
Mau mengajak Sharon dan Baekhyun tapi kata Taesung tadi, mereka berdua ke
perpustakan. Hahee memutuskan belajar dihalaman sekolah, membaca buku dan
semacamnya. Sehun yang melihat itu memutuskan untuk mengikuti Hahee ke halaman
sekolah. Hahee tidak menyadari kalau dia diikuti oleh Sehun,
“Hahee!!”
teriak Sehun mencoba mengkagetkan Hahee,
“Aaa, kau!” ujar Hahee terkejut, “sedang
apa kau disini?” sambungnya,
“Aku
mengikutimu, lagi pula aku muak kenapa semua yang ke kelas kita hanya anak perempuannya saja. Mereka sebenarnya berniat
belajar atau hanya ingin melihat idola mereka sih?”
ujar Sehun kesal, karena tempat duduknya diambil juga oleh kerumunan siswi yang
berkumpul dimejanya.
“Sama,
aku juga begitu. Kai, kau tahu kan Kai? Dia tampan, pintar pula, dan kau juga.
Eh, kenapa kau tidak dikerumuni?” tanya Hahee bingung,
“Emm,
molla. Aku kan
tidak seperti Kai banyak yang mengidolakan,” ujar Sehun sambil menyandarkan
badannya ke tembok. Padahal sebenarnya Sehun tadi dikerumuni oleh para wanita
itu tetapi dia memilih untuk pergi ke halaman sekolah menyusul Hahee. Tapi dia
tidak menceritakan hal yang terjadi itu kepada Hahee.
“Oh..kau
sudah mengerti ini?” kata Hahee sambil menunjukkan bab pelajaran Fisika dan
Matematika. Dan mereka pun akhirnya mendiskusikan soal latihan yang ada. Terik
matahari tak membakar semangat Hahee dan Sehun yang belajar dibawah pohon
rindang di halaman sekolah. Siang hari berganti ke sore hari, mereka pun
kembali ke kelas untuk mengambil tas mereka atau beberapa buku yang tertinggal.
Hahee dan Sehun tidak pernah serius jika sedang bersama. Sehun menggelitiki
pinggang Hahee, dan Hahee menjauhkan tangan Sehun darinya.
“Sehun-ah,
sehun-ah!! Ampun, aku geli.” Hahee tertawa sambil mencoba berlari dari Sehun.
“Hey,
tidak tidak. Kau yang selalu kalah, kau harus dapat hukuman. Haha.” ujar Sehun dan mereka memasuki kelas yang didalamnya ada Kai,
Sharon dan Baekhyun juga Luhan yang menunggu mereka berdua untuk pulang
bersama.
“Hahee,
kau darimana? Kami menunggu kalian, ayo cepat beresin barang - barang kalian.
Ini sudah sore, ayo pulang.” Sharon mendorong Hahee ke mejanya, dan disana ada
Kai yang masih duduk ditempatnya.
“Kau
darimana? Oh, kau bareng Sehun. Pantas saja nyaman sampai sore begini,” ujar
Kai tetap menjaga pandangannya ke layar gadgetnya. Hahee yang cuek terus
memeriksa kolong mejanya, dan tangannya digenggam.
“Hahee,
kenapa kau sekarang seperti ini?” Hahee diam tak bergeming, Kai masih ingin
tahu penjelasan dari Hahee yang sebenarnya selama ini. Sharon dan yang lainnya
mengajak untuk keluar bersama. Tapi Hahee menyuruh mereka untuk duluan keluar,
masih ada hal yang harus diselesaikan katanya. Setelah mereka semua keluar dan
merasa sudah jalan cukup jauh dari kelas, Hahee mulai membuka mulutnya.
“Apa?
Apa yang harus aku jelasin? Bukannya sudah jelas, dia yang lebih baik dia yang
lebih sering bahkan selalu ada setiap aku butuh.” Hahee menjelaskannya sambil
menatap lurus pandangannya ke mata Kai,
“Apa
aku salah?” tanya Kai,
“Terserah
kau, aku pulang dulu. Kasihan yang lain menunggu kita terlalu lama.” Hahee
bangun dari tempat duduknya,
“Apa?
Masalahku apa, Hahee.” Kai membentak Hahee, dan Hahee menoleh memandangnya,
“Kau
mau tahu? Kau tidak sadar, ceritamu dengan Chaerin, kisahmu dengan Chaerin dan
dramamu dengannya dulu. Tapi memang, aku tidak marah dengannya, tapi aku kesal
lebih kepada perbuatanmu dahulu, menjauh dariku. Yang membuat aku terus kesal
dan berusaha berpikir keras apa salahku, puas dengan jawaban ini, hah?” jelas
Hahee menahan tetesan air matanya jatuh didepan Kai. Namun apa daya, Hahee
hanya seorang perempuan yang terkadang kuat dan bisa rapuh kapan saja. Air
matanya menetes dihadapan Kai, dan dia segera menyeka air mata dipipinya. Kai
berlari menghampirinya,
“Kau
kenapa, Hahee? Maafkan aku kalau memang aku salah bicara,” Kai memeluk Hahee,
“Tidak,
kau tidak salah. Lepaskan aku,” Hahee mencoba melepaskan pelukan Kai dan
berlari menjauh dari Kai. Tetapi Kai menarik tangannya dan menciumnya, Hahee
diam berdiri dihadapannya. Ditempat lain, Sehun dan yang lainnya menunggu Hahee
dan Kai. Karena kesal menunggu, Sehun berlari dan menghampiri Hahee lalu tak
disangka dia melihat kejadian itu. Sehun mundur dan bersembunyi dibalik pintu
kelas dan melihat kejadian itu dengan jelas.
‘Kau
masih menyukainya kan, Hahee. Kenapa kau tidak bilang?' ujarnya dalam hati,
Pintu
kelas yang terdorong oleh tiupan angin menimbulkan suara yang memecah
kesunyian.
“Eh?”
tidak sengaja Sehun bersuara, Kai dan Hahee pun sadar akan suara itu.
“Siapa disana?” teriak Kai, Hahee
mencarinya.
“Sehun?” Hahee mengintip orang yang
dibalik pintu, dan Sehun pun keluar dari dalam kelas tadi.
“Maaf ya, kalian sudah ditunggu yang
lain. Eh? Luhan sudah meneleponku, aku mau latihan futsal dengannya. Permisi,
aku duluan,” Sehun berlari dengan cepat menjauh dari mereka sampai Hahee tak
sempat memanggilnya. Karena merasa bersalah, dia mengejar Sehun dan
meninggalkan Kai yang sendiri. Tapi saat tiba didepan gerbang, hanya ada Luhan,
Sharon, dan Baekhyun yang duduk di pos satpam. Sharon segera menghampiri Hahee
untuk menanyakan beberapa hal. Sharon menanyakan keadaan Hahee tapi Hahee malah
menanyakan tentang Sehun.
“Dia pulang duluan, dia bilang ada
keperluan mendadak. Dia juga bilang kalau kakaknya kecelakaan kecil diproyek pekerjaannya. Hanya itu saja sih, tidak ada yang
lain,” jelas Luhan,
Hahee
menutup rapat mulutnya, wajahnya pucat tidak pernah terjadi seperti ini, saat
perasaannya kepada Kai itu tidak sama seperti apa yang dirasakannya terhadap
Sehun. Hahee mengambil ponsel disakunya, dan menelepon Sehun. Sudah dicoba
beberapa kali tapi tak ada jawaban darinya. Mereka memutuskan untuk mengantar
Hahee pulang karena dia sudah terlihat pucat.
Hari ujian
akhir semester pun dilaksanakan mulai hari ini. Banyak wajah stres, frustasi,
kurang tidur bahkan ada yang diam termenung pasrah menunggu soal yang keluar.
Seperti biasa mereka berkumpul dan hari ini Chanyeol masuk sekolah.
“Chanyeol, aku rindu kau,” Baekhyun
memeluk Chanyeol yang baru duduk disebelahnya,
“Hey hey, iya iya. Aku tahu, kenapa
kalian ini?” tanya Chanyeol, “apa ada yang salah? Apa aku kurang tahu informasi
terkini?” tanya Chanyeol lagi.
“Ssst..sebaiknya aku temani kau ke
kantin. Mau? Ayolah pasti kau kangen dengan masakan kantin sekolah.” Baekhyun
menarik Chanyeol keluar kelas. Dijalan kekantin, Baekhyun menceritakan awal
yang terjadi disekolah selama dia tidak masuk. Dia mulai menceritakan cerita
dari Sehun, masalah yang terjadi ke Hahee dan yang lainnya.
“Apa? Jadi mereka..oooh..aku bisa
tidak tahu ya?” ujar Chanyeol,
“Ya, kan kau tidak masuk sekolah.
Bagaimana sih,” Baekhyun mendorong bahu Chanyeol. Dia hanya tertawa dan mereka
pun memutuskan kembali ke kelas. Suasana kelas kembali seperti biasa, itu
menurut murid yang lain, hanya saja berbeda dengan Kai dan Hahee. Mereka tidak
saling berpandangan, tidak saling bercakap-cakapan, mereka duduk saling menjaga
jarak satu sama lain. Chanyeol yang baru masuk dibuat bingung dengan tingkah
mereka. Dan dia mengingat cerita Baekhyun tentang apa saja yang terjadi
diantara Hahee dan Kai.
Ujian
pun dimulai, semuanya duduk dengan rapi dan guru pengawas membagikan soal
ujian. Ditengah ujian, banyak siswa yang sakit dan diantar ke UKS. Katanya
karena stres karena sebelumnya memang diadakan kelas tambahan yang cukup
membuat lelah. Hahee mengangkat kepalanya sesekali untuk melihat siapa yang
sakit. Dan dia kembali melihat soal ujiannya, dia sesekali juga menatap Kai
yang mengerjakan soal. Dia melihat ke arah Kai lagi, soal ujian itu sudah terisi semua dan dia malah tertidur pulas.
‘Kau malah tidur, tidak berubah.
Tidak jauh berbeda dari Sehun.' Hahee berbicara dalam hati. Lama dari itu dia
terus sesekali melihat Kai, tapi dia curiga sikutan Hahee tak membuatnya
bangun. Hahee menoleh ke sekelilingnya, dan dia mengangkat tangan Kai sedikit. Dia
mencoba mengintip dan ada bercak darah di lembar jawabannya. Dia yang sedikit
panik mencoba mengangkat badan Kai agar bersandar kursi. Tangan Kai jatuh
dipangkuannya, darah yang keluar dari hidungnya mengalir ditangannya
yang mencoba menyumbat. Dia pingsan, wajahnya pucat, keringat dingin masih
mengalir. Lalu dia panik dan meminta tolong ke Sehun dan Sharon yang masing -
masing duduk dibelakang dan samping Hahee.
“Sehun,
tolong Kai. Bantu aku bawa dia ke UKS, hidungnya mengeluarkan darah.” Hahee
panik, dan mengundang anak yang lain untuk melihatnya. Karena kegaduhan
terjadi, pengawas ujian pun datang menghampiri.
“Ayo,
bantu, kalian bawa dia ke UKS. Untuk sisanya tetap dikelas, kerjakan. Sehun, ayo bawa dia,” Pak Kim menyuruh beberapa anak untuk membantu
membawa Kai ke UKS. Sharon menemani Hahee berjalan ke sana, Hahee terus
menangis dan khawatir tentang dia. Kata Pak Kim, Kai sebaiknya dibawa kerumah
sakit dan mereka segera menelepon ambulance. Dan yang lain
menyusul setelah menyelesaikan ujian mereka.
Berjam
- jam, Hahee dan yang lain menunggu Kai dirumah sakit. Dia masih lemah sejak sadar beberapa menit yang lalu, dan
semuanya beristirahat di sofa kamar rawatnya. Ada yang tertidur, ada yang bermain games, dan ada yang
jajan ke kantin rumah sakit. Hahee tetap disisi tempat tidur Kai, dia terus
berdoa agar tidak terjadi apa - apa dengan Kai. Dokter pun datang untuk
mengontrol setiap perkembangan kesehatan Kai. Setelah dokter memeriksa keadaan
Kai, dokter pun meminta keluarganya untuk datang ke ruangan. Mau tidak mau,
tanpa sepengetahuan yang lain Hahee bilang kalau dia itu keluarganya. Dan
dokter mempersilahkan Hahee untuk datang ke ruangannya. Keadaannya saat
mencekam, Hahee tidak tahu akan memberitahu ke orang tua Kai seperti apa
setelah mendengar penjelasan dokter. Saat Hahee hendak meninggalkan kamar
rawat,
“Jangan jauh - jauh,” ujar Kai
dengan nada lemas,
“Aku hanya ingin membuang sampah.”
Hahee segera mengambil sampah yang berserakan bekas anak yang lainnya makan
tadi. Kai pun tersenyum dan melepaskan genggamannya. Hahee semakin merasa sedih
dan entah kenapa dia merasa kalau dia bersalah.
***
Diruang
Dokter Lim,
“Kau keluarganya, benar?” Hahee
tidak mau berbohong, akhirnya dia bilang kalau dia bukan keluarganya tapi akan
berusaha menutupi apa yang ia ketahui nantinya dari dokter.
“Baiklah, kalau begitu. Saya akan
mencoba menjelaskan apa yang terjadi padanya. Ini diderita pada pasien yang
memiliki sebuah penyakit yang saat ini masih
kami cek. Gejalanya saat dia merasa tertekan atau apapun yang membuatnya daya
tahan tubuhnya lemah, maka dia akan mengalami seperti ini. Kami sedang
menganalisa kembali penyakit yang ada di dirinya. Ini memang masih ringan, tapi
ini bisa jadi indikasi penyakit yang lain muncul. Maka mohon doa kalian untuk
menolongnya. Kami juga sudah menghubungi psikolog untuk menanganinya lebih
lanjut,” jelas Dokter Lim dengan wajah yang serius. Hahee hanya bisa mengangguk
dan keluar dari ruangan. Sharon dan Chanyeol yang baru kembali dari kantin
rumah sakit melihat Hahee baru keluar dari ruang dokter. Mereka menghampiri
Hahee,
“Hahee, sedang apa kau disini? Ada
berita tentang Kai?” tanya Chanyeol,
“Sebaiknya kau duduk disini dulu,
minum dulu.” Sharon memberikan satu kaleng minuman kopi.
“Emm, tidak ada apa - apa. Sebaiknya
kita memang harus menghubungi orang tua Kai,” kata Hahee,
“Oh, masalah itu. Pak Kim sudah
menghubungi keluarganya.” Sharon menjelaskan jika Pak Kim sudah menghubungi
orang tuanya dan akan datang setelah pekerjaan semuanya selesai. Mereka pun
kembali menemani Kai dikamar rawatnya. Saat itu Kai masih bangun dan masih
sadarkan diri, sampai akhirnya....
“Hahee,” panggil Kai dengan suara
lirih,
“Hmm ya?” Hahee bangun dari
tidurnya, dan memegang tangan Kai.
“Disini dingin, Hahee. Aku hampir
kedinginan, tidak ada selimut lagi?” pinta Kai, dan Hahee keluar untuk meminta
selimut wool kepada perawat yang sedang berjaga, kata oppanya itu akan
membantunya lebih nyenyak. Tidak ada yang bangun saat itu karena sudah jam
istirahat, semuanya terlelap. Dalam keadaan mengantuk, Hahee keluar kamar dan tidak
disangka entah apa penyebabnya. Hahee baru kembali dari meja resepsionis,
Baekhyun menekan alarm pasien. Hahee yang sadar kalau itu adalah kamar Kai
segera berlari sambil memeluk selimutnya.
“Kai?” Hahee lemas,
“Entah kenapa Kai pingsan setelah
dia mencoba meraih sesuatu. Aku samar lihatnya, tapi aku sadar Kai sedang
berusaha mengambil sesuatu. Entah apa itu,” jawab Baekhyun, Chanyeol menyetujui
pernyataan itu. Keadaan kembali tenang setelah pemeriksaan menyatakan keadaan
kritisnya menurun dari waktu dia datang. Tidak ada
berita buruk lagi.
“Denyut jantungnya bekerja dengan
stabil kembali. Hanya saja dia butuh istirahat total
dan dalam penanganan medis untuk beberapa
hari ini. Kami mohon kehadiran keluarganya agar lebih cepat,” ujar dokter
sambil berjalan keluar ruangan.
“Memangnya kenapa? Apa yang terjadi
dengannya?” tanya Hahee,
“Kami belum bisa mempublikasikan
hasil pemeriksaan kami sebelum keluar hasil pemeriksaan selanjutnya. Kami mohon kerja samanya jangan sampai dia mendengar sesuatu yang membuat
dia tertekan. Jangan ada yang menangis, terus hibur
dia agar shocknya berkurang. Dia masih mampu mendengar situasi
sekitar,” jawab Dokter Lim, dan Hahee pun mengerti semuanya. Dia kembali ke
kamar dan terus murung melihat peralatan medis itu menempel “lagi” di tubuhnya.
Hahee memeluk tangan Kai dan terus menahan air matanya walaupun sebenarnya ia
ingin histeris.
‘Mian, mianhaeyo. Aku sudah selalu
menyalahkanmu atas apa yang terjadi. Maaf,' bisik Hahee. Air mata Kai menetes,
Chanyeol melihat kejadian itu.
“Kai?” Chanyeol heran, Hahee
mengangkat kepalanya dan melihat ke wajah Kai. Ternyata Kai menangis,
“Kai? Kau mendengarkanku?” tanya
Hahee, Kai terus meneteskan air matanya, Hahee semakin sedih melihat itu.
Monitor jantungnya menunjukkan aktivitas berbeda, Chanyeol segera memanggil
suster yang berjaga. Dokter pun segera menangani keganjalan itu, dan Kai
kembali stabil. Dokter memberi peringatan lagi, kalau sebenarnya Kai masih bisa merespons keadaan sekitarnya.
Dan semuanya kembali istirahat dan melalui malam yang sangat hening.
***
Pagi
hari menyambut Hahee dan yang lainnya, sinar matahari yang menyinari masuk dari
jendela tanpa perantara gorden.
“beep..beep..beep”
suara Heart Monitoring yang menempel ditubuh Kai juga menyambut pagi harinya. Orang tua Kai datang setelah
dihubungi oleh Hahee malam tadi. Ibunya masuk kedalam ruang rawat Kai,
“Ya ampun, anakku. Kau
kenapa?” ujar ibunya sambil mengelus dahi Kai yang masih terbaring koma setelah
jatuh tadi. Ibunya langsung melihat Hahee dan memarahinya habis-habisan.
“Kau, memang pembawa sial!
Kau dengan kakakmu, sama saja! Kenapa kau dekati anakku lagi, hah? Apa salah
anakku sampai seperti ini,” bentak ibunya, Hahee langsung tersentak. Ia memang mengenal
Kai kalau dia itu teman kecilnya, saat kakaknya Kai masih bersama Suho. Dia sedih, hatinya remuk,
Sharon langsung menghampiri Hahee dan membawanya keluar ruangan. Sharon terus
menyemangati Hahee agar tidak menanggapi serius ucapan ibunya Kai tadi.
“Tidak, Sharon. Ibunya
benar, kau tahu kakaknya Kai sakit karena dia tidak mampu melihat kakakku,
Suho, semakin menderita.” ujar Hahee pandangannya tak terarah.
“Hahee memangnya kenapa?
Masalah kakakmu itu? Kim Sohee?” tanya Sharon,
“Iya, masih tentang itu.
Tapi aku bersyukur kata Kai kakaknya sudah sembuh dan bisa beraktivitas seperti
biasa,” jawab Hahee masih dengan keadaan seperti tadi, Sharon yang melihat itu
menyuruh Hahee untuk pulang dulu. Sore kalau sudah agak baik perasaannya,
mereka bisa kembali lagi ke rumah sakit. Kemungkinan besar ibunya tidak ada
dirumah sakit kalau sore nanti. Chanyeol, Sharon dan Baekhyun menemani Hahee
pulang seperti biasa.
“Hahee, kau baik-baik ya.
Kalau memang sore nanti mau kesana lagi, kami jemput. Daaah~” teriak Baekhyun
dari dalam mobil, Hahee hanya tersenyum dan membuka pintu pagar rumahnya.
Saat ia membuka pintu rumah, ia
mendapati Hyuna dan Suho bersama.
“Oppa?” Hahee terheran, Suho
segera berdiri yang sebelumnya terlihat seperti hendak mencium kekasih barunya
itu. Hyuna yang melihat itu mencoba meluruskan semuanya,
“Tidak, Hahee.” kata Hyuna
tetapi Hahee mencoba untuk tidak mendengarkannya. Dia berlari ke kamar, Hyuna
ingin mengejarnya tapi ditahan oleh Suho.
“Sudahlah, biarkan dia
menenangkan pikirannya. Dia baru saja pulang dari rumah sakit sehabis mengantar
Kai,” jawab Suho, Hyuna hanya menganggukkan kepalanya. Dan kembali duduk
diruang tengah, sedangkan Hahee pikirannya sedang kacau.
“Kenapa oppa begitu cepat
melupakan kakaknya Kai? Sohee eonnie, kau harusnya mengerti suasana saat ini.” Hahee berbaring dan
meneteskan air mata. Perlahan pintu kamar Hahee terbuka, Hyuna eonnie masuk dan
duduk disisi tempat tidur Hahee.
“Bukan seperti itu, kakakmu
ini sedang mencoba mengobati luka digusiku. Dia bilang ini bisa diobati sendiri
tak usah pergi ke dokter, memang apa sebenarnya yang kau rasakan?” tanya Hyuna
dengan nada yang lembut. Sebelumnya Hahee enggan menjawab tapi akhirnya ia
berusaha menjawab,
“Eonnie, apa benar kau
kekasih kakakku sekarang?” tanya Hahee polos, Hyuna tersenyum dan menjawab.
“Iya, aku pacar kakakmu
sekarang. Memang kenapa? Kau tidak suka aku ya?” goda Hyuna, Hahee menanyakan
beberapa hal lagi,
“Aku ingin tahu, apa kau
tahu Kim Sohee eonnie? Apa oppa suka cerita tentangnya?” Hyuna kembali
tersenyum lagi mendengar pertanyaan Hahee,
“Dia suka cerita tentangnya,
bahkan sering. Memangnya ada apa dengannya?” jelas Hyuna, Hahee bangun dari
baringannya.
“Eonnie tidak cemburu?”
tanya Hahee heran,
“Untuk apa? Oppa mu
mencintainya, dulu. Tapi aku percaya oppa mu, aku percaya dia mencintaiku
sekarang.” tukas Hyuna,
“Tapi dia masa lalunya Suho
oppa kan?”
“Iya dia masa lalunya, tapi
aku memberikan kesempatan untuknya untuk membuka masa baru tanpa melupakan masa
lalu seluruhnya.” jelas Hyuna dengan tetap memasang wajah senyumnya.
“Eonnie,” Hahee memanggil
Hyuna yang sedang merapihkan seragam Hahee yang berserakan.
“Ya?” Hyuna memandang Hahee
yang masih disisinya.
“Aku masih menyukai Kai,
tapi ibunya masih menyalahkan oppa atas sakit kakaknya” Hahee sudah mulai
terbuka dengan Hyuna,
“Kim Sohee? Aku tau dia, dia
sering cerita kenapa dia mulai sakit-sakitan. Sejak dia sering melihat oppa
kerja hingga larut malam untuk persiapan menikah. Dia sendiri yang cerita
kepadaku waktu itu,” cerita Hyuna yang membuat Hahee kaget,
“Berarti apa salah oppa
dong? Kan itu karena dia yang memikirkan oppa?” tanya Hahee,
“Mungkin orang tuanya tidak
tahu apa yang dia rasakan. Kesehatannya menurun dan orang tuanya hanya tahu
sebelumnya dia bertemu oppa. Dialah yang disalahkan,” Hyuna tetap menjaga
senyumannya.
“Perasaan seorang wanita itu
sulit ditebak, Hahee. Makanya jangan pernah membuat rumit keadaan, agar
semuanya tersampaikan dan tidak ada yang tertinggal.” Hyuna menyambung
ceritanya, Hahee mengerti ceritanya Hyuna dan dia menundukkan kepalanya.
“Eonnie,” Hyuna menengok ke
Hahee lagi, Hahee memeluk Hyuna dan menangis sekeras mungkin untuk mengeluarkan
emosinya. Suho pun masuk ke kamar Hahee mengantarkan susu dan camilan.
“Ssstt,” Hyuna menyuruh Suho
untuk diam, Suho tersenyum dan pergi setelah meletakkan makanannya.
Tangisannya berhenti, seakan-akan air
matanya telah habis tadi. Hahee menyeka sisa air matanya, Hyuna membantu
mengusapkan wajahnya dan rambutnya.
“Jangan pernah menangis
seperti ini lagi ya, kau wanita dan seorang wanita harus kuat.” ujar Hyuna dan
dia memberikan makanan yang Suho bawa tadi. Hahee menggelengkan kepalanya, tapi
Hyuna mencoba membujuk agar dia makan. Dan suasana itu bertahan sampai
berlalunya pagi hari di rumah Hahee.
Sore hari, ponsel Hahee terus bergetar.
“drrrt..drrrrrtt..” Hahee
meraba ponsel yang ada dimeja.
“Yeoboseo?” Hahee mengangkat
telepon tadi,
“Hahee ini aku Sharon, kata
suster orang tuanya Kai sedang pulang, tidak ada disana.” ternyata itu Sharon
yang mengajak ke rumah sakit lagi. Katanya dia dapat kabar kalau orang tua Kai
sedang meninggalkan rumah sakit tadi. Hahee yang tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan ini, bergegas mempersiapkan diri nanti dijemput Chanyeol pukul 5
sore. Chanyeol pun membunyikan klakson mobilnya, Suho memanggil Hahee yang
masih berdiri didalam kamar. Hahee pun menyahut panggilannya dan keluar dari
kamar.
“Hahee, tebak siapa yang
datang?” panggil Hyuna eonnie,
“Siapa eonnie? Chanyeol
masih diluar?” Hahee baru sadar kalau ternyata, D.O oppa pulang ke rumah
setelah pergi setahun jauh dari rumah, dari asramanya. Hahee langsung berlari
ke arahnya dan memeluk oppanya itu. Hahee menangis terharu karena sudah lama
menahan rasa rindunya,
“Oppa, kau kemana saja?”
tanya Hahee, D.O menyeka air mata Hahee.
“Sudahlah, kau jangan jadi
cengeng begitu dong. Aku kan pulang, nih pulang kan? Aku memang rindu kau
terus, Hahee. Aku sebelum kesini masak dulu untukmu,” ujar D.O terus tertawa
melihat adiknya menangis. Dia mengambil makanan ditasnya, dan langsung memakan
masakannya diruang tengah. Chanyeol dan Sharon datang ke rumah Hahee dengan
mengejutkan Hahee yang sedang makan.
“Ta-Daaaa....” teriak Sharon
dan Chanyeol, Hahee terkejut sampai dia tersedak makanannya.
“Kaliaaan,” ujar D.O oppa,
mereka langsung tertawa dan senyum - senyum saja,
“Hehe, joeseonghamnida. Maaf
ya Hahee, kau jadi tersedak hehe minum minum,” Chanyeol mengambilkan gelas
untuk Hahee, Sharon mendorong Chanyeol karena kesalahannya D.O oppa sedikit
kesal.
“Kalian disini? Baekhyun
mana?” tanya Hahee,
“Nanti kita jemput dia. Tadi
aku tadi bertemu D.O hyung dijalan sendiri, jadi aku ajak saja bersama. Kan
tujuannya sama heheh, betul kan hyung?” Chanyeol meminta dukungan dari D.O yang
membalasnya dengan senyuman hangatnya. Hyuna keluar dari dapur dan membawa
makanan yang sudah dia buat. D.O kaget melihatnya keluar, dia sangka kakaknya
berbohong kalau mereka berpacaran.
“Wah, kakak iparku. Tidak
usah repot - repot, ooaah jadi kau disini ya? Oh! Kalian sudah tinggal bersama
disini?” Suho mencekik D.O karena terlalu banyak omong. Dan mereka semua
tertawa melihat pertengkaran mereka. Setelah mereka makan sore, Hahee, Sharon
dan Chanyeol pamit mau segera berangkat ke rumah sakit lebih dari jam besuk karena harus menjemput
Baekhyun dulu.
***
Diapartemen Baekhyun,
Chanyeol mencoba untuk membuat kegaduhan seperti yang ia lakukan dirumah Hahee
tadi. Berharap yang membuka Baekhyun ternyata Chanyeol salah alamat, mamanya
yang membuka pintu. Karena kaget, mamanya Baekhyun memarahi dan menasihati
Chanyeol habis - habisan.
“Mianhamnida,
eommonie.” Chanyeol hanya bisa menunduk saja, Hahee dan Sharon saling sikut dan
menahan ketawanya. Baekhyun yang mendengar itu segera keluar dari kamar dan
mencoba bertanya ke Sehun yang menonton TV.
“Tidak
tahu ada apa itu, hyung. Yang aku tahu, tante langsung marah - marah didepan
pintu. Eh hyung mau kemana lagi?” tanya Sehun,
“Ah~
aku mau kerumah sakit bareng yang lain. Sepertinya itu suara Chanyeol,” jawab
Baekhyun sambil memakai T-Shirtnya.
“Ada
Hahee?” Sehun sudah bersiap mengambil ancang - ancang, dan benar sekali jawaban
dari Baekhyun adalah iya. Sehun segera pergi ganti baju dan menyuruh Baekhyun
menunggunya. “Jangan lama - lama ya,” teriak Baekhyun,
Baekhyun keluar rumah dan melihat
Chanyeol yang sedang dinasihati. Baekhyun manahan ketawa melihatnya dan
menghampiri ibunya,
“Eomma,
sudahlah. Dia hanya bercanda, lagipula mama kan baru saja datang, istirahat
dikamarku dulu ya. Oh ya, eomma aku izin berangkat dulu ya ke rumah sakit. Mau
jenguk temanku, eomma. Oh ya, Sehun ikut ya,” ujar Baekhyun memeluk eommanya
dari belakang.
“Sudah!
Ayo berangkat,” Sehun datang, dan semuanya salim ke mamanya Baekhyun.
“Tante,
kami berangkat dulu ya,” mereka segera berangkat ke tempat parkir dan berangkat
bersama. Chanyeol
menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari halaman mobil, semuanya melambaikan
tangan ke mamanya Baekhyun yang mengantar sampai depan. Mobil Chanyeol langsung penuh begitu
personelnya bertambah satu lagi, ya dia itu Sehun. Ditambah lagi handphonenya
Sehun bunyi, Luhan dipanggilan handphonenya. Dia bilang, Luhan ingin pergi ke
rumah sakit juga, dia sudah meminta izin ke orang tua angkatnya
untuk menginap. Semakin penuhlah ruang mobil ini, sesak. Yang paling nyaman
hanya Chanyeol dan Hahee yang duduk dibangku depan, sedangkan yang lain
berdesak-desakkan.
Sesampainya disana, Hahee dan yang
lainnya melihat Kai dari jauh saja. Ruangan Kai masih belum bisa dijenguk, jam
besuknya 5 menit lagi baru dibuka.
“Apa tidak sebaiknya aku
pulang saja, aku takut orang tuanya datang kesini.” ujar Hahee yang terus
menatap kaca yang tembus pada Kai yang sedang terbaring lemah.
“Jangan! Kami akan bantu kau
agar setidaknya. Kai bisa tahu, kalau kau tak membencinya seperti itu.” jawab
Sharon. Disusul anggukan dari 4 lelaki yang ada dibelakangnya. Hahee tersenyum
sambil menatap mereka semua. Dan Luhan pun ingin membantu pertemuan itu. Dia
akan mengawasi pintu masuk rumah sakit, berjaga jika ada orang tua Kai. Sehun
segera mendorong Luhan untuk memutar arah ke pintu masuk rumah sakit. Jam besuk
akhirnya dibuka, Hahee memakai baju berwarna biru yang tergantung didepan pintu
masuk ruangan itu.
“Kai, aku datang,” ujar
Hahee yang masih ada didekapan Sharon yang menuntunnya jalan. Dia tak kuat
menahan airmatanya, tapi tak ingin menangis didepannya. Sharon membangunkan
tubuh Hahee yang bersandar padanya.
“Kau harus lebih kuat
darinya. Jadikan dirimu, alasannya untuknya tetap bertahan.” ujar Sharon sambil
menyeka airmata yang tersisa dipipi Hahee. Ia hanya bisa mengangguk pada saat
itu, jelas memang jiwanya pasti remuk. Dia sadar kalau penyalahannya terhadap
Kai yang terlalu kejam itu, membuatnya semakin merasa bersalah. Chaerin memang
membuat cerita mereka sedikit berantakan. Ditambah dengan ego Kai yang terlalu
tinggi, membuat Hahee sedikit kehilangan kesabaran.
Dua bulan kemudian,
Kelulusan semakin dekat,
Hahee dan yang lain sedikit khawatir dengan nilainya. Lebih baik daripada tahu
bagaimana keadaan Kai sekarang, saat ini. Hahee menelepon rumah sakit, dan
sepertinya Hahee dan yang lain harus kesana, segera.
“Chanyeol, bisa antarkan aku
tidak?” ujar Hahee ditelepon genggamnya,
“Mian, Hahee. Aku harus
mengantar noona ku, dia mau ke Busan. Mianhaeyo,”
“Aniyo, terima kasih ya.
Hati - hati dijalan,” ujar Hahee. Dan dia kembali bingung harus berbicara dan
meminta tolong dengan siapa. Tak lama, Sharon menelepon Hahee,
“Hahee, kau dirumah?” tanya
Sharon,
“Iya aku dirumah, memangnya
kenapa?” jawab Hahee,
“Aniyo, aku hanya merasa
bosan dirumah. Bagaimana kalau kita jenguk Kai, dia sudah lama ya terbaring.
Apa kau sudah dengar perkembangan kesehatan Kai?” ujar Sharon,
“Ne, aku sudah mendengarnya.
Katanya keadaannya sudah membaik setelah hampir 2 bulan, tumben kau
menanyakannya?” goda Hahee,
“Aku rindu dengannya. Kau
pikir saja, dihari ujian terakhir kita malah muram memikirkannya yang tidak ada
diantara kita” ujar Sharon, Hahee diam tanpa jawaban. Lalu Sharon berinisiatif
untuk menutup telepon dan menghampiri ke rumah Hahee. Dia juga sendiri disana.
Kedua oppanya sedang sibuk dengan pekerjaannya masing - masing. Sudah hari
ketujuh, Hahee tinggal sendiri dirumahnya.
“Hahee, kau kemarin kemana?”
tanya Sharon sambil melangkah masuk ke dalam rumah.
“Aniyo, Sharon. Aku dirumah
saja, kebetulan aku sedang malas kemana - mana. Mau ke rumahmu, tapi kemarin
tak ada jawaban. Memang kau kemana?” tanya Hahee,
“Hehe, aku diajak jalan
dengan Chanyeol.” ujar Sharon malu - malu,
“Aigoo, kau dengannya sudah
ada hubungan? Kenapa tak memberitahukanku? Sehun, Luhan dan Baekhyun sudah
tahu?” tanya Hahee,
“Hehe, sudah.”
“Aigoo, Ya! Tega sekali aku
ini tetanggamu, tapi aku tak tahu tentang hal itu? Jahat juga ya kau, Sharon.”
jawab Hahee,
“Bukan begitu, kemarin kan
aku ke rumahmu. Kata kakakmu, kamu sedang dikamar dan belum keluar dari malam.
Jadi kemarin aku tak mengajakmu.” jelas Sharon. Hahee yang mendengar
penjelasannya mulai mengerti. Memang kemarin adanya seperti itu, Hahee tak
sadar ada suara Sharon dibawah.
“Kalau aku
bercanda, aku keterlaluan tidak?” tanya Sharon,
“Iya, jelas. Itu
sudah cukup mengejutkanku dan ternyata itu bohong. Kau teman terjahat yang aku
kenal,” jawab Hahee bercanda,
“Aku bercanda, Hahee.
Aku sebenarnya masih menyukai kakakmu,” ujar Sharon, Hahee hanya tersenyum
tanpa menjawabnya. Hahee tau ini hanya usaha kamuflase dia untuk menutupi
hubungannya dengan Chanyeol karena tak enak dengan D.O oppa.
Akhirnya setelah Sharon bercerita bagaimana
sebenarnya perasaannya sambil menunggu Hahee ganti baju, mereka berdua memilih langsung
berangkat ke rumah sakit. Tak lama, Baekhyun dan Sehun sedang bersepeda
bersama dan melewati
halte bus tempat Hahee dan Sharon menunggu. Sehun yang tak sengaja langsung melewati Hahee,
membuat Hahee memikirkan sesuatu.
“Sharon! Kau mau kemana?”
ujar Baekhyun yang menepikan sepedanya,
“Aku bersama Hahee mau ke
rumah sakit, menjenguk Kai.” jawab Sharon sedikit berteriak karena kebisingan
jalan raya.
“Kalau begitu, bareng kami
saja.” ujar Baekhyun, dan kemudian ia meneriaki Sehun agar kembali ke halte.
“Hahee, kau daritadi di
situ?” tanya Sehun,
“Iya, aku disini. Hehe,”
“Mianhae, aku tadi sedang
tidak fokus. Ada apa Baekhyun kau menyuruhku kembali kesini?” ujar Sehun yang
kemudian mengarahkan wajahnya ke Baekhyun. Wajah Sehun yang kemerahan karena
lelah bersepeda, membuat Hahee sepertinya menyukai orang itu. Ragu untuknya
untuk bilang suka, ragu untuknya untuk memikul rasa seperti ini lagi. Seperti
layaknya kisah Kai dulu. Akhirnya Baekhyun dan Sehun membonceng Hahee dan
Sharon sampai ke apartemen mereka. Setelahnya, baru bersama-sama ke rumah sakit
tempat Kai dirawat.
“Bukannya ruangan inapnya
disini?” tanya Baekhyun,
“Iya juga ya? Kenapa ini
bukan kamar inapnya Kai?” tanya balik Sharon,
Sehun terus merangkul Hahee yang mungkin
bisa saja tiba - tiba jatuh karena kaget. Hahee tertunduk, menangis, tapi
wajahnya tersungging sebuah garis senyuman.
“Mungkin
sesuatu terjadi padanya. Seperti waktu itu, Sohee eonnie. Ia yang disembunyikan oleh
Kai,” ujar
Hahee yang masih tertunduk.
“Memang
apa hubungannya?” ujar Sharon,
“Mungkin
ini Tuhan yang balas, pada kisahku sekarang. Dengannya,” jawab Hahee,
“Jangan
begitu, kita kan belum mencarinya. Sudahlah,” ujar Sehun yang terus merangkul
Hahee yang mungkin jiwanya sedang remuk. Langkah berat mengikuti setiap
hentakan kaki Hahee ke bumi. Seakan berkata, ‘tunggu sebentar, dia akan
datang.' Sharon tetap mengikuti langkah Hahee yang ada didepannya.
Baekhyun mengambil langkah inisiatif,
dia lari ke bagian informasi untuk menanyakan Kai. Ternyata Kai sudah dirujuk
ke rumah sakit diluar kota. Dirumah sakit ini tidak terlalu memiliki peralatan
yang menangani penyakit yang diderita Kai.
“Sudahlah,
Baekhyun. Aku sudah tahu itu sebelumnya, jadi lebih baik. Kau dan kalian bantu
aku untuk tak berpikiran pada Kai saja,” ujar Hahee sambil mencoba
menyingkirkan tangan Baekhyun yang ada dibahunya. Baekhyun pun segera
menyingkirkan tangannya, dan semuanya saling melirik satu sama lain. Sedikit terheran
karena keadaan Hahee, yang berubah.
“Biarkan
semuanya lebih tenang dihati,” jawab Hahee yang terus melangkah,
“Tapi,”
ujar Sehun, itu membuat Hahee berhenti melangkah dan berbalik arah ke Sehun,
“Tak
apa, Sehun-ah. Aku masih baik - baik saja, seperti biasa. Aku hancur kalau kau
ikut menghilang,” sebuah senyuman hangat ia berikan kepada Sehun yang sedang
berada dihadapannya. Dan mereka pun akhirnya pulang bersama, tentu dengan
sepeda yang tadi dipakai.
Dan akhirnya semua
menyatakan untuk membiarkan Hahee sendiri sampai waktunya tepat. Sharon dan
yang lain memang butuh kesabaran, karena mereka tahu seberapa rumit kisah.
Kisah keluarganya dan kisah keluarganya Kai, terlalu rumit memang. Tapi berbeda
dengan Sehun dan Chanyeol. Mereka berdua berusaha untuk memyembunyikan sesuatu,
sampai saat ini. Apa itu sebuah misteri yang berhubungan dengan Kai? Apa yang
dirahasiakan dari Hahee?
Butuh tiga bulan untuk mereka saling
menenangkan diri, terutama untuk jiwa Hahee. Hahee yang dua bulan terakhir merasakan
kesepian yang semakin menjadi, karena Sharon yang pergi ke Inggris. Mengambil
kuliah disana dan tinggal bersama tantenya, membuat Hahee semakin menderita.
“Ka,”
“Ya,
Hahee?” jawab Suho,
“Sebaiknya
aku mengambil kerja part time saja dulu ya. Aku masih mau bekerja diredaksi
itu,” ujar Hahee kepada kakaknya.
“Baiklah,
kalau itu maumu,” jawab kakaknya. Suho memutuskan untuk pindah ke apartemen
dekat kantor setelah bertunangan dengan Hyuna. Tinggal Hahee yang mencoba untuk
tetap hidup mandiri disana.
“Iya,”
jawab Hahee tersenyum,
“Oppa
akan mengirimkan uang untukmu setiap minggunya,”
“Tidak
usah, uang yang kemarin masih tersisa ditabunganku. Lagipula aku akan bekerja
nanti,” jawab Hahee meyakinkan kakaknya.
“Baiklah.
Oppa akan pindah kesana besok,” ujar Suho sambil merapihkan bajunya,
“Oppa,
biar kubantu,” Hahee menghampiri kakaknya.
“Nanti
kyung-ah pulang kesini setiap dua bulan sekali, jadi kamu tak akan sendiri,”
jelas Suho,
“Oppa,
aku bisa sendiri. Santai saja lah,” Hahee terus meyakinkan kakaknya yang masih
khawatir jika ia sendiri. “...lagi pula aku ada Sharon, kak,” senyum Hahee
merekah dihadapannya.
Setelah selesai semuanya, Hahee
mengantarkan Suho ke depan rumah. Mobilnya sudah tercuci rapi, bersih, dan
sepertinya sudah siap untuk mengantarnya ke apartemen barunya bersama Hyuna.
Hahee terus tersenyum, dan berusaha menghilangkan ingatannya terhadap lelaki
yang menemaninya tiga tahun selama belajar di sekolah menengah atas sampai tiga
bulan yang lalu. Sampai akhirnya dia benar - benar tak hadir dihadapan Hahee,
sampai sekarang. Terus tersenyum menghadapi hari ini, hari esok dan hari
berikutnya.
“Kai?”
tanya Hahee heran, setelah ia melihat seorang lelaki berdiri membelakanginya,
“Hahee?”
sahut pria itu. Memang itu Kai!
“Kau
kemana saja?” tanya Hahee, tapi Kai mencurigakan. Ia membawa Hahee ke rumah
kosong yang berada dekat dengan tempat mereka bertemu.
“Aku
tidak apa - apa, aku juga tak kemana - mana. Aku masih disekitar sini,” ujar
Kai tak memutuskan pandangannya terhadap Hahee,
“Ya
tapi kau waktu itu tak
ada di rumah sakit,”
“Lupakan
itu. Aku masih akan selalu ada disisimu, dan akan hadir dihadapanmu.”
“Baiklah,
kita mau kemana sekarang?”
“Kita ke taman yang biasa
aku kunjungi selama ini. Kau belum tahu kan?”
“Belum, memangnya kau sering
kemana?” tanya Hahee sambil menatap Kai,
“Sudahlah. Kita harus ke
halte sekarang,” ujar Kai sambil berlari,
“Baiklah.” Hahee menuruti
saja kemana dia diajaknya.
Hahee masih bingung dengan tujuan ini,
tapi ini mengarah ke Busan. Kenapa akhir - akhir ini Hahee sudah sering
memimpikan jalan ini. Tapi entah itu dimana, tapi seperti yang Hahee ingat.
Inilah jalannya, jalan yang sekarang ia lalui bersama Kai. Kai mengantarkannya ke suatu rumah,
disana ada seorang ibu dan seorang anak kecil. Dia langsung memeluk Kai,
“Hyung!”
sapa anak itu,
“Ini
siapa Kai?” tanya Hahee heran,
“Ini
Yunho, adikku. Ada sebuah alasan yang panjang dan tak mungkin cukup untuk
sehari ini. Lebih baik jangan menanyakan hal itu dulu ya, Hahee” ujar Kai yang
masih memeluk Yunho, anak kecil itu.
Mereka hanya bermain di sekitar rumah,
tak kemana - mana. Ini alasan Kai, Hahee tak berani menanyakan itu lagi. Suatu
ketika, Kai meninggalkan Hahee dan Yunho berdua bermain diruang tengah. Dan
juga ibu Kim juga duduk bersama mereka berdua. Dia tak menyia - nyiakan waktu
yang tersedia. Ia menanyakan siapa mereka dan apa hubungan mereka dengan
kekasihnya itu.
“Apa?
Kai sedang dikejar orang? Siapa mereka, bu?” tanya Hahee memangku Yunho,
“Ibu
juga kurang tahu itu. Ibu hanya membawanya kesini karena ia terkapar didepan
persawahan itu. Keadaannya kotor. Ibu menemukannya saat sedang bertani disana,”
ujar ibu sambil menunjukkan ke arah hamparan sawah yang ada disana.
Tapi beda keadaan saat Yunho bercerita
pendek tentang apa yang ia lihat. Saat dia sedang bermain, ia melihat dua orang
lelaki mengintai rumah ini. Yang ia dengar,
‘..Kai memang tinggal didaerah ini, tapi ini
bukan rumahnya. Anak kecil yang main bersamanya sama sekali tak dekat
dengannya. Setelah main dengan anak itu, Kai pergi ke daerah timur desa ini.' Jelas
Yunho menyampaikan apa yang ia lihat dan dengar waktu itu kepada Hahee. Ini
cukup membuatnya terus berpikir itu siapa, dan tak lama Kai baru sampai membeli
makanan tadi. Yunho yang menghampiri Kai langsung memeluknya, dan menatapku penuh
khawatir.
‘apa
Yunho sedang mencoba memberitahuku sesuatu?' ujar Hahee dalam hati,
Kai mengalihkan seluruh khayal yang ada
dikepala Hahee, mereka semua makan siang bersama. Dan setelah itu, ia mengajak
berkeliling sekitar rumahnya, mereka tak bermain terlalu jauh. Mereka saling
bercerita sampai akhirnya Kai menceritakan suatu hal.
“Aku
sedang lari dari sesuatu, maafkan aku ya. Selama ini tak ada kabar,” ujar Kai,
“Kau
kenapa sih? Memang kau lari dari siapa, apa mereka yang kau maksud itu
mengejarmu juga sehingga kamu keluar dari rumah sakit?” tanya Hahee,
“Bukan,
bukan karena itu aku keluar dari rumah sakit. Aku...” Kai menghentikan
ceritanya,
“Kenapa?
Kau kenapa? Ayolah cerita padaku,” pinta Hahee,
“Aku
masih belum bisa menceritakan sesuatu padamu. Aku sedang merasa bingung,”
“Kalau
kau bingung, cerita saja. Ada apa Kai?” tanya Hahee,
Kai melihat sebuah mobil parkir di jarak
500 meter dari mereka berdiri sekarang. Dia merunduk dan mengajak Hahee kembali
ke rumah.
‘bahaya kalau kau masih terus disekitarku,'
ujar Kai dalam hati. Hahee masih terus menatap wajah Kai yang begitu, tegang.
Keringat dingin dan tatapannya yang terlalu lurus ke depan membuatnya semakin
berpikir. Apa jangan - jangan ada kaitannya dengan mobil yang parkir 500 meter
dari tempat mereka berbicara empat mata tadi? Mungkin saja. Ibu Kim
mengantarkan Hahee ke halte bus, sedangkan Yunho menunggu dirumah bersama Kai.
Ia takkan menyia - nyiakan kesempatan untuk sekali lagi bertanya tentang cerita
Kai. Yang sarat akan rasa gelisah dan penasaran.
“Hmm,
baiklah. Aku akan menceritakan ini, .......” ujar Bu Kim, Hahee terkejut. Ia
tak banyak bicara sampai akhirnya ia kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan, ia
selalu mengingat cerita itu. Sangat mengingatnya dengan jelas. Dan ia membiarkan
ingatan itu berlalu, dan tak mau mengingatnya lagi.
Dua bulan terasa semakin lama saja, Kai
masih tak selalu ada disisi Hahee. Tapi Kai tetap memandang Hahee dari jarak
jauh. Tak ada yang boleh tahu hubungan ini,
“Mereka
tak boleh tahu!” ujar Kai kesal, sambil menatap jendela kantor dimana Hahee
bekerja. Dilain tempat, diruangan kerja Hahee.
“...hmm,
inisial terlalu rumit Xcone. Siapa ini? Lalu apa maksudnya? Kalau memang ini
kasus yang rumit, kenapa tak ada beritanya di televisi?” gerutu Hahee menatap
layar komputernya. Xcone, ini kasus mafia. Lalu apa urusannya dengan lelakiku,
toh dia tak pernah berhubungan dengan hal yang rumit seperti mafia.
Hahee
memutuskan untuk istirahat sejenak dengan aktivitas didepan layar komputer ini.
Park Hoon, rekan kerjanya, menghampirinya sambil membawa dua gelas kopi hangat.
“Kau
kenapa? Akhir - akhir ini selalu melamun didepan komputer, aneh tau,” ujar Park
Hoon,
“Ah,
tidak apa - apa. Hanya saja, aku mau bertanya sesuatu,” jawab Hahee,
“Apa
itu?” tanya Hoon,
“Apa
kau pernah mendapatkan informasi tentang kasus yang ada diinternet, namanya
kasus Xcone?” tanya Hahee, Hoon terkejut. Dia pernah mendapat kabar tentang
berita itu, dan ia bertugas langsung meliput ke lokasi perkara. Selesai tugas
tersebut. Tapi, dari situ datanglah masalah yang lainnya. Hoon diteror
diapartemennya, dia didesak untuk tidak mempublikasikan berita tersebut dan
menganggapnya sudah berlalu.
“Lalu
kubuat kasus itu expired, dan aku bilang ke kepala redaksi agar mengganti
berita utama tersebut dengan berita yang lain,” cerita panjang Hoon,
Baiklah, Hahee tahu ini berita penting.
Itu artinya, Kai masih dalam bahaya.
“...jangan
- jangan, mobil itu? Dua orang yang menghampiri dan menginterogasi Yunho? Dan
pertemuannya dengan seorang wanita petani?” ujar Hahee, ia sadar akan sesuatu.
Tapi Hoon menahannya untuk menyelidiki tersebut,
“Jangan
kau selidiki, ku mohon. Kau temanku, aku tahu kau butuh kelanjutan berita itu.
Tapi tolong untuk saat ini, bantu aku juga. Mungkin sekarang aku masih diintai oleh
mereka. Dan aku harap obrolan kita tentang masalah kasus itu tak bocor ke
telinga mereka. Aku tak mau kau juga ikut terancam. Cukup aku saja, mengerti?”
ujar Hoon panjang lebar, dan Hahee mengerti itu.
“Apa
aku harus menjauhi Kai? Agar aku tak dicurigai oleh mereka, dan nanti aku bisa
menyelidikinya?” tanya Hahee,
“Iya,
seharusnya begitu. Dan lebih baik seperti itu, dan biarkan kasus ini berlalu,”
ujar Hoon, “..jangan lupa hapus history browsing-mu tentang kasus itu, mereka
mungkin saja memasang penyadap di setiap id komputer kita,” sambungnya. Hahee
benar - benar harus melupakan Kai, ini demi kebaikan bersama. Kelak ia akan
tahu, bagaimana ini bisa terjadi dan kenapa ini terjadi. Malam harinya, ada
telepon masuk ke rumah.
“Halo,
selamat malam” sapa Hahee,
“Halo,
Hahee. Ini aku, Kai. Bagaimana keadaanmu disana? Baik - baik sajakah?” ujar Kai
panik,
“Aku
tidak apa - apa, Kai. Memangnya ada apa sih? Suaramu tak tenang disana, apa ada
hubungannya dengan Xcone?” ujar Hahee, tak ada respon dari Kai. Kelihatannya
dia menahan bicaranya juga tentu menahan napasnya.
“AKU
BILANG JANGAN MEMBICARAKAN KASUS ITU LAGI, MATIKAN TELEPON INI DAN PERGI SEKARANG! KAU
DATANG KE SAWAH,” dan ‘tuuut...tuuuut.' teriak Kai ditelepon panik. Ternyata ia
tahu kalau dirumah Hahee teleponnya disadap oleh mereka.
“Kai?
Halo Kai? Aku tak mengerti maksudmu, tolong. Angkat teleponnya,” Hahee sedih
dan ia segera bergegas meninggalkan rumah dan mencabut semua akses telepon ke
rumah. Ia tinggal di sebuah rumah yang dikontrakkan oleh pemiliknya. Rumah itu
dekat kantor. Sawah? Dimana sawah itu, Hahee terus berpikir keras tempat apa
yang ia maksud. Bu Kim dan Yunho! Rumahnya ditengah persawahan.
“Aku harus kesana sekarang!”
Hahee mengambil handphone dan meminta tumpangan motor ke teman kantornya.
Kebetulan dia mau pulang ke rumah orang tuanya dan melewati jalan itu. Ditengah
perjalanan, ponselnya berdering,
“Kak,
aku takut.” Yunho! Ini suaranya,
“Tenang,
Yunho. Kau kenapa?” tanya Hahee menenangkannya yang ketakutan disana,
“Ibu
dan aku sedang ada dirumah, diluar sana sudah ada mobil yang terus berjaga
mencari hyung. Dan sekarang, hyung sudah dikejar oleh mereka. Tadi hyung itu
bersembunyi melindungi kami tapi akhirnya dia keluar karena tak ingin aku dan
ibu menjadi korban yang tidak tahu apa - apa. Hyung bilang, telepon kakak jika
hyung pergi, dan ia segera lari keluar.” Yunho menjelaskan panjang lebar
kejadiannya. Hahee semakin penasaran, siapa mereka? Kenapa harus Kai, dan apa
kasus Xcone itu? Hahee sudah mulai diteror dikantor tapi akhirnya teror itu
lenyap seiring Hahee cuek dengan kasus itu.
Sesampainya di rumah Yunho, suasananya
sudah gelap sekali. Sudah sedikit memudar sepertinya suasana mencekam yang
Yunho ceritakan. Hahee masuk ke dalam rumah, ia mendapati ibu Kim dan Yunho menatap
kearahnya tak percaya. Hahee bingung dengan mereka berdua, kenapa seperti itu
melihatnya. Dan tiba - tiba ada yang menyerang Hahee dari belakang,
“Dimana
Kai sekarang?” tanya seseorang tersebut, Hahee tak bisa melihat wajahnya karena
memakai topeng.
“Siapa
kau? Aku tidak tahu dia dimana, aku datang kesini atas permintaan anak itu.”
Hahee menjawab dengan seyakin - yakinnya agar orang tersebut percaya.
“Kau
mengenal baik dia?” tanya orang itu lagi,
“Aku
mengenalnya, tapi tak sebaik apapun. KAU SIAPA?” bentak Hahee dalam keadaan
rambutnya masih dijambak orang itu,
“Emm,
kalau kau masih belum bisa mengaku. Apa harus aku tunjukkan seberapa kau
mengenal Kai?” tanya orang itu, orang itu memanggil temannya yang ada diluar
rumah. Hahee diangkat dan didudukkan dikursi yang menghadap ke luar rumah. Bu
Kim dan Yunho sebelumnya sudah diperintahkan oleh Hahee untuk mengungsi dan
jangan memberitahukan apa yang terjadi disini. Karena ini untuk keselamatan
kita semua. Dibawanya Kai dihadapan Hahee dalam keadaan babak belur. Hahee
mencoba mengatur emosinya saat melihat tersebut,
“Apa
maumu? Lepaskan dia” sahut Kai pada orang yang ada dibelakang Hahee,
“Hahaha,
kau pikir semudah itu. Setelah susah payah menangkapmu dan memancingmu datang
dihadapanku, apa kau tak mau membayar usahaku?” jawab orang bertopeng itu,
“Cih,
apa maumu?” tantang Kai,
“Apa
mauku? Mauku adalah dia, wanita yang bilang bahwa kau hanya teman biasanya,”
lelaki itu mendekati Hahee dan mulai semakin dekat. Kai yang tak terima,
kemudian menyerang orang yang menahannya. Tak tahan melihat Hahee yang terusik
dengan napas orang itu yang terlalu dekat, membuatnya sedikit risih.
“Oh,
kau mengenal wanita ini? Aku kira kau tak kenal, apa jangan - jangan wanita ini
yang kak Grinda ceritakan. Permaisuri yang sangat kau lindungi,” lelaki itu
mencium pipi Hahee yang membuat Hahee merasa tak nyaman. Dan orang itu
menjambak Hahee,
“Lalu
kenapa kau katakan, tak ada hubungan dengan pria busuk itu?” tanya orang itu
pada Hahee,
“Entahlah.
Apa perlu aku bilang pada kau, orang yang tak pernah ku ketahui identitasnya?”
ujar Hahee menantang,
“Oh,
kau mau tahu? Baiklah,” jawab orang itu, dan ia hendak membuka topeng itu. Kai
berteriak terus dengan mengatakan ‘TIDAK!' ‘JANGAN!' Hahee memejamkan matanya
sebelum melihat wajah orang itu yang sesungguhnya.
“Sehun?”
ujar Hahee terkejut,
“Apa
kabar nona? Bagaimana keadaanmu setelah melihat wajahku lagi, lama tak bertemu
denganmu,” ujar Sehun mencium rambut Hahee,
“Hhhh-
kau rupanya, nampaknya aku tak terkejut sama sekali,” jawab Hahee, sebenarnya
dalam hatinya ia terkejut. Sangat terkejut. Ia temannya kan, sempat terpikir
bahwa akan lebih baik ia dibanding Kai. Tetapi nyatanya, jauh dilubuk hati
masih Kai yang terbaik.
“Ternyata
untuk menangkap Kai saja, aku juga sekaligus bisa mendapatkanmu. Bagaimana, kau
mau membantuku memancing Kai untuk berkata jujur?” kata Sehun seraya menggoda
Hahee dihadapan Kai,
“Hei!
Jangan sentuh Hahee atau aku akan menghajarmu,” teriak Kai,
Sehun kemudian semakin menyiksa Hahee,
ia ditampar, ia dijambak bahkan ia dihajar, ini untuk memancing Kai agar
menceritakan siapa dokter yang biasa mengobati Grinda.
“Masih
tak mau berkata apapun juga? Kau tak kasihan dengan putri manismu ini?” tantang
Sehun yang menjambak rambut Hahee,
“Aku
dan Hahee akan lepas darimu secepatnya, dan akan semakin jauh darimu bahkan
hilang. Aku menyesal mengenalmu!” sahut Kai yang wajahnya penuh memar dan
darah,
“Oh,
bagaimana kalau malam ini Hahee milikku. Dan aku akan memilikinya dihadapanmu?”
ujar Sehun, dan perlahan ia mencoba membuka pakaian Hahee. Dan Kai akhirnya
berkata yang sebenarnya.
“Iya!
Aku dokter penggantinya! Aku yang akan mengoperasi Grinda. Kita ke klinikku
secepatnya, tak jauh dari sini. Aku tak mau tahu jika sesuatu terjadi karena
peralatan klinik tak selengkap rumah sakit, kau yang tanggung semua akibatnya.
Aku sudah memberitahukanmu untuk membawanya ke rumah sakit. Semua ini terserah
kau saja,” ujar Kai. Sehun menyuruh anak buahnya untuk merapihkan penampilan
Hahee kembali. Kemudian ia dilempar ke pelukan Kai,
“Maafkan
aku, Hahee. Seharusnya tak begini, tapi aku akan terus mencoba mengeluarkanmu
dari masalah ini,” bisik Kai, Hahee lemah dan hampir tak sadarkan diri. Ia
hanya mengangguk saja ketika Kai membisikinya. Ia membawa ketua kelompok, Grinda itu, ia adalah dokter
yang diminta untuk mengobati kelainan pada jantungnya. Ia juga bisa disebut
sebagai dokter pribadinya. Tujuan Kai mengaku sebagai dokter yang mengobati
Grinda dulu adalah tetap melindungi kakaknya dari kejaran mereka. Yang mereka
cari adalah Sohee, sejak ia sakit ia tak pernah mengobati lagi pasien itu.
Kakaknya yang diincar, tapi Kai harus maju sebagai pelindung untuk saudara
perempuannya.
Sesampainya
di klinik pribadinya, ia meminta semua keluar kecuali Hahee didalam ruang
operasinya. Ia serius melakukan operasi itu, dengan seluruh peralatan medis
yang ia miliki. Setelah operasi itu berjalan mulus, ia segera menggugahkan
tubuh Hahee yang tergolek lemah dikursi yang berada disudut ruangan.
“Hahee,
kau masih dengar aku?” ujar Kai menyadarkannya,
“Ya,
aku dengar suara kau. Masih indah ya. Ada apa membangunkanku?” jawab Hahee
lemah,
mencoba menghibur Kai yang memasang wajah panik,
“Maafkan
aku, Hahee. Aku harus melakukan ini, demi kebaikanmu,” bisik Kai, Hahee hanya mengangguk lalu
tersenyum. Kai semakin tak tega melakukan ini padanya.
“Ini
akan membuatmu lupa akan semua yang terjadi. Bahkan kau bisa tak ingat aku,
maaf. Aku tak bisa terus melihatmu menderita, kau akan sadar nanti. Ini hanya
menekan rasa sakitmu, Hahee. Maafkan aku,” Kai dengan penuh rasa sesal, ia
menyuntikan cairan itu ke tangan Hahee dan ia mengecup kening Hahee. Ia
membiarkan tubuh Hahee benar - benar tak sadarkan diri, lalu ia menjalankan
rahasia untuk mengantar Hahee pulang.
“Hahee!
Bangun Hahee!” teriak Kai memancing mereka semua masuk ke dalam ruangan,
“Ada
apa dengannya?” tanya Sehun panik,
“Aku
tak tahu, mungkin karena aku terlambat mengobatinya. Terlalu parah keadaannya
tadi. Lebih baik kau mengikuti rencanaku. Kau jangan bertingkah panik dan bodoh
seperti itu,” Kai menenangkan Sehun agar semua rencana menjadi berhasil.
“Apa
rencanamu?” tanya Sehun yang berusaha untuk tidak panik,
“Bawa
dia, letakkan ia didepan rumahnya. Kau tadi menghajar kepalanya? Kemungkinan ia
akan mengalami lupa ingatan, dan saat ini lebih baik kita pulangkan saja ia ke
rumahnya.” jelas Kai meyakinkan terus,
“Baiklah.
Kau urus saja, aku tak mau menjadi tersangka pembunuhan. Kau memang bisa
memastikan dia lupa ingatan?” tanya Sehun,
“Kau harus mempercayaiku.”
Kai tampaknya berhasil mengelabuinya. Lalu Sehun dan yang lain termasuk Kai
mengantar Hahee sampai ke depan rumahnya. Ia letakkan Hahee didepan pintu pagar
rumah,
“Maafkan
aku, Hahee. Selalu maafkan aku,” bisik Kai sambil mencuri kecupaan dikening
Hahee. Dengan terburu - buru, ia beranjak pergi dan masuk ke mobil. Kejadian
ini cepat dan tak terasa pagi menjelang. Ketika Suho hendak keluar rumah, ia
terkejut melihat adiknya sudah babak belur dengan pakaian berantakan.
Dirumah sakit,
“Bagaimana
adikku? Apa terjadi sesuatu yang serius terhadapnya?” tanya Suho,
“Tidak
terjadi hal yang tak diinginkan. Ia hanya mengalami shock karena mungkin ini
penculikan. Ditemukan bekas suntikan dilengan kanannya, dan kami mendapatkan
suatu jenis cairan yang disuntikkan ke dalam tubuhnya. Sepertinya bukan orang
biasa, dia seorang dokter, karena ia tahu prosedur timing kerja obat tersebut,”
jelas dokter, lalu Suho malam ini menemani Hahee.
“Jadi tidak apa - apa, dok?”
tanya Suho khawatir,
“Tidak, hanya saja ia bisa
melupakan apa yang terjadi dan yang ia alami, terlalu shock dengan kejadian itu. Jadi anda tidak bisa
menginterogasinya untuk kesaksian,” jelas dokter,
“Jadi saya tidak bisa
menjadikannya saksi atas kejadian yang ia alami?” tanya Suho,
“Kurang lebih begitu, kita
berdoa saja cepat atau lambat ingatannya perlahan kembali. Dan dia akan
menceritakan siapa yang terakhir ia lihat, siapa yang memasukkan obat itu ke
tubuhnya dan tempat mana yang terakhir ia kunjungi.” jelas dokter,
“Baiklah, terima kasih
banyak dokter.” Suho merundukkan kepalanya, sebagai tanda terima kasih. Suho
menatap Hahee yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia sangat
menyayangkan telah meninggalkan Hahee dirumah sendiri dan membiarkan ia
mengontrak rumah disana. Kemudian ia meminta untuk Hyuna, sebaiknya tinggal dirumah
dan menemani Hahee. Suho tak bisa setiap hari dirumah, karena jarak kantor dan
rumah yang memakan waktu berjam - jam.
“Kau jaga dia dirumah ya,
nanti setiap akhir minggu aku akan pulang kesini. Untuk menemani Hahee
dirumah,” Suho menelepon Hyuna yang sedang berada dirumah keluarga Suho,
“Tak usah khawatirkan aku
yang di apartemen. Aku akan segera menjual apartemen kita, dan kita akan tetap
tinggal dirumah. Tak apa kan?” jawab Suho, dan Hyuna meng-iya-kan rencana Suho
itu,
“Terima kasih, sayang,” Suho
menutup telepon itu,
Ia menghubungi D.O yang sedang berada di
asrama kampusnya, dan menyuruhnya untuk pulang sebentar ke Seoul. Ia
memberitahukan sesuatu terjadi terhadap adik kesayangannya. Hahee tak sadarkan
diri selama 1 minggu.
“Ehmm,
aku ada dimana ini?” ujar Hahee yang baru sadarkan diri,
“Berbaringlah,
jangan bangun dulu. Kau dirumah sakit,” ujar D.O yang berada disisinya tempat
tidurnya,
“Hah?”
heran Hahee,
“Sudah
1 minggu kau tak sadarkan diri. Kau mau minum?” tawar D.O hendak mengambilkan minum,
“Tak
usah kak. Kenapa aku bisa tak sadarkan diri selama itu?” tanya Hahee,
“Kau
pingsan didepan rumah. Suho hyung yang menemukanmu.” D.O meletakkan gelasnya
lagi ke meja,
D.O menahan omongan terhadap
cerita yang sebenarnya. Ia pun baru tahu dari hyung nya, bagaimana keadaan
Hahee saat ditemukan didepan rumah. Saat ini, Hahee harus membuka lembaran
baru. Lembaran yang tak akan pernah terbuka lagi, sampai kapanpun. Terlalu
buruk untuk diingat, lebih baik jangan pernah.
POV Suho – Kai
Sebuah peristiwa
yang sama sekali tak pernah terdengar oleh Hahee dan sengaja disembunyikan demi
kebaikan bersama. Ini antara Kai, Suho dan Hyuna, tentang Sohee.
Kai dan Suho sempat
bertemu, tepat sehari sebelum Kai benar – benar menghilang dari rumah sakit.
Dia membicarakan beberapa hal, didalam kamar inapnya.
“Kau sudah merasa
lebih baik?” tanya Suho,
“Ne, aku sudah
merasa lebih baik sekarang. Ada apa?” tanya Kai,
“Ada yang akan aku
bicarakan, ayo segera pergi. Sebelum Hahee melihat kita meninggalkan rumah
sakit ini bersama.” ujarnya membereskan tas yang harus Kai bawa. Dengan
memasang wajah datar, Kai menganggukan kepalanya dan memasukkan beberapa barang
yang mesti dibawa.
Mereka pergi ke
kantor Suho, mereka masuk ke ruangan dan disana sudah ada Hyuna. Kai yang sedikit
heran ada apa ini sebenarnya hanya bisa mengikuti setiap langkah Suho. Hyuna
tersenyum angkuh pada Kai, dan membiarkan dia duduk disampingnya.
“Halo, Kai.” Hyuna
menyapanya, Kai hanya menjawab sebuah senyuman.
“Sudah, tak usah
bertele – tele. Kau menyuruhku membawa anak ini untuk apa?” tanya Suho yang
tampaknya lebih tak mengetahui apa maksud kekasihnya itu.
“Tampaknya anak ini
sudah mengetahui apa maksudku, apa kau tak pernah menanyakan padanya, oppa?”
tanya Hyuna angkuh,
“Dimana Sehun?”
tanya Kai,
“Dia sedang dirumah
saudaranya, dia belum pindah. Nanti kalau sudah ada keterangan kelulusan
sekolah. Dia akan ikut bersamaku,” jawab Hyuna,
“Ada apa lagi ini,
semakin sulit dimengerti. Lebih baik kau langsung saja. Tidak usah memutar –
mutar keadaan ini,” ujar Suho,
“Baiklah,” ujar
Hyuna, dan dia mulai menceritakan semuanya. Suho sempat terkejut dengan semua
cerita dari kekasihnya. Sohee sengaja dibuat celaka dan sakit oleh Hyuna karena
ingin dekat dengan Suho. Kai hanya bisa merunduk saja, bingung harus menjelaskan
apa lagi pada kakaknya Hahee itu.
“Jadi hyung sudah
mendengar semuanya kan?” ujar Kai,
“Sudah. Maafkan aku
yang selalu menyalahkanmu atas perpisahanku dengan kakakmu,” ujar Suho,
“Maaf hyung. Aku
masih bingung harus berbicara apa,” ujar Kai,
“Hyuna, bisa
tinggalkan kami berdua?” ujar Suho pada Hyuna yang kemudian melangkah ke luar
ruangan Suho. Suho meminta Kai segera pergi sejauh mungkin agar tak membuat
Hyuna membuat posisi Hahee bahaya. Hyuna mengancam Suho kalau ternyata Kai
masih mendekati Hahee, dia akan membuat hidup Hahee berantakan.
“Setidaknya jangan
menunjukkan wajahmu didepan Hahee lagi. Kalau kau menyayanginya, kau harus
mengikuti perkataanku,” ujar Suho,
“Baik. Kalau itu
akan membuat Hahee tenang, aku akan pergi hyung. Sejauh mungkin,” ujar Kai.
Mereka pun keluar dari ruangan itu dan membuat kesepakatan dengan Hyuna. Dan
mereka pun pulang, membiarkan Kai pergi semakin jauh dari sisi Hahee. Suho yang
mulai membenci Hyuna sejak ia tahu. Sohee jatuh sakit karenanya, dan alasan Kai
membawa pergi kakaknya adalah menghilangkan jejak dari Hyuna. Sampai akhirnya
sandiwara ini harus mereka lakukan, untuk menyayangi orang yang mereka sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar