SUB JUDUL III
Kau Datang, Kau alihkan
ceritaku...
당신이 와서, 당신은 이야기를 전환 ...
Saat Hahee terbangun, ia
tersadar kalau ini kamar rumah sakit. Ia lihat sekelilingnya perlahan-lahan,
tidak ada seorangpun kecuali suara sibuk para perawat dibalik tirai tempatnya
tidur. Dia kembali merebahkan tubuhnya di pembaringan. Sesekali memejamkan mata
menghilangkan rasa pusing yang masih terasa, lalu ia mencoba untuk tidur. Samar
dari matanya terlihat tirai terbuka dan seseorang masuk dan duduk disisinya.
Setelah merapikan makanan, orang tadi menutup kembali tirai dan Hahee membangunkan
dirinya sambil memegang kepalanya yang masih sakit.
“Hei,
jangan banyak bergerak dulu. Kau mau sembuh apa tidak?” ujar orang itu. Hahee
belum sempat menatapnya,
“Memangnya
kau itu siapa?” ujarnya, seketika mata Hahee terbelalak, ‘di-dia orang yang
waktu itu dikamar mandi,
“Hei
kau, kenapa kaget seperti itu? Itu sangat berlebihan, lagipula kan kita pernah
bertemu kan?” jawabnya dengan senyuman indah, “Oh iya, waktu itu aku belum
sempat mengenalkan diriku, namaku Sehun, Oh Sehun” sesekali Hahee melemparkan
senyumannya kepada Sehun.
“Oh
ya, aku Hahee, Jang Hahee. Senang berkenalan denganmu, oh kau yang waktu itu
mendorong aku dan temanku masuk kedalam kamar mandi yang sempit itu?” kata
Hahee,
“Hahaha, iya.....” dan
mereka pun saling bercanda dalam pembicaraan mereka. Hahee melihat dahinya
telah diperbani,
“Eh, dahimu kenapa, Sehun?”
tanyanya,
“Ah? Ini? Ini cuma luka
kecil, aku juga terjatuh. Aku sedang berjalan dan kau menabrakku, kau berlari
seperti penjahat yang sedang dikejar oleh polisi. Hahaha” jawab Sehun bercanda,
“Kau!! Emm tapi kau tidak
apa - apa kan?” kata Hahee sambil mencoba menyentuh luka didahinya.
“Aaaaaaw!!!” teriak Sehun
yang membuat perawat disekitarnya datang untuk memastikan sesuatu terjadi.
Hahee membekap mulut Sehun, sambil menaruh telunjuknya di depan bibir Sehun.
Dan saat perawat masuk,
“Eh? Ka-ka-kalian tidak apa
- apa? Semoga keadaan kalian cepat membaik dan cepat sembuh. Dokter sudah
datang memberikan hasilnya?” tanya perawat yang gugup melihat Hahee dan Sehun
saling bertatapan.
“Saya permisi dulu, kalau
terjadi sesuatu mohon tekan tombol alarm itu. Maaf mengganggu waktu kalian.
Selamat malam,” dan perawat itupun berlalu dari hadapan mereka.
“Mwo?” Sehun mematung sambil
melihat jari Hahee yang masih menempel didepan bibirnya. Lalu Hahee segera
memindahkan jarinya dan meminta maaf.
“Mianhaeyo, Sehun-ah. Aku
tak sengaja, gara-gara aku semuanya jadi kacau. Mianhaeyo,” ujarnya sambil
menunduk malu.
“Ahh aniyo, gwaechana. Oh
ngomong-ngomong kau kesini sampai tergesa-gesa seperti itu, ada apa sih?” tanya
Sehun,
“Emm eobseo, kau?”
“Tidak mungkin kalau kau
tidak tahu apa - apa. Aku disini sedang checkup, rumahku tidak jauh dari sini
tepatnya diapartemen sebelah sana.” jelas Sehun,
“Oh haha, aku kesini
sebenarnya mau cari tahu. Apa sebenarnya, oppa ku itu adalah orang yang
dimaksud oleh Kai.” ujar Hahee,
“Kai?” tanya Sehun heran,
“Ah~ maaf ya, aku belum
perkenalkan mereka. Tapi nanti kau akan tahu Kai kok, disekolah. Kapan kau
mulai masuk sekolah?” kata Hahee sambil mengupas buah untuk Sehun.
“Nanti, kalau bukan besok
mungkin lusanya lagi. Haha, kau ini, kau tidak merasa aneh?” ujar Sehun,
“Mwo? Apa, ada apa?” jawab
Hahee terheran dengan keadaan sekelilingnya.
“Bukan apa - apa, kau yang
sakit kenapa jadi kau yang mengupas buah untukku?” tanya Sehun,
“Dahimu juga sakit. Tidak
sepantasnya aku sudah kau rawat tapi aku tak membalas. Jadi aku melakukan ini.
Emm sudah, dimakan ya” ujar Hahee sambil memberikan buah hasil kupasannya itu
ke Sehun. Sehun pun tersenyum melihat semua kejadian yang terjadi.
“Terima kasih, hehe. Kau
baik sekali, kau tidak takut kalau misalnya aku sebenarnya orang jahat?” tanya
Sehun,
“Aniyo, aku yakin kau orang
baik. Lagipula kalau memang kau jahat, kenapa kau bawa aku ke IGD seperti
sekarang?” tungkas Hahee,
“Oh iyaya, baiklah kalau
begitu. Sekarang aku yang akan nengupas buah untukmu ya.” Lalu Sehun mengambil
pisau dan sebuah apel hijau. Hahee dan Sehun bercanda bersama, mereka saling
bertukar cerita tapi salah satu ceritanya dia, mengenal Kai dengan baik, apa
hubungan mereka? Hahee membiarkan pikiran - pikiran anehnya berlalu dari
kepalanya. Waktu menunjukkan waktu 2 dini hari, Sehun dan Hahee sudah tertidur
pulas. Mereka menunggu hasil analisa dari dokter IGD selanjutnya harus
bagaimana. Tak lama, dokter meminta Sehun untuk keluar melihat hasilnya.
“Dia tidak mengalami apapun.
Hanya saja, dia harus lebih tenang, karena setelah kami analisa, keadaan
jantungnya lemah. Jangan sampai dia panik seperti tadi, jangan terlalu banyak
masalah.” ujar dokter itu,
“Memangnya kenapa dok?”
tanyanya,
“Dia bisa terkena serangat
jantung. Tapi ini masih hal kecil, tapi sebaiknya kita hindari saja lebih
awal.” jelas dokter,
“Oh begitu, baik dokter akan
saya usahakan,” ujarnya sambil membungkukkan badannya.
“Baiklah, jika tidak ada
yang mau ditanyakan. Silahkan beristirahat kembali,” Sehun kembali ke ruangan
Hahee. Dia mencari handphone Hahee dan menelepon kakaknya Hahee agar menjemput.
Setelah Sehun menghubungi kakaknya, ia segera pulang dan berpamitan ke Hahee
yang sedang tidur.
“Aku pulang ya, Hahee.
Istirahat yang banyak, cepat sembuh ya” dia mencium kening Hahee sebagai salam
perpisahan, Sehun pun berlalu dari ruangan Hahee.
Pagi harinya, Hahee terbangun dan sudah
mendapati dirinya dijaga oleh Suho oppa. Ia pun membangunkan oppa nya yang
tertidur pulas.
“Oppa? Suho oppa? Bangun,”
bisiknya sambil mengguncangkan badan Suho oppa,
“Ah? Kau sudah bangun?
Syukurlah,” ujar Suho oppa sambil mengucek matanya,
“Bagaimana denganku kata
dokter?” tanya Hahee,
“Gwaechana, kau sudah boleh
pulang pagi ini, kau mau pulang sekarang?” Hahee mengangguk, Suho oppa pun
bangun dari kursinya dan membawakan tas Hahee. Mereka berdua berjalan menyusuri
lorong rumah sakit yang hening karena masih subuh. Hahee menanyakan beberapa
hal yang ada dipikirannya, tentang Suho oppa semalam.
“Ah~ oppa hanya ingin
mencari udara segar setelah rapat dadakan itu,” jawab Suho oppa,
“Tapi, kenapa semalam aku
melihat mobil oppa sedang parkir di rumah sakit ini?” tanya Hahee,
“Ah tidak mungkin, kenapa
kau disini semalam?” Suho oppa bertanya kembali dan Hahee menjawabnya dengan
jujur,
“Oh begitu, aku kira itu
kau, oppa. Kemarin malam aku mengikuti mobil yang mirip dengan mobil oppa. Jadi
aku ada disini, hehe mianhae oppa, tapi syukurlah kalau itu ternyata bukan
oppa” jelas Hahee, Suho oppa tidak menjawabnya. Hahee semakin yakin, kalau
memang Suho oppa itu orang yang Kai maksud dan dia mengalihkan pembicaraan,
“Oppa? Kau bertemu dengan
orang yang menjagaku semalam?” tanya Hahee,
“Tidak, oppa tidak bertemu
dengannya. Dia bilang sedang terburu-buru harus pulang, jadi oppa bilang terima
kasih hanya lewat telepon,” jelas Suho oppa,
“Oppa dapat nomor
handphonenya?”
“Tidak, dia kan menelepon
dengan handphone mu. Sudah ayo naik ke mobil,”
Hahee ingin bertemu dengan Sehun hari
ini, tapi dia harus beristirahat hari ini. Tapi biarlah mungkin Sehun bukan
masuk ke kelasnya. Hahee teringat sesuatu, Sehun bilang tadi malam kalau
rumahnya tidak jauh dari rumah sakit ini.
“Oppa,
kau mau mengantarku tidak?” rajuk Hahee,
“Kau
mau kemana? Kau harus istirahat, kau ingat kalau kau banyak riwayat sakit nanti
kau tidak dapat lolos universitas negeri nantinya.” Suho oppa menjelaskan
kepada adiknya yang sedang merengek itu,
“Ayolah
oppa, aku mau mencari apartemen tempat tinggal temanku, boleh kan?” ujar Hahee
dengan memasang senyuman itu yang membuat Suho oppa tidak bisa menolaknya kalau
sudah seperti itu.
“Baiklah,”
merekapun segera menyusuri beberapa kompleks apartemen. Didekat rumah sakit dan
dekat kantor Suho, Suho sendiri bingung apartemen yang mana karena yang dia
tahu apartemen disekitar itu lebih dari satu. Mereka terus melihat apartemen
yang kemungkinan ditempati oleh anak sekolahan, dan semuanya tidak ada. Dan
sampai diapartemen yang terakhir, Suho dan Hahee turun dari mobil sambil menatap
gedungnya.
“Ini
kompleks terakhir Hahee, tapi ini terlalu exclusive class untuk murid seumur
kau tinggal disini,” kata Suho oppa,
“Aigoo,
oppa. Benar, ini terlalu mewah untuknya ya,” Hahee terus mendenga ke atas
gedung. Suho oppa menarik tangan Hahee agar segera mencari keberadaan temannya
itu. Setalah sampai didalam, Hahee mendorong Suho oppa agar bertanya ke bagian
informasi untuk bertanya seperti yang sebelumnya dilakukan diberbagai tempat.
Suho oppa langsung memasang wajah cool dan membenarkan suaranya, “ekhhm..” dan
ia menghampiri meja informasi.
“Ada
pemilik kamar yang bernama Sehun?” tanya Suho oppa, sejenak petugas wanita itu
melihat komputernya untuk mencek nama.
“Ada.
Apakah hubungan anda dengan Sehun?” Suho bingung harus bilang apa, dan hanya
bilang mau mengantar adiknya yang ingin bertemu dengannya. Wanita itu pun
segera menanyakan lebih lanjut, menanyakan nama lengkap, umur, bekerja dimana,
dan ada keperluan apa yang membuatnya datang kesini. Suho oppa menjawabnya
dengan jujur, dan wanita itu menolak memberikan informasi.
“Maaf,
kami tidak bisa memberikan informasinya. Karena kami mendapatkan anda tidak
memiliki janji atau daftar orang yang dikenal pemiliknya.” Ujar wanita itu
dengan wajah ramah,
“Tidak
mungkin, pemilik kamar kan masih berstatus siswa SMU. Sampai dipakai proteksi
seperti itu?” Suho oppa bingung,
“Maaf,
klien kami Kim Sehun berumur 38 tahun dan tidak memiliki seorang anak SMU.”
Suho oppa bingung, dan akhirnya menyerah dan memberi tahu kalau orang yang dia
cari ternyata bukan pemilik kamar. Suho menghampiri Hahee yang sedang duduk dan
mengajaknya pulang. Mereka pun pulang ke rumah dengan perasaan lelah dan kecewa
menjadi satu. Ditengah perjalanan, Hahee melihat seseorang mirip Sehun
berjalan. Setelah mobil menepi, ternyata itu bukan dia. Hahee merasa bosan diam dimobil saja, dia mengajak Suho oppa
untuk mengobrol,
“Oppa,
kau kenal tidak, orang yang tampan dan pintar itu. Yang disekolahku, namanya
Kai,” Hahee menepuk bahu kakaknya,
“Ka-Kai?
Oh, aku tahu. D.O pernah cerita padaku. Memangnya kenapa dengan dia?” wajah
Suho berubah menjadi serius,
“Oppa?
Kau kenapa? Oh, Kai itu baik sekali. Dia pernah membelaku didepan kakak kelas
wanita yang menggangguku lho.” Hahee tersenyum terus menerus. Suho hanya
terdiam mematung sambil tetap memandang kedepan. Dia lebih memilih konsentrasi
menyetir dibanding harus mendengar cerita tentang Kai. Dia masih mengingat
kebohongan yang dibuat oleh Kai kepadanya tiga tahun yang lalu.
“Kau
masih saja membicarakannya, kau suka dengannya?” tanya Suho oppa dengan
intonasi yang ramah,
“Mwo?
Naega? Tidak mungkin, aku itu suka orang yang seperti emm..”
“Seperti
dia? Iya?” tebak Suho, wajah Hahee memerah dan dia tidak bisa menyembunyikan
wajah itu dari kakaknya,
“Tidak,
aku tidak menyukainya oppa. Benar, sungguh aku tidak berbohong pada kau, oppa.
Lagipula katamu aku harus serius belajar, jadi aku tidak memikirkan itu.” Hahee
menjawabnya serius dengan menahan rasa malu itu.
“Benar?
Syukurlah, kalau begitu aku akan mengajakmu makan di restoran didepan sana, aku
yang traktir haha” kata Suho mencoba menggoda adiknya,
“Hei,
lagipula memang kau yang selalu mengeluarkan uang, oppa. Jangan meledekku,”
jawab Hahee memalingkan wajahnya dari pandangan Suho. Suho hanya bisa tertawa
sambil menatap ke depan. Perjalanan dari kantor Suho ke rumahnya memakan waktu
3 jam, cukup membuat mereka kelaparan dijalan setelah sarapan tadi pagi. Itulah
sebabnya Suho pulang kerumah dua hari sekali.
Sesampainya direstoran, Hahee dan Suho
memesan dua porsi Kimbap spesial. Hahee tidak begitu menyukai Kimbap, jadi dia
juga memesan satu porsi bulgogi. Mereka menyantapnya dengan lahap dan seakan -
akan lupa kalau mereka berdua punya satu saudara lagi yang mungkin sekarang
sedang susah makan. D.O sedang diet ketat karena ingin mendapatkan tubuh
seperti Siwon Super Junior.
“Oppa,
kau tahu tidak? D.O oppa kan sedang menjalani diet ketat loh,” bisik Hahee,
“Yang
benar kau? Mana mungkin dia mau melakukan itu, bukannya dia sudah cukup untuk
dibilang ideal?” jawab Suho heran,
“Benar,
oppa. Kalau kau tidak percaya, kau datangi kamarnya disana berserakan buku
herbal dan menu vegetarian. Dia juga ikut gym loh, ada kartu member dikamar
hohoho,” ujar Hahee sambil memasukkan daging yang dibalut selada, Suho hanya
bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh dongsaengnya.
“Kau
habiskan dulu makanannya, baru kau boleh bicara lagi. Mwo? Gym? Aku saja jadi
kakak kalian tidak terlalu suka dengan gym.” kata Suho,
“Memang
jarang gym, tapi kau sering sekali bermain golf kan? Itu sama saja gym sepuluh
kali, oppa.” maksudnya Hahee adalah biayanya, bermain golf sama dengan 10 kali
gym. Hahee merengut melihat oppa-nya dan mengambil satu potong Kimbap yang ada
dimeja. Suho nampaknya hanya bisa tertawa kecil mendengar celoteh adiknya itu.
Setelah mereka selesai makan, mereka langsung mengambil langkah kembali
kerumah.
Sesampainya dirumah, Suho oppa langsung
memeluk tempat tidurnya yang ia rindukan selama dua hari, kebetulan hari ini
hari Sabtu jadi Suho libur kerja. Hahee segera membaringkan dirinya ditempat
tidur. Dia memikirkan sekolah, baru kali ini Hahee memikirkan sekolah sampai
seperti ini. Kali ini bukan tentang pelajaran, tapi entah apa yang membaluti
pikirannya. Dia berharap jika ada sesuatu terjadi disekolah, agar terjadi hari
ini saja.
“Aku
tidak mau memikirkannya, makanya aku berharap hari ini saja terjadinya.” Hahee
mengomel dibalik bantal yang menutupi wajahnya. Tak terasa Hahee ketiduran
sampai tak terasa sudah sore hari. Ia dibangunkan oleh dering sms dari
handphonenya, kalau tidak ada sms mungkin dia tidur sampai malam. Hahee segera
membuka beberapa pesan yang masuk, sms pertama datangnya dari Sharon,
“Kenapa kau tidak masuk sekolah hari ini?
Kudengar kau sakit ya, cepat sembuuuh ya Hahee. Aku menyayangimu, hehehe..oh
ya, kau sudah tau belum pacarnya Kai sekarang? Tadi dia menggandeng anak baru
loh mereka sekelas. Namanya Kim Chaerin, dia cantik loh pantas saja Kai tidak
pernah mau memberitahu kita.” Hahee sedikit terkejut membaca sms dari
Sharon, tapi apa mau dikata Hahee itu memang bukan siapa - siapanya Kai.
Yang kedua ini smsnya datang dari
temannya Byun Baekhyun,
“Hahee Hahee temanku yang bodooh cengeng.
Kenapa kau bolos hari ini, wah aku laporkan ke walikelas kita loh, Bu Lee.
Hahah jangan dianggap serius, aku hanya bercanda. Hey kau harusnya datang,
saudaraku datang ke sekolah loh. Kasihan yah kau, masih belum bisa melihat
saudaraku yang tampan itu. Oh ya, cepat sembuh Hahee temanku yang pintar! Ayo
sembuh, KAJJA!!” sms Baekhyun sedikit mengobati hati Hahee yang rusak
karena pesan Sharon tentang Kai itu. Hahee jadi penasaran dengan hari Senin,
“aduh bagaimana ini?” Hahee terus memegang kepalanya. Hahee mengambil boneka
pemberian Kai,
“Kai-ah,
sebenarnya kau ini kenapa? Kau begitu baik denganku awalnya, mengapa kau
ternyata mencintai orang lain. Lagipula Chaerin, Kim Chaerin itu siapa ya? Aku
penasaran,” ujar Hahee sambil mencubit kedua pipi boneka itu, Hahee terdiam
karena teringat tentang orang yang bernama Kim Chaerin itu. Hahee ingat kalau
Chaerin itu orang yang membantunya bangun waktu terbentur tembok. Aku kira dia
orangnya baik tetapi kenapa dia bersama Kai? Mungkin saja dia tidak tahu kalau
aku suka dengan Kai, ini juga salahku dari dulu mengulur perasaanku pada Kai.
Hahee terus bergumam, sampai akhirnya dia juga menyadari satu hal lagi.
Bagaimana cara temannya tahu kalau dia sedang sakit? Bisa saja kalau tanpa
keterangan aku akan alpa. Siapa yang memberitahu ya, mungkin saja D.O oppa atau
Suho oppa.
Hahee mengerjakan tugas untuk hari
Senin, tugas yang harus dikumpulkan setiap awal minggu. Suho oppa mengetuk
pintu kamar Hahee,
“Ne,
tidak dikunci kamarnya, oppa. Masuk saja,” teriak Hahee yang sibuk menghadap
bukunya dimeja belajar. Karena pelajaran Bahasa Inggris dia harus susulan
sendiri hari Senin nanti.
“Hahee,
kau sibuk?” tanya Suho oppa,
“Aniyo,
oppa. Memangnya ada apa?” Hahee memutar kursi belajarnya dan menghadap kearah
tatapan oppa-nya.
“Apa
kau menyukai Kai? Kalau iya, oppa harap kau jangan melanjutkannya. Aku takut
kau sakit hati dengannya. Kau tahu, wanita yang pernah menjadi pacar oppa, Kim
Sohee, kau tahu dia meninggal?” tanya Suho,
“Aku
tahu, dia meninggal. Kau memberitahuku, oppa. Kita juga kan bersama ke
makamnya, dan ti---” Hahee sadar, ‘ti-ba disana sudah tidak ada dirumah duka!'
ujarnya terkejut dalam hati.
“Ya,
tidak ada. Karena sebenarnya dia tidak meninggal, Kai merekayasa ini semua.”
Suho oppa tampaknya menahan kesedihannya,
“K-kai?”
Hahee bingung,
“Dia
adiknya,” ujar Suho oppa singkat,
“A-adiknya?
K-kai?” Hahee gemetar mendengar nama Kai adalah adiknya Kim Sohee, berarti yang
selama ini dia ceritakan adalah Sohee eon, calon tunangan Suho oppa? Hahee
lemas, ia menyandarkan dirinya di sandaran kursi.
“Kau
kenapa? Tidak apa - apa?” Suho oppa khawatir,
“Gwaechanayo,
oppa. Emm oppa, aku ingin istirahat dulu. Kepalaku pusing,” lalu Suho oppa
menuntun Hahee ke tempat tidur. Ketika Suho hendak beranjak, tangannya ditarik
Hahee,
“Oppa,
maafkan aku ya. Aku jadi tidak bisa mendengarkan ceritamu seluruhnya. Hanya
saja aku merasa tiba - tiba pusing dan tidak sehat. Mianhaeyo, oppa.” Hahee
sedih melihat oppa-nya masih memendam cerita itu dibenaknya. Suho oppa duduk
kembali dan mengusap kening Hahee,
“Tidak
apa - apa, oppa tak memaksamu untuk mendengarkannya kan? Hahaha, sudah lupakan,
anggap saja tadi oppa sedang bercanda. Oppa juga ingin istirahat, selamat tidur
ya Hahee,” Suho menatap Hahee dengan tatapan yang sangat hangat.
“Oppa,”
“Apa?”
“Selamat
mimpi indah,” Hahee tersenyum,
“Kau
juga,” dan malam itu berlalu dengan tenang. Keheningan malam hari membuat semua
pikiran berelaksasi dengan suasana ketenangan dan kenyamanan.
***
Pagi hari sekali, Hahee sudah bangun
lebih awal daripada kedua kakaknya. Dia berencana memasak sarapan untuk mereka
berdua. Dia sudah mencari resep diinternet yang paling mudah. Musim panas
spesial seperti ini, sepertinya enak kalau makan sarapan sup hangat. Dia akan
memasak Samgyetang. Hahee kurang yakin bagaimana rasanya masakan itu kalau
sudah jadi, tapi setidaknya dia tahu cara memasaknya bagaimana.
“Ahh
selesai!! Akhirnya jadi juga, kira - kira aromanya mengundang selera mereka
tidak ya?” ujar dia sambil meletakkan mangkuk supnya dimeja makan. Kemudian
Hahee mendatangi kamar kedua oppa-nya,
“Oppa?
Suho oppa?” Hahee tidak melihat Suho oppa ditempat tidurnya, Hahee segera
mencarinya. Ketika Suho oppa muncul Hahee merasa lega,
“Suho
oppa, sarapannya sudah siap. Ditunggu,” Hahee melempar senyuman manisnya, lalu
oppa-nya mengangguk dan tersenyum padanya. Kemudian Hahee segera datang ke
kamar D.O oppa,
“Oppa,
ooopppaa...” Hahee terus mencari kedalam karena tidak ada jawaban.
“Kau
dimana?” lalu Hahee membuka pintu kamar mandi,
“Haaaaa!!”
teriak Hahee,
“Haaaaa!!”
teriak D.O oppa, “Kau sedang apa?” teriak D.O oppa dari balik pintu kamar mandi
yang ditutup kembali oleh Hahee saat kaget tadi.
“Tidak
apa - apa oppa, aku cuman mau kasih tau kalau sarapannya sudah beres, ayo makan
bersama.” Hahee menjawabnya dengan memejamkan matanya,
“Kau
yang masak? Kau yakin, apa tidak salah dengar? Memangnya sudah pasti enak? Aku
takut ah kalau nanti aku disekolah mual dan sakit perut, nanti bagaimana?
Hahaha” katanya sambil memakai kaus didalam kamar mandi, dia mencoba menggoda
Hahee. Hahee langsung memasang wajah kesal diluar kamar mandi.
Saat D.O keluar kamar mandi, dia
langsung memutar badan adiknya menghadap kehadapannya,
“Aku
bercanda, Hahee. Jangan marah, aku akan makan makananmu. Pasti! Sekarang kau
keluar kamarku ya,” kata D.O oppa,
“Kenapa
oppa mengusirku? Apa karena makananku lagi?” Hahee heran,
“Karena
aku mau pakai baju seragam dulu dong!” katanya sambil mendorong Hahee keluar
kamarnya,
“Hehe
iya iya, maaf oppa.” Hahee langsung ke kamarnya, dia merapihkan barang
bawaannya ke sekolah. Setelah itu dia bergegas mengambil handuk dan pergi ke
kamar mandi.
10 menit kemudian, ketika Hahee sedang
sibuk memakai seragamnya. Handphonenya berdering, awalnya dia mengira itu hanya
pesan tapi terus saja berdering berarti itu panggilan. Hahee berlari
menghampiri handphonenya di balik selimut,
“Yeobseo?
Hahee yayo,”
“Ahh~
Hahee, ini aku Sharon. Ayo kita berangkat bersama, aku menunggumu didepan rumah
ya,” Sharon langsung menutup teleponnya, segera Hahee berlari keluar rumah
tanpa merapihkan rambutnya yang belum disisir.
“Sharon-ah,
ini terlalu pagi. Ayo sarapan dulu,” ajak Hahee,
“Emm,
boleh juga, kebetulan aku belum sarapan. Rencananya sih aku mau mengajak kau ke
kedai belakang sekolah yang waktu itu aku datangi dengan yang lainnya. Tapi
biarlah, irit juga lumayan hehehe.” Sharon berjalan mengikuti Hahee yang
berjalan didepannya.
“Ya irit dibanding jajan
dikantin sekolah. Lebih baik kau makan saja dirumahku, ini akan lebih irit
kaan?” dan mereka berdua berjalan sambil tertawa bersama memasuki kedalam
rumah. Hahee memberikan kursi Sharon disebelah kursi D.O, rencananya Hahee mau
memberi kejutan ke kakaknya itu. Ketika D.O datang ke meja makan,
“M-mwo? Siapa itu!” tanya
D.O dalam hati sambil melihat Sharon yang duduk disebelahnya, lalu D.O langsung
menarik Hahee yang berdiri disebelahnya,
“Hahee, kenapa dia ada
disini?” tanyanya merengut,
“Emm, biarlah. Dia kan juga
aku rekrut jadi juri masakanku, maaf ya oppa, aku belum bilang,” jawab Hahee
sambil tersenyum, D.O hanya bisa merunduk malu. Hahee mendorong D.O agar duduk
dikursi makan. Untuk mensterilkan suasana hatinya, D.O mengajaknya berbicara
lebih dulu,
“Sharon, kau sudah rapih
sekali pagi hari begini?” ujarnya gugup,
“Ne, tadinya aku mengajak
Hahee berangkat lebih awal, tapi nyatanya aku diajak Hahee kesini, kata Hahee
aku disuruh mencoba masakannya,” jawab Sharon,
“Wah, kau berbeda sekali
dengan Hahee, jam segini saja dia baru selesai mandi. Mwo? Kau yakin mau
mencoba masakannya? Kau tidak khawatir dengan kesehatanmu nanti disekolah
haha,” kata D.O sambil melirik licik ke arah Hahee yang sedang mengambil supnya
ke dalam mangkuk untuk Sharon.
“Ya ya ya, lebih baik sakit
perut disekolah karena keracunan makanan daripada harus sakit perut karena
gugup bertemu seseorang? Emm mungkin lebih disebut keracunan cinta,” balas
Hahee sambil tersenyum dengan tatapan licik melihat ke arah oppa-nya itu. Dan
mereka berdua saling bertatapan serius, Suho berusaha melerai mereka.
“Hey hey, sudahlah. Kalian
itu sedang apa, sekarang waktunya kita sarapan kan? Selebihnya setelah ini
kalian boleh lakukan apa saja.” Suho oppa menunda makannya untuk memberi tahu
kepada adik - adiknya.
“Mianhae, oppa. Habisnya D.O
oppa sudah lebih dulu meledekku, jadi aku meledeknya lagi. Memangnya seburuk
apa sih rasa masakanku?” Hahee mengomel, lalu ia duduk disamping Suho. Sharon
hanya bisa tertawa dan membisiki D.O,
“Kyung oppa, kau seharusnya
mengalah dulu. Kau kan pasti tahu, Hahee itu masih seperti anak - anak dan
ingin diperhatikan terus. Berikanlah sesekali perhatian kepadanya,” bisik
Sharon merapat ke D.O, dan dia terkejut. Ada dua hal yang membuatnya terkejut,
pertama dia menasihatinya, ini membuat sesuatu yang terkonsep dipikirannya.
Kedua dia menyadari, Sharon memanggilnya “oppa” dan membuatnya bahagia setengah
mati. Ketika D.O melahap satu suap masakan Hahee, dia langsung tercengang
dibuatnya,
“Eomma, ini seperti masakanmu dulu.
Aku rindu masakannya,” ujar D.O sambil sedikit tegar dan merunduk menatap
kearah mangkuknya, dengan menahan rasa sedih D.O meneruskan makannya. Tapi
sesekali dia menyeka air mata yang jatuh dipipinya.
“Oppa, kau tidak apa-apa?” Sharon
menepuk bahunya,
“Tidak, aku tidak apa-apa. Aku hanya
sedih, tapi aku bahagia adikku bisa mengobati rasa rinduku pada eomma,” katanya
sambil menangkat wajahnya,
“Akhirnya kau tahu kan? Sebenarnya
Hahee berusaha membahagiakan kakaknya, tapi kau malah mengejeknya, yasudah
kalau begitu setelah sarapan ayo kita berangkat.” Suho bangun dari kursi
makannya, dan jawaban anggukan dari mereka. Setelah sarapan, mereka bergegas ke
depan rumah. Sampai diluar rumah, D.O kaget melihat mobilnya tapi dia hanya
bisa diam. Hari ini Suho akan mengantarkan semua adiknya,
“Hari ini sebagai hukumannya, kau
naik bus saja pulangnya karena hyung sudah menjual mobilmu. Ayo cepat naik,”
Suho menekan remote control mobilnya, dan semuanya tak segera masuk karena
mematung tak terkecuali D.O yang masih bingung.
“Kyung-ah, ayo masuk, tunggu apa
lagi? Kalian juga, ayo naik cepat” mereka langsung masuk ke mobil daripada
ditinggal oleh Suho. Diperjalanan, semuanya hening,
“Kyung-ah, kau kenapa diam saja?
Marah denganku?” tanya Suho meledek D.O yang diam saja,
“Aniyo, aku tidak marah. Tenang
saja, hyung.” D.O menjawabnya dengan nada yang tidak enak,
“Kau ini, sebenarnya seperti ini
ceritanya. Kau pernah bilang kau mau belajar diluar negeri. Kau tahu, aku tidak
bisa memenuhi itu secara royal, aku hanya bisa membiayaimu kalau kau kuliah
disini. Uang hasil penjualan mobilmu ada di rekeningmu, dan pesanku belajar
mandiri agar terbiasa nanti disana. Hyung sudah mencarikan universitas untukmu,
disana cukup baik.” D.O terkejut mendengarnya, dia kira hyung-nya itu akan
mengabaikan perkataannya itu.
“Hyung, kau..” D.O menatap Suho,
“Sudahlah, kau tidak usah seperti
itu. Itu sekolahmu sudah sampai, kyungsoo. Hahee, Sharon, kau tidak apa-apa
turun disini? Oppa akan berputar arah disini, kau naik taksi saja ya,
sebentar.” Suho turun mobil dan menyetop taksi untuk Sharon dan Hahee. Mereka
berdua akhirnya meneruskan perjalanan menggunakan taksi. Sesampainya disekolah,
Hahee dan Sharon segera pergi ke kelas mereka. Dari kejauhan, kelas mereka
sudah dikerumuni banyak orang.
“Permisi, permisi. Ada apa ini?”
Sharon dan Hahee memaksa masuk dan ternyata mereka semua menunggu anak baru
yang mau masuk kelasnya.
“Mina, Lee Mina, tunggu.” Hahee
memanggil temannya, “Ada apa sih sebenarnya? Memang anak barunya masuk ke
kelasku?” sambung hahee
“Iya, kau tidak tahu? Anak barunya
itu mau masuk hari ini, tapi kami semua belum tahu kelasnya. Tapi kelihatannya
hari ini dia tidak datang, Baekhyun belum datang,” jawab Lee Mina, teman satu
angkatannya,
“Mwo? BAEKHYUN? Byun Baekhyun?
Memang apa urusannya?” tanya Hahee,
“Dia saudaranya Baekhyun, kau tidak
tahu?” Hahee merasa kenal dengan yang ia maksud karena sudah berulang kali
diceritakan oleh Baekhyun sendiri. Lalu Hahee mengangguk, dan Mina membuka pesan sms yang baru diterimanya.
Mina langsung meminta ijin untuk ke kelasnya karena menurut anak yang lain
murid baru itu tidak jadi datang.
Hahee
segera meraba sakunya untuk mengambil handphonenya, lalu dia segera menghubungi
Baekhyun,
“Sharon, kau ikut denganku ya. Kita
tunggu Channie dan Baekhyun dikantin saja. Tumben sekali mereka datang
terlambat lebih daripada kita, ini sudah jam berapa?” ujar Hahee panjang sambil
terus mengulang panggilan yang terputus daritadi.
“Ini sudah jam 8, aneh juga ya. Ada
apa dengan mereka berdua?” jawab Sharon yang ikut menyibukkan dirinya
menghubungi Chanyeol juga,
“Tunggu disini, emm tapi kita
sebenarnya mau ngapain tunggu dikantin?” kata Hahee,
“Iya ya, tidak mungkin kita menunggu
tanpa membeli sesuatu kan.” ujar Sharon yang tampaknya bingung juga, jadilah
mereka berdua berpikir sesuatu. Mereka merasa bingung karena dalam keadaan
perut mereka sudah kenyang dari rumah tadi. Tak lama, ada seorang wanita dari
kejauhan memanggil nama Hahee. Hahee mencari sumber suara itu, tapi tidak terlihat
oleh pandangannya dan dia kembali fokus dengan telepon genggamnya. Suara
langkah berlari mendekatinya, hentakan sepatu pentofel yang beradu dengan
lantai mendekati Sharon dan Hahee.
“Annyeong, kau Hahee kan, Jang
Hahee. Kau masih ingat aku tidak?” ujarnya memperkenalkan diri.
“Emm izinkan aku untuk mengingat.
Emm kau itu Chaerin, Kim Chaerin kan? Sedang apa kau disini? Ayo silahkan
duduk.” Hahee masih sedikit merasa lupa dengannya,
“Terima kasih ya, kau masih tidak
ingat ya? Aku kan yang pernah bertemu denganmu, aku kan pernah cerita kalau aku
akan sekolah disini. Tidak jauh dari kelasmu, hahaha. Kau ini mudah lupa
ya,........” ujarnya panjang, dan Hahee masih menyesuaikan diri. Hahee merasa
masih canggung ngobrol dengannya.
Sharon
yang belum kembali dari menelepon Chanyeol, memaksa Hahee harus panjang lebar
berbicara dengan orang yang baru saja ia kenal.
“Ya begitulah, mianhaeyo. Aku mudah
lupa karena mungkin kita belum terlalu dekat, mungkin kita akan menjadi teman.”
Hahee memberikan senyumannya ke Chaerin,
“Iya benar, akan aku pastikan itu.
Hey, kau sedang apa disini? Kau hanya sendiri saja, kau menunggu seseorang? Kau
sudah makan, ayo pesan sesuatu aku yang traktir.” tawar Chaerin kepada Hahee
yang masih terlihat canggung berbicara padanya,
“Tidak, terima kasih. Aku sudah
kenyang sarapan dirumah. Aku sedang menunggu temanku, itu temanku yang sedang
menelepon, kau?” jawab Hahee sambil meletakkan handphonenya dimeja yang
daritadi terus digenggamnya,
“Ah, aku sedang menunggu pacarku,
haha mungkin ini hubungan terlalu dini. Tapi memang kurasa dia sangat cocok
untukku, emm mana ya? Dia lama sekali,” Hahee hanya merespon dengan wajah polos
dan sesekali mengangguk. Tak lama, Sharon kembali setelah menelepon Chanyeol.
Sharon yang melihat Hahee bersama orang lain segera bergabung. Namun tidak
disangka, yang menemani Hahee berbicara adalah Chaerin, tentu saja Sharon
terkejut.
Melihat
Hahee tampak akrab dengannya, Sharon menghampiri mereka,
“Hai, Hahee. Baekhyun sudah
mengangkat teleponnya?” ujar Sharon sambil duduk disebelah Hahee, “Mwo? Kau,
Chaerin kan?” ujarnya,
“Hahaha, iya. Salam kenal ya, kemarin
aku menumpahkan jusmu, aku masih merasa bersalah. Mau aku ganti?” tawar Chaerin
dan Sharon tersenyum mendengarnya bicara,
“Tidak usah, terima kasih aku sudah
kenyang.” jawabnya dengan nada sedikit angkuh,
“Oh kalau begitu, maaf mengganggu
acara kalian berdua, aku akan menunggu dimeja lainnya.” Chaerin hendak pindah
tempat,
“Tidak usah, kau disini saja. Kita
bicara bersama,” jawab Hahee, Sharon berusaha mengalihkan kesalahpahaman ini
sebelum semakin parah.
“Hahee, Chanyeol bilang kita tunggu dia
di depan gerbang. Ayo cepat,” Hahee melepaskan genggaman Sharon, lalu
membisikinya,
“Kau jangan membuatnya
sedih, aku sudah terlanjur berjanji akan menunggunya sampai pacarnya datang,
aku tidak enak.” bisik Hahee, “Tapi ini berbeda,” ujar Sharon,
“Kau dan aku tunggu Baekhyun
disini, Chanyeol biar datang kesini ya,” ujar Hahee mempertahankan diri,
kemudian Chaerin yang menghampiri pacarnya tadi diceritakan kepada Hahee dan
Sharon,
“Kalian, ini pacarku yang
aku bicarakan tadi, bagaimana? Hahee, cocok tidak?” Chaerin merangkul tangan
pacarnya itu, dan ketika Hahee menengok ke arah Chaerin. Bagai petir menyambar,
bagai gelombang laut yang memecahkan keheningan laut, inilah yang Hahee
rasakan.
'Kk-kk--kau?' lirih Hahee
dalam hati,
“Hai, aku Kai,” ujar Kai
memperkenalkan diri didepan mereka berdua, seperti tidak pernah bertemu ini
semua berbeda.
“Hahee, ini Kai. Kai, ini
Hahee” Hahee hanya merundukkan kepalanya untuk memberi salam.
Dari tadi, Chaerin terus saja menunjukan
kalau mereka itu pasangan yang serasi satu sama lain. Akhirnya Hahee menguatkan
dirinya dan menjawab,
“Iya, cocok. Kalian serasi
sekali, semoga hubungan kalian terus seperti ini,” ujarnya, Sharon yang melihatnya
tidak tahan dan pura-pura menerima telepon dari Baekhyun,
“Ya, ada apa Baekhyun? Ne,
kita akan kedepan gerbang, tunggu kami.” Sharon menutup teleponnya, dan
mengajak Hahee pergi,
“Chaerin kami pamit dulu
ya,”
“Kai kami pamit lebih dulu
ya, annyeonghi gaseyo.” Hahee mendadak sesak napas saat meminta pamit Kai. Kai
yang melihatnya mendadak sedih, dari tatapan matanya yang lirih tapi mencoba
menutupinya dari Chaerin. Dikelas, Sharon memarahi Hahee,
“Hahee, kenapa kau tidak
cerita saja sih ke Chaerin. Kalau kau itu sempat ada hubungan dengan Kai yang
sampai sekarang belum jelas,” kata Sharon dengan intonasi yang tinggi.
“Ya, aku harus bagaimana?
Aku tidak mungkin merusak acara sarapan mereka,” jawab Hahee dengan intonasi
lebih rendah,
“Kau kenapa sih selalu
mengalah? Semoga kau akan mendapatkan orang yang lebih baik darinya,” jawab
Sharon mengalihkan pandangannya dari Hahee, matanya sudah berkaca-kaca melihat
temannya terlalu lemah untuk disakiti.
Bel sekolah berdering, jam menunjuk
pukul setengah 9. Ini waktunya semua murid masuk, dan semua kursi terisi.
Sebelah Hahee duduklah Baekhyun yang terengah-engah,
“Kau darimana?” tanya Hahee,
“Aku, aku tidak diantar
supir. Supirku pulang kerumahnya, jadi aku izinkan. Jadi aku lebih banyak
berlari dari rumah.”
“Oh, kau mau minum? Ambil
saja ditasku,” Baekhyun mengangguk dan mengambil minum ditasnya,
Jam pertama setiap senin adalah kelas
perwalian. Biasanya selalu ada kejutan, apalagi ini sudah mau semester dua.
Kejutan kali ini adalah tukar kursi, Hahee berharap tidak duduk sendiri. Satu
persatu, mereka semua sudah dapat pasangan duduknya. Dan ternyata hal yang
ditakuti akhirnya datang,
“Jang Hahee..” panggil Bu
Lee,
“Ya,” Hahee segera berdiri,
“Kau pindah ke kursi yang
sebelah sana,” lalu Hahee pindah, dia merasa lega bukan dibelakang. Tapi
ternyata, dia baru sadar kalau dia anak yang terakhir yang dipindahkan. Hahee
memang merasa kecewa, kalau sendiri dia selalu ingat Kai dan mengingatnya itu
membuat Hahee menderita.
“Kalian, mohon perhatiannya.
Ibu berharap kalian bisa menyesuaikan diri satu sama lain.” ujar Bu Lee,
“Baik, bu.” jawab serentak
semua murid. Hahee berusaha tegar didepan temannya, dan dia memberikan wajah
ceria saat menghadap temannya. Bu Lee meninggalkan kelas untuk beberapa saat,
dan keadaan kelas berubah menjadi seperti pasar lelang ikan. Hahee hanya bisa
diam duduk dikursinya. Mengerjakan tugas yang belum tuntas dan sesekali
mengangkat wajahnya untuk melihat anak-anak yang sibuk bercanda.
“Hahee, ayo kita main.
Jangan belajar terus, nanti yang ada ranking satu kau terus. Ayolah kasihan
kami,” tampaknya Chanyeol memprovokasi teman yang lainnya agar ikut mengajaknya
main.
“Baiklah, emm” Hahee
melempar sesuatu ke kepala Chanyeol.
“Aissh~” Chanyeol mengelus
kepalanya, dan Hahee pura-pura tidak tahu.
“Kau ya, Hahee rasakan ini,”
Baekhyun bangun dari duduknya dan lemparan Chanyeol mengenainya, lemparan itu
meleset.
“Chanyeol! Hiaaaat!”
Baekhyun menghampiri Chanyeol dan mencekiknya,
“Ampuun, aku mau melemparnya
ke Hahee,” teriak Chanyeol,
“Kau ini, alasan
sajaa..haaaa” dia mengeluarkan ilmu beladirinya, semuanya tertawa dan Hahee
kembali ke tempat duduk. Sampai akhirnya Bu Lee datang, semuanya memungut
kertas yang dilempari daritadi.
“Kalian sedang apa?” Bu Lee
tanya bingung,
“Maaf bu. Aku bereskan sekarang,”
Lay memungut kertasnya dan membuangnya.
“Sudah sudah, simpan dulu.
Kau duduk dulu, Lay.” Bu Lee menyuruh Lay duduk,
“Kalian semua, kita
kedatangan teman baru. Silahkan.” dan orang itu berdiri didepan kelas,
'Sehun?' panggil hatinya,
“Nama saya Sehun, Oh Sehun.
Annyeong,” dia menundukan kepalanya memberi salam,
“Ne,” serentak sekelas
menjawab, Bu Lee mencarikan tempat duduk yang kosong. Tapi Sehun memilih duduk
sendiri,
“Ya, baik kau duduk disana.
Hahee jaga dia ya, ajarkan materi yang pernah diajarkan sebelum dia masuk.”
ujar Bu Lee, dan menyudahi pelajarannya.
“Kau, kenapa kau disini? Aku
tidak menyangka kita sekelas,” ujar Sehun ke Hahee,
“Hahah aku tidak menyangka
juga.” jawab Hahee malu-malu.
“Haha, abis sekolah kau
tidak kemana-mana?” tanyanya ke Hahee,
“Tidak, aku langsung pulang.
Jam bimbelku kosong hari ini, waeyo?” ujarnya sambil sibuk dengan bukunya dan
sesekali menatap Sehun.
“Tidak, aku mau belajar
denganmu. Habis kalau sama Baekhyun aku sering bertengkar dengannya.” Sehun
menopang dagunya sambil melihat Hahee,
“Mwo? Kau sering bertengkar dengan Baekhyun? Kau serumah?”
“Ne, Baekhyun tak pernah
cerita? Hahaha, lagipula aku terus dianggap anak kecil olehnya. Jadi aku harus
dijaga terus, lebih baik dirumahku saja ya belajarnya,” ajak Sehun,
“Baiklah, sudah. Pak Kim
sudah datang, ssstt..” dan mereka semua belajar dengan serius.
Tak terasa jam istirahat datang,
“Hey, kau sibuk tidak?”
tanya Sehun sambil menengok wajah Hahee,
“Ani, aku hanya membereskan
buku. Nanti aku mau ke kantin bersama Sharon dan yang lainnya.” jawab Hahee,
“Kalau begitu, ikut aku
ayoo,” Sehun tak sengaja menggenggam tangannya Hahee, Sharon dan yang lain
terdiam ditempat melihat itu, mereka tidak jadi menegur Hahee.
Hahee dan Sehun pergi ke belakang
sekolah, dekat gudang sekolah. Sehun mengajak ke dalam gudang yang memiliki 3
lantai. Dari mulai masuk gudang, Sehun terus menutup mata Hahee. Sampai diatas,
dia baru menyuruh Hahee melepaskan tangannya.
“Ini dia, kau sudah lihat
ini?” ujar Sehun,
“Aniyo, aku terakhir disini
karena kakak kelas. Jadi aku mengingat disini tempat terburukku. Sudahlah
lupakan, ini indah, Sehun. Sungguh” jawab Hahee terus menatap hamparan luas
sekolahnya, dan semua murid yang beraktivitas.
“Bagaimana? Kau merasa lebih
baik? Aku lihat kau banyak pikiran, kalau boleh aku tahu, apa yang kau
pikirkan? Itu juga, jika kau mau bercerita.” Sehun langsung merasa tidak enak
hati,
“Hahaha, aku suka cerita
kepada siapa saja. Aku terbuka, tapi aku merasa ada sesuatu, maaf ya.”
“Andwae, bukan itu maksudku.
Aku hanya ingin tahu saja. Tapi kalau kau tidak mau cerita tidak apa-apa.”
Sehun dan Hahee duduk ditepi bangunan, awalnya Hahee merasa takut tapi
genggaman Sehun membuatnya merasa nyaman.
“Kau takut ketinggian?
Hahaha” goda Sehun,
“Ya, aku takut. Aku tidak
biasa melihat ke bawah dari ketinggian,” jawab Hahee,
“Tapi kau hebat, bisa
menghadapi rasa takutmu. Itu bagus,” ujar Sehun sambil menatap ke atas dan
mengayunkan kakinya. Hahee tersenyum melihatnya, dan menyembunyikan rasa
takutnya untuk mengikuti Sehun. Mereka berdua berbicara, bertukar cerita
seperti yang ia lakukan dirumah sakit waktu itu. Sehun berdiri dipinggir
gedung, dan mengajak Hahee. Tapi dia menolaknya, sampai akhirnya Sehun ingin ke
toilet sebentar tidak jauh dari gudang. Saat itu, Hahee berpikir untuk
mengikuti seperti yang Sehun lakukan.
“Emm aku harus berani,”
Hahee perlahan bangun dan menegakkan badannya, lalu menjulurkan tangannya ke
samping. Merasakan alunan angin yang tenang, tanpa ia sadari dia melangkah dan
terpeleset.
“Aaah!!” saat Sehun yang
sedang perjalanan kembali kesana, dia mendengar suara Hahee berteriak. Dia
berlari menghampirinya, sudah ada beberapa anak murid lainnya berdiri disekitar
gudang. Sehun segera berlari dan menarik Hahee.
“Kau tidak apa-apa? Maafkan
aku,” ujar Sehun memeluk Hahee,
“Ne, gwaechanhayo.” jawab
Hahee lemas. Sehun membawa Hahee turun, Sharon dan yang lain menghampiri Hahee.
Tak disangka, Kai datang kesana dan menarik kerah baju Sehun.
“Kau mau membahayakan Hahee,
Hah? Kau mau mencelakainya?” ujar Kai,
“A-aniyo, aku sudah bilang
jangan mengikuti sepertiku berdiri.” ujar Sehun,
“Tapi kau hampir
mencelakainya, kau tahu itu” ujar Kai dengan nada mengancam, Kai menghajar
Sehun sampai dia tersungkur dan menariknya berdiri lagi. Hahee menghampiri
mereka berdua. Hahee melepaskan tangan Kai dari kerah Sehun,
“Kai, apa yang kau lakukan!
Lepaskan,” Hahee membentak Kai, dan dia melepaskan tangannya,
“Kau ini kenapa?” tanya Kai,
“Tidak usah tanya kenapa.
Tidak perlu repot-repot mengurusku, urus saja pacarmu itu, ayo Sehun, aku
bantu.” Hahee merangkul Sehun, meninggalkan Kai dan pergi ke UKS. Dia
membersihkan luka di wajah Sehun dan mengobati wajahnya itu. Sehun yang
memandang Hahee serius, mendekati Hahee dan dia menciumnya. Hahee hanya diam
terpaku, mematung, napasnya tertahan, jantungnya seperti berhenti berdetak
beberapa detik.Tanpa disadari keduanya, Kai masuk kedalam UKS melihat semua
yang terjadi dan dibelakangnya diikuti Sharon, Baekhyun dan Chanyeol. Sharon
dan dua anak lelaki itu menatap dua temannya dengan tatapan terharu. Kai
membuka pintu UKS dan mendapati Hahee dan Sehun, lalu dia segera pergi dari
sana. Sharon dan yang lainnya meihat Kai yang pergi menjauh, dan mereka pun
masuk kedalam ruangan.
***
Keesokan harinya dikelas, Hahee dan
Sehun saling salah tingkah. Mereka mau bertindak biasa saja, tapi karena mereka
ada sesuatu jadi mereka sama - sama salah tingkah. Teman-teman merasa ada
sesuatu terjadi diantara mereka.
“Hahee, Hahee pssst...”
panggil Lay,
“Ne?” Hahee menengok Lay
yang duduk dibelakangnya,
“Apa benar berita yang aku
dengar?” tanya Lay,
“Berita apa?” Hahee mulai
heran,
“Lihat sini, aku gak mungkin
ngomong bisik-bisik kalau telinga kamu terlalu jauh begini,” Lay terus mencolek
bahu Hahee dengan pensil dari belakang,
“Apa? Aku gak mungkin menengok
kebelakang, sekarang pelajaran Bu Kim. Aku takut bermasalah,” bisik Hahee yang
menjaga pandangannya tetap ke depan,
Lalu Lay mengambil selembar kertas dan
memutuskan untuk menulis surat saja. Lalu Hahee mengambil surat yang ditulis
temannya itu,
'Hahee,
apa kau benar? Emm kejadian kau dengan Sehun di UKS? Aku belum sempat lihat,
tapi aku dan teman-teman mengucapkan congratulation for getting a new partner.
Dari aku dan kawan-kawan Hahahahaha,' begitulah isi surat Lay, wajah Hahee
memerah perasaannya berantakan, malu dan marah dia juga bingung. Hahee melihat
Sehun yang duduk disebelahnya sedang tertidur manis dengan melipat kedua
tangannya sebagai bantalan kepalanya. Hahee melihatnya, memandanginya diam-diam
agar anak dikelas tidak ada yang sadar. Tapi berbeda dengan pemikirannya,
teman-teman terus mengintai kegiatan mereka berdua. Ketika jam pelajaran
selesai, Hahee membereskan buku kedalam laci bawah mejanya. Tangan Hahee
ditarik kebawah agar merunduk oleh Sehun, otomatis anak sekelas segera
mengintai.
“Hahee, tadi aku tidur
mendengkur tidak? Nanti ajari aku ya, maaf aku terlalu lelah.” Hahee menjawab
dengan anggukan dan segera bangun dari duduknya. Dia hendak ke kantin dan
mengajak teman yang lainnya, tapi ketika dia melihat sekelilingnya mereka semua
seperti salah tingkah dan menyibukkan diri masing-masing. Hahee berjalan
sendiri keluar kelas lalu Sehun membuntutinya.
“Aku ikut ya, aku lapar,”
ujar Sehun,
“Kita juga ikut, kita juga
lapar kok. Tidak apa-apa kan?” ujar Sharon, Baekhyun dan Chanyeol.
“Ne, ayo ikut. Mianhae, tadi
aku tidak mengajak kalian karena aku kira kalian sedang sibuk dan aku tidak mau
mengganggu.” kata Hahee sambil berjalan disamping Sharon.
“Tidak, aku tadi hanya
mengikuti anak yang lainnya. Biasalah, kau tahu kan kita tidak pernah sibuk
kecuali semua urusan yang berhubungan denganmu. Itu baru kita akan sibuk,
Hehe,” Sharon menyikut perut Baekhyun dan Chanyeol yang terus tertawa sambil
dibekap.
“Kalian kenapa? Kalian
berdua mual, kalau mual ke UKS saja, aku ambilkan obat ya.”
“Tidak usah, aku cuma
bercanda. Serius,” ujar Baekhyun dan Chanyeol yang berdehem bersama.
“Kalian ini kenapa sih?”
tanya Hahee,
“Begini, kami sebelumnya mau
meminta maaf kepadamu. Sebenarnya yang menyebarkan berita tentang kalian berdua
seperti itu adalah kita. Awalnya Baekhyun mau bicara kepada yang lain, tapi dia
takut kau marah. Dan gak disangka Chanyeol lebih dulu dari kami
memberitahukannya. Begitu Hahee ceritanya,” jelas Sharon sambil sesekali
menyikut perut Baekhyun,
“Oh! Jadi kalian yang
memberitahu mereka?” bentak Hahee, yang dalam hatinya tertawa terbahak - bahak.
“Ya, Hahee!! Maafkan kami,
kami janji tidak akan membicarakan itu lagi,” mohon Chanyeol, dia merasa
bersalah karena dia yang menjadi biang masalah ini.
“Aku sudah memaafkannya,
tapi aku harap jangan diulangi lagi ya. Cukup rahasia kita saja.” Chanyeol
menganggukan kepalanya.
Mereka semua saling bercanda, dan Sehun
berjalan dibelakang mereka karena merasa belum terlalu mengenal satu sama lain.
Chanyeol merangkul Sehun yang berjalan dibelakangnya,
“Ayolah,
anggap saja, kami ini teman akrabmu. Santai saja kawan,” ujar Chanyeol, Sehun
hanya tersenyum mendengar itu. Baekhyun menepuk bahunya, sambil terus meledek
adik sepupunya itu.
“Sehun,
ayo cepat ke kantin. Kita tandai kursinya,” ujar Hahee sambil menarik tangan
Sehun. Sharon, Chanyeol dan Baekhyun hanya melihat mereka yang berjalan
mendahului mereka, sambil tersenyum mereka melanjutkan jalannya.
Sesampainya dikantin,
“Hari
ini kalian mau makan apa? Biar aku yang bayar, ok?” kata Hahee yang bangun dari
duduknya itu,
“Dalam rangka apa ini?”
tanya Chanyeol yang meledek,
“Tidak,
aku hanya ingin berbaik hati hahaha..sudah ya,” Hahee beranjak dari meja
makannya, lalu Sehun menarik tangan Hahee dan ia membalikkan badannya,
“Ya?
Ada apa?” tanya Hahee,
“Emm
tidak. Aku hanya ingin memesan satu porsi tanpa sup dan diganti dengan sayuran
kering saja. Terima kasih ya, Hahee.” Sehun mencoba mengalihkan perasaannya.
“Baiklah,”
Hahee melemparkan senyuman manisnya ke Sehun, hampir saja dia tertegun menatapnya.
Ketiga temannya itu menatap Sehun serius, dan mereka memberi kode kepada Sehun
dengan menyikut lengan Sehun.
“Ayo,
kau antar dia, masa kau membiarkannya sendiri berjalan dan mengantri di antrean
pemesanan.” Sharon membisiki Sehun,
“Kau
lihat saja disana, antreannya panjang,” tunjuk Baekhyun ke arah antrean,
“Kalau
aku jadi kau, pasti akan aku antar dia kesana. Aku temani dia sampai kembali
lagi ke sini, soalnya aku takut terjadi sesuatu dengannya,” Chanyeol terus saja
memcoba memprovokasi Sehun. Usaha ketiga temannya berujung manis, Sehun
bergegas menghampiri Hahee yang berjalan hampir sampai ke antrean.
“Hahee!
Tunggu,” Sehun berlari mendekatinya,
“Ne?
Ada yang bisa aku bantu?” Hahee membalikkan tubuhnya, “Oh kau Sehun, aku kira
siapa. Ada apa? Ada yang mau dipesan lagi?” tanya Hahee dengan wajah polosnya,
“Eobseo,
aku cuma mau nganter aja kok, gak apa-apa kan?” ujarnya tersenyum,
“Baiklah,”
Hahee tersenyum kembali ke Sehun, yang membuatnya seperti berdiri ditengah
bukit dengan angin sejuk yang menyambutnya.
Mereka berdua mengantri dan akhirnya
sampai didepan loket. Sehun dan Hahee mulai membacakan pesanan teman - teman
mereka. Setelah pembayaran selesai, mereka kembali ke tempatnya, tetapi
ditengah jalan Hahee melihat Kai dan Chaerin sedang bersama. Hahee terlihat
rapuh saat menatapnya, Sehun yang sadar akan itu, langsung mengajak Hahee
bercanda, Hahee mengejar Sehun dan akhirnya tidak memperdulikan keberadaan Kai
dan Chaerin. Dan Kai hanya menatap mereka berdua yang berlari berlalu dari pandangannya.
Waktu pelajaran pun tiba, semua murid
masuk ke kelas masing-masing, termasuk Hahee dan kawan-kawannya. Dikelas
keadaannya mulai rusuh melebihi demonstran dijalanan. Kebetulan hari ini
pelajaran kesenian dan jadwal melukis dengan imajinasi atau bisa dibilang
sekarang ada test tentang pelajaran minggu lalu.
“Hahee, kau tidak
mengambilkan kanvas Pak Lee? Bukankah harusnya sudah disiapkan seperti biasa?”
Sharon mengingatkan Hahee sebagai seksi sarana dikelasnya,
“Oh iya, aku baru ingat.
Maaf ya, aku akan segera mengambilnya.” tangan Hahee ditarik oleh Sehun,
“Tunggu, aku ikut.” Sehun
pun mengikutinya dari belakang. Sedangkan Chanyeol sibuk menyebarkan berita
tentang mereka berdua, ini merupakan kegiatan rutinnya.
Sampainya diruangan sarana prasarana,
“Yang mana yang harus aku
ambil?” tanya Sehun,
“Yang itu, ya, yang itu.
Emm, dan yang disana ya itu dia.” Hahee sibuk menunjuk keatas lemari, Sehun
jatuh dan terbentur lemari.
“Aduh!!” rintih Sehun,
“Ah, Sehun kau harus
hati-hati. Mana yang sakit? Emm,” Hahee membalas perlakuan Sehun yang kemarin.
Hahee mencium kening Sehun yang terbentur tadi, Sehun tersipu malu pipinya yang
memerah tidak bisa mengelak kalau memang dia malu.
“Maaf ya, anggap saja ini
balasan dariku, pengobatan yang kemarin-kemarin.” Hahee pun tampaknya malu,
“Tidak apa-apa, aku merasa
lebih baik. Terima kasih,” Sehun mengusap keningnya, dan tanpa disadari Kai
menyaksikan itu dan segera pergi.
“Kai, kau tidak jadi
mengambil Gitarnya? Pak Han menunggu kita kan?” tanya Chaerin, mendengar kata
Kai, Hahee segera mengintip ke luar. Kai melihat kalau Hahee sedang menyaksikan
mereka berdua, lalu Hahee keluar dari ruangan,
“Hai Hahee, kau disini
juga?” sapa Chaerin,
“Iya,” jawab Hahee,
“Kai, kau cari apa
sebenarnya? Gitar ada disana, dan kau tetap disini kau tidak tahu Pak Han
menung---” Kai menarik Chaerin dan menciumnya tiba-tiba, saat itu Hahee seperti tersambar petir, cukup lama ia merasakan petir itu. Segera Sehun memutar balik
badan Hahee dan mengalihkan itu.
“Lupakan dia, lupakan juga
apa yang kau lihat tadi. Ayo kita ke kelas, aku sudah mengambil
perlengkapannya.” bisik Sehun kepada Hahee yang lemah dalam pelukannya, dia
mengangguk. Kai menatap Hahee dan Sehun yang menjauh dari dirinya. Dikelas,
Sehun meletakkan semuanya didepan kelas. Dalam keadaan lemah, Hahee berjalan ke
kursi tempat duduknya. Wajah Hahee memucat, dia melamun terus dan merasa
kedinginan dalam dirinya.
“Entah kenapa, aku merasa
dingin.” ujar Hahee lirih, mendengar itu Sehun segera mengambil jaket ditasnya
dan dipakaikan ke Hahee,
“Gomawo,” ujar Hahee,
ditengah pelajaran Hahee merasa tidak kuat lagi dan jatuh pingsan.
“Hahee!! Hahee!! Kau
kenapa!!” kata Sharon panik, Sehun segera menggendong Hahee ke UKS. Penjaga UKS
mengatakan Hahee harus istirahat dan tidur yang cukup, jadi Sehun mengantarkan
Hahee kerumahnya.
“Sharon, boleh kesini
sebentar?” ujar Sehun ke Sharon yang sebelumnya sudah meminta izin ke Pak Lee,
“Iya, ada apa dengannya?”
jawab Sharon,
“Dia harus pulang, tapi aku
tidak tahu rumahnya. Kau mau mengantarnya?”
“Baiklah, nanti kita kembali
ke sekolah lagi ya,”
“Iya, Sharon. Ayo cepat,
Hahee sudah ada dimobil.” kata Sehun,
“Mobil kau?” tanya Sharon,
“Bukan, aku meminjamnya ke
kantor kakakku. Sudah, ayo ke Pak Lee.” ujar Sehun, diikuti langkah Sharon yang
ada disebelahnya.
Sharon dan Sehun meminta izin ke Pak
Lee, dan mereka bergegas ke rumah Hahee. Sharon yang terus memeluk Hahee yang
lemas, dia tampak khawatir dengan keadaannya. Sharon menelepon D.O agar segera
pulang karena adiknya sedang dibawa kerumah. Sehun yang mengemudikan mobilnya
itu pun ikut khawatir dengan keadaan Hahee. Sesekali dia melihat kaca spion
dalam mobil, melihat Hahee yang duduk dibelakang.
'Kalau memang ini karena kejadian tadi,
benar-benar keterlaluan kau, Kai.' geram Sehun, menggenggam erat setir mobilnya. Dibalik lamunan kekesalan
Sehun, Sharon membuyarkan semuanya,
“Sehun, belok kiri. Nanti
lurus belok kiri lagi, pagar hitam ya, itu rumahnya.” ujar Sharon,
Benar saja, setelah mencari-cari Sehun
masih tidak menemukannya. Sehun tidak berani bertanya ke Sharon karena Sharon
sedang mengipasi Hahee. Didepan sana, sudah ada sosok laki-laki menunggu
didepan rumahnya. Sehun pun mencoba memarkirkan mobilnya didepan lelaki itu. Benar, itu
kakaknya Hahee ternyata.
“Sharon, bagaimana keadaan
Hahee? Apa dia baik-baik saja?” D.O menghampiri mobil yang Sharon tumpangi
tadi.
“Dia tidak kenapa-kenapa,
oppa. Aku bawa dia masuk dulu ya,” Sharon menuntun Hahee berjalan.
“Iya, silahkan,” ujar D.O
membukakan pintu rumah. D.O langsung mengambil handphone-nya dan memberitahu
Suho kalau Hahee baik-baik saja. Dia melihat Sehun yang berdiri sendiri
menyandarkan tubuhnya disamping mobil. Lalu D.O menghampirinya,
“Terimakasih ya, kau sudah
mau mengantar adikku kesini.” ujarnya mengajak berjabat tangan dengan Sehun,
“Iya, hyung.” jawabnya
gugup,
“Ayo kita masuk dulu,” D.O mengajak Sehun duduk di teras rumahnya,
“Baik, hyung.” Sehun duduk
dikursi setelah D.O mempersilahkan duduk. D.O menanyakan beberapa hal kepada
Sehun, dilain tempat Sharon meletakkan Hahee ditempat tidur. Sambil menyelimuti
Hahee, Sharon berpesan kepadanya,
“Hahee, sudahlah. Kau
istirahat, jangan menekan dirimu sendiri, ayo ceritakan ada masalah apa
sebenarnya?” tanya Sharon,
“Emm, tidak. Aku tidak apa -
apa, eh kalau kau mau pulang sampaikan ucapan terima kasihku ke Sehun. Maaf ya
merepotkan kalian,” ujar Hahee, Sharon yang sedikit kesal, akhirnya memukul
tangan Hahee,
“Aduh!” rintih Hahee sambil
mengelus tangannya,
“Kenapa kau masih suka
menyembunyikan perasaanmu sih?! Sudahlah, Sehun ada didepanmu, dan Kai sudah
menjadi debu yang nantinya akan terhempas.
Ayolah, kau jangan bicara seperti itu, aku tidak direpotkan!” Sharon membentak
Hahee dan Hahee hanya bisa tertawa melihat temannya itu. Setelah perbincangan
itu, lalu Sharon pergi dari kamar dan menghampiri D.O dan Sehun yang ada
didepan. Sharon mengajak Sehun untuk segera kembali ke sekolah, dan D.O
mengucapkan terima kasih kepada kedua teman Hahee.
***
Sampai disekolah, Sehun melihat Kai
pergi ke kamar kecil dan Sehun menyuruh Sharon masuk ke kelas terlebih dahulu.
Saat Kai sedang mencuci wajahnya, Sehun menyerang Kai,
“Hei,
kau ini lelaki atau bukan?” tanya Sehun sambil menarik kerah baju Kai,
“Sehun,
kau kenapa. Oh, jangan bilang kalau ini masalah tentang perasaan tidak tega dengan Hahee. Hah, kau
menyukainya?” jawab Kai dengan wajah angkuhnya.
“Kalau
aku suka memang kenapa? Ya aku menyukainya. Apa alasan kau melakukan seperti
itu didepannya?” tanya Sehun yang tetap menarik kerah Kai,
“Oh!
Kau mau tau alasannya? Itu ada di kau sendiri, kau tidak sadar kau yang lebih
dulu menyakiti perasaan antara aku dan dia!” bentak Kai sambil menangkis tangan
Sehun dari kerahnya. Sehun diam, berdiri didepan Kai dan Kai terus melanjutkan
pembicaraannya,
“Kau
tau? Kejadian di UKS yang menyebar, kau tahu? Aku ada dibelakang kalian, dan
aku tidak bisa menahan kalian. Itu yang membuatku melakukan tindakan itu.” Kai
menunjuk dada Sehun yang sedang tertunduk diwastafel. Dia langsung mengangkat
wajahnya dan memberitahu sesuatu,
“Hanya
karena itu, dan kau membalasnya? Alasan yang kurang masuk akal, hhh. Kenapa kau tidak tanyakan
langsung ke Hahee tentang kejadian itu?”
“Masalah
apa?”
“Masalah
yang sebenarnya, tidak terjadi apa – apa antara kami, karena perasaannya yang kuat kepada
seseorang.” Sehun menceritakan semua jalan ceritanya dan Kai yang terdiam
mematung dihadapan Sehun. “Kau seharusnya tau sebelumnya, Kai. Tapi kalau
setelah kejadian ini Hahee tidak mengenalimu sebagai seseorang yang
dicintainya, jangan menyalahkan orang lain. Salahkan dirimu, keegoisanmu. Ingat
itu,” ujar Sehun yang kemudian pergi dari kamar mandi meninggalkan Kai sendiri
yang terus merunduk.
Sampai dikelas, Sharon
menghampiri Sehun dan menanyakan ada hal apa yang terjadi tadi. Sehun membisiki
Sharon dan menceritakan sesuatu yang bukan sebenarnya terjadi, karena
menurutnya ini rahasia dirinya. Waktupun berlalu, jam menunjukan pukul 4 sore
waktu sekitar. Ini tandanya waktu pulang sekolah, Sehun segera merapihkan buku
- buku kedalam tasnya, mengecek kolong meja dia dan Hahee. Dia menemukan sebuah
kertas milik Hahee,
‘Andai bisa kuulang waktu, aku ingin lebih
lama mencintainya. Aku ingin lebih dulu menyayanginya. Aku memang mencintai
seseorang yang dulu, tapi itu mungkin perasaan yang dulu pernah kurasakan.
Sekarang ada dia dihadapanku, mungkin ini lebih baik untukmu.
Memang salahku dari dulu yang mengharap bukan diharapkan.
Tapi berbeda
dengannya, aku merasa diharapkan olehnya. Aku merasa indah dihadapannya, dan
saat bersamamu aku tidak merasakan hal yang aku rasakan bersamanya.'
“내가 반복 할 수 시간을 원하는, 내가 더 그를 사랑하고 싶어. 내가 먼저 사랑하고 싶어. 정말 누군가를 사랑하기 위해 사용하지만, 그것은 아마도 내가 생각했던 첫 느낌.
이제 그는 내 앞에 있었다, 이것은 당신을 위해 더 나은 수 있습니다. 그것은 희망이 예상되지 않는 처음부터 내 잘못이야.
그러나 그와는 달리, 나는 그에 의해 예상했다. 나는 그의 앞에 아름다운 느낄 때, 그리고 당신과 나는 그와 함께 느끼는 생각하지 않습니다. “
“Hahee...” Sehun tidak
sengaja menyebut nama Hahee yang membuat teman dibelakangnya, Lay bertanya.
“Ada apa? Ada sesuatu
terjadi?” tanya Lay yang sedang merapikan bukunya,
“Tidak, aku hanya khawatir
dengan keadaannya. Bagaimana keadaannya sekarang ya?” jawab Sehun dengan
memasang wajah polosnya,
“Ya kalau begitu, kenapa
tidak kau telepon saja dia. Tanya bagaimana kabarnya, nanti kan kau bisa tahu.”
Sehun mendengar itu langsung diam dan berbalik badan kembali merapikan bukunya
ke dalam tas.
“Sehun-ah, jangan - jangan kau tidak punya
nomor teleponnya Hahee ya?” tanya Lay. Sehun dengan polosnya menganggukan
kepalanya. Saking kesalnya, Lay rasanya ingin memasukkan Sehun kedalam dus dan
melemparkannya ke Samudera Atlantik. Lalu Lay memberikan nomor Hahee,
“Ini. Jangan lupa sms dia,
mungkin dia sedang menunggu haha..masa sih sejauh kau berkenalan, kalian belum
saling tukar nomor telepon?” tanya Lay sambil berjalan keluar kelas bersama
Sehun.
“Aku mana berani langsung
mengatakannya? Aku baru mengenalnya,” ujar Sehun,
“Kenapa? Kau kan lelaki,
seharusnya lebih terus terang lah sedikit. Walaupun sebenarnya wanita itu diam
saja dan jelas menyukaimu, wanita itu butuh kejelasan. Kau masih terlalu anak
kecil,” ujar Lay. Sehun mendorong bahunya dan tertawa melihatnya,
“Eh tapi, walaupun kau
seperti anak kecil tapi kejadian di UKS menunjukkan kau lelaki loh. Hahaha”
ujar Lay meledek,
“Oh ya, aku mau mengakui
satu hal. Tapi kau janji jangan bilang siapa-siapa,” Sehun mengecilkan
suaranya,
“Memangnya apa?” Lay
penasaran,
“Aku tidak melakukan apapun
di UKS. Karena Hahee membisiki, ‘Aku tidak bisa, aku masih mencintai Kai.' Itu yang membuatku
sedikit mundur, tapi entah kenapa waktu tadi ke ruang prasarana,” Lay
menyerobot pembicaraannya,
“Apa? Kau berhasil
melakukannya?” tanya Lay semakin penasaran,
“Makanya tunggu dulu, aku
belum selesai cerita. Aku sempat terjatuh dan terbentur lemari yang ada
didepanku, ini lukanya,” Sehun menunjukkan luka didahinya,
“Emm ini? Tidak begitu
parah, berarti tidak terjadi sesuatu yang spesial dong?” ujar Lay sambil
memegang dahinya Sehun,
“Kau salah. Dia mengusap
dahiku dan dia mencium lukaku ini.” Sehun menceritakannya sambil mengelus luka
yang ada didahinya itu.
“Tuh kan, kau masih aja
terlihat seperti anak kecil. Kau seperti dapat ciuman dikening dari ibu saja,
sampai segitunya.” Lay merangkul Sehun,
“Hah, aku seperti anak
kecil?” Sehun menatap Lay, “Ne, kau seperti....anak bayi! Hahaha,” Sehun
berlari mengejar Lay yang lebih dulu berlari ke arah gerbang. Dan mereka pulang
kerumah bersama - sama.
***
Keakraban mereka semua
bertahan sampai mereka menduduki kelas 2, Kai dan Sehun sudah sangat berteman
baik sejak saat itu. Kai sering mengisi acara Pensi bersama satu stage dengan
Sehun. Chanyeol dan Baekhyun sudah menjadi sahabat yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan, Chanyeol sering bilang kalau Yoona
SNSD atau Hyoyeon SNSD dia akan memilih Hyoyeon, dan kalau harus memilih
Hyoyeon atau Baekhyun dia akan memilih Baekhyun. Ya begitulah kedekatan mereka,
sampai akhirnya pertemanan mereka mengiringi kehidupan sampai kelas 2 saat ini.
Semua berjalan dengan baik sampai akhirnya musim pertukaran murid baru pun
datang.
Chanyeol dan Baekhyun berlari
tergesa-gesa ke arah kelasnya. Mereka ingin memberitahu kalau akan ada murid
baru datang ke kelas mereka,
“Aduh!!” rintih mereka
setelah mereka terbentur satu sama lain karena ingin masuk kelas lebih dulu,
Hahee sedang menyuapi Sharon sarapan yang ia buat tadi pagi.
“Kalian ini kenapa sih?”
tanya Hahee,
“Anu, Hahee. Kami mendengar
berita menggelegar, kau tahu Chaerin?” ujar Baekhyun,
“Iya, aku tahu memangnya
kenapa?” tanya Hahee,
“Di-dia, dia, menjadi utusan
pertukaran murid. Dia akan pergi ke Beijing, dan pastinya..” Baekhyun memotong
pembicaraan Chanyeol,
“Pasti akan ada murid
lainnya kesekolah ini, dan hanya kelas kita yang masih kekurangan murid.” sahut
Baekhyun, Hahee diam sejenak dan bertanya tentang Chaerin.
“Kalian tahu darimana dia
akan pergi ke Beijing hari ini?” tanya Hahee,
“Dari dia sendiri, dia
sedang dikantor kepala sekolah. Dia sedang berpamitan ke beberapa guru.” jelas
Chanyeol,
Tanpa berpikir panjang Hahee mengajak
Kai dan langsung berlari ke kantor kepala sekolah. Sepanjang perjalanan dia
hanya berharap waktu belum terlambat. Kai belum tahu maksud Hahee mengajaknya
berlari. Dan sampainya di depan ruang kepala sekolah,
“Chaerin,” tanya Kai berdiri
didepannya,
“Kai? Hahee? Sedang apa
kalian disini?” tanya Chaerin bingung,
“Chaerin, kau serius akan ke
beijing? Dengan siapa, apa kau sudah mengenal teman disana?” tanya Hahee
khawatir,
“Tenanglah, Hahee. Aku punya
sanak saudara disana, jadi kau tenang saja. Lagipula buat apa kau khawatir, kan
aku sudah jahat kepadamu,” ujar Chaerin yang matanya sudah berkaca-kaca,
“Didunia ini tidak ada yang boleh memendam amarah
terlalu lama, lagipula apa salahmu?” tanya Hahee,
“Tentang Kai yang...”
“Sudahlah, lupakan masalah
itu. Anggap saja itu hanya ujian untuk pertemanan kita.” Hahee langsung memeluk
Chaerin, “Baik-baik ya kau disana. Kami akan selalu merindukanmu, jangan lupa
sering telepon kami semua disini ya,” dan Chaerin menghampiri Kai,
“Kai, maaf sudah menjadi
penghalang antara kau dan Hahee.” Chaerin semakin dekat dan berbisik, “Maafkan
aku yang membuatmu menyia-nyiakan Hahee.” lalu Kai juga menjawabnya,
“Tak apa. Bukan
salah kau, ini salahku. Terlalu membuatmu tersiksa karena perasaan itu. Aku bukan idolamu yang
pantas kau sukai, Chaerin.” ujar Kai,
Chaerin tersenyum dan menjauh dari Kai,
“Jaga dia baik-baik, maaf
ya,” ujar Chaerin sambil menggenggam tangan Kai, dan Kai segera melepas
tangannya perlahan. Dan memeluknya,
“Terima kasih ya, sudah
menjadi bagian terindah disini,” Kai membisiki Chaerin. Hahee hanya bisa
tersenyum, terharu, tak ada rasa cemburu.
Sehun dan yang lain menghampiri Chaerin
dan mengucapkan salam perpisahan. Mereka berniat mengalihkan perhatian Hahee
yang terhanyut dalam keadaan seperti ini. Chaerin sudah dijemput oleh tantenya,
dan disitulah mereka terakhir melihat Chaerin disekolah itu. Lalu mereka semua
kembali ke kelas masing-masing, Hahee dan Kai jalan bersebelahan dibelakang
Sehun dan yang lainnya.
“Kau kenapa? Aneh sekali,
kau canggung denganku?” sahut Kai, Hahee tidak merespon karena dia tidak tahu
mau jawab apa,
“Hahee, kau sadar tidak?”
ujar Kai semakin membesarkan suaranya,
“Aniyo, wae?” Hahee
mengangkat wajahnya,
“Hmm kau diam saja dari
tadi, memangnya ada sesuatu?” tanya Kai,
“Tidak, tidak ada apa-apa.”
Hahee menarik tangan Sehun ke suatu tempat,
“Ayo Sehun,” ujar Hahee
sambil berlari dan tertawa. Kai dan yang lainnya hanya bisa melihat mereka
berdua berlari menjauh. Hahee bingung harus mengajak Sehun kemana, jadi Sehun
langsung memberi kejutan yang sebenarnya.
“Kenapa? Kau bingung? Aku
sudah tahu kita kemana, aku punya kejutan untukmu.”
“Apa itu?” tanya Hahee,
“Percayalah, ini tidak
mengecewakan,” jawab Sehun mengajaknya naik motor. Mereka akan mengantar
Chaerin sampai bandara Incheon yang lumayan jauh dari sekolah. Dibandara,
Chaerin baru sadar kalau Hahee dan Sehun menyusulnya sampai sana.
“Mwo? Kalian mengikutiku?”
tanya Chaerin heran,
“Haha, tidak apa-apa kan?
Kim Chaerin temanku, aku akan selalu mengingatmu, ya.” ujar Hahee menahan
sedihnya,
“Hahee kau tidak usah
seperti itu,” Chaerin langsung memeluk Hahee, Sehun hanya bisa melihat
pemandangan mengharukan seperti itu.
“Dan kau anak bayi, kau itu
temanku juga. Aku suka menjahilimu, maaf ya dengan bedak waktu itu.” Sehun
ingat kejadian bedak dikursinya, yang coba ditabur oleh Chaerin.
“Sini,” Chaerin memeluk
Sehun juga. Dan panggilan penerbangan sudah menunjukkan siap take-off dan
Chaerin pergi untuk boarding pass.
“Selamat jalan, Chaerin.
Jangan lupa sering mengirim pesan ya,” teriak Hahee dari kejauhan, Chaerin
mengangkat jempolnya keatas diantara kerumunan.
“Ikut aku,” Sehun mengajak
pulang dan pergi ke suatu tempat,
“Ne,” Hahee mengikutinya,
Sampai disuatu tempat Hahee akan diberi
kejutan.
“Kau tutup matamu,
sekarang.” ujar Sehun ke Hahee,
“Baiklah,” Hahee menutup
matanya dengan sapu tangan Sehun. Sudah 5 menit Hahee menunggu,
“Ada apa sebenarnya?” Sehun
masih diam, dan ternyata dia mengajak ke atap gedung yang tinggi.
“Baiklah, buka sekarang.
Pelan-pelan,” ujar Sehun yang berdiri didepannya. Hahee terkejut melihatnya dan
terus berpegangan dengan Sehun.
“Kenapa gedung tinggi? Kau
tahu aku takut dengan ini,”
“Aku hanya ingin tahu
kejujuranmu, Hahee.” ujar Sehun sambil tersenyum.
“Apa yang mau kau tahu?”
tanya Hahee yang tetap berpegangan dengan Sehun,
“Apa kau masih trauma dengan
kejadian itu?” tanya Sehun,
“Emm i-iiya, makanya aku masih
takut kejadian kemarin,” jawab Hahee,
“Berarti kamu tidak mudah
melupakan sesuatu yah,” ujar Sehun menghadapkan badannya kekiri.
“Mwo? Aku tidak mengerti sedikitpun,
maksudnya apa?” tanya Hahee,
“Ani, ayo turun kalau kau
tidak kuat,” Sehun menarik tangannya untuk turun,
“Hmm..bantu aku turun,”
Hahee menjulurkan tangannya,
“Ah~ kau berat, Hahee. Ayo
cepat sini,” Sehun juga menjulurkan tangannya ke Hahee. Dan Hahee pun turun
dari atas tembok pembatas. Mereka pun turun dari gedung itu sambil tertawa
bersama, dan mereka pulang kerumah masing-masing. Sehun mengantar Hahee ke
rumahnya,
“Kau tadi berat loh,” ujar
Sehun,
“Oh ya? Masa sih? Kalau
begitu aku akan mencoba diet lagi deh, mian ya.” jawab Hahee,
“Hey!! Kalau kau mau diet
lagi, nanti aku bisa-bisa menggendong kerangka manusia nanti di pernikahan kita,” Sehun menutup mulutnya
karena dia berbicara terlalu jauh.
“Apa? Yang kau katakan
tadi?” tanya
Hahee,
“Bukan, maksudku bukan
kerangka manusia, tapi nanti kau terlalu kurus. Terlihat jelek,” jawab Sehun
mengalihkan pembicaraan,
“Bukan yang itu, tapi..apa
mungkin aku salah dengar ya? Hahah..” Hahee merasa tidak enak membicarakannya,
“Makanya jangan suka meledekku berat!” sahut Hahee memukul tangan Sehun,
“Aduuh, sakit tahu. Yaudah,
masuk kerumah, sana. Diluar dingin, nanti kau masuk angin, ga! Gada..” ujar
Sehun sambil mendorong Hahee kedalam rumah,
“Kau masih menunggu
dijemput kan?” ujar Hahee,
“Ne, gwaechana. Aku
tunggu didepan sana, kau lebih baik masuk sekarang. Sudah semakin malam,” ujar
Sehun,
“Ya, gomawo, hati – hati
dijalan.”
ujar Hahee memberi salam ke Sehun,
“Bye~” mobil itu pun terdengar menjauh
dari rumah Hahee,
***
Keesokkan harinya, Hahee dan
Sharon seperti biasa berangkat bersama ke sekolah. Ada yang berbeda, karena
pagi ini mereka naik kendaraan umum. Bukan hari ini saja tetapi hari-hari
berikutnya karena D.O sudah mulai kuliah dan asrama, dia mengambil jurusan
kesenian dan perfomance. Ditengah perjalanan memang banyak yang menawarkan
tumpangan, tapi Hahee dan Sharon menolak tawarannya dan memilih jalan kaki ke
halte bus.
Sampai didepan halte,
“Hahee, kayanya kita
terlambat 2 menit untuk bus yang rute halte dekat sekolah. Eotteohge?” ujar Sharon setelah
melihat daftar keberangkatan bus.
“Selanjutnya bagaimana?”
tanya Hahee kembali,
“Emm sebentar,” ujar Hahee
menunjuk daftar jadwal bus, “Ya, aku dapat!! Tapi kita harus menunggu 12 menit
lagi, itu juga di halte dekat gedung periklanan itu. Kita harus ke jembatan
penyebrangan, bagaimana? Mau?” jawab Sharon menawarkan ke Hahee,
“Yaudah, emm sekarang baru
jam 7.00 pagi. Kita duduk saja disini, ya?” tawar Hahee,
“Baiklah,” dan mereka duduk
di kursi halte bus. Tidak lama dari mereka duduk, sebuah mobil menepi dan
membuka jendelanya.
“Hahee, Sharon, mau ikut
tidak?” tawar Kai,
“Mau, mau. Ayo ke mobil,
Hahee.” ajak Sharon menarik tangan Hahee,
“Ah, aniyo. Tidak usah, lagi
pula busnya sebentar lagi datang. Tidak perlu repot-repot, Kai.” Hahee
tersenyum dan menarik tangan Sharon. Sharon terus memaksa Hahee tapi Hahee
tetap tidak mau. Kai tetap disitu,
“Ayo, bus nya masih lama.
Kau pasti akan terlambat masuk kalau menunggu, ayo.” ajak Kai terus,
“Sebentar ya,” Hahee
mengangkat telepon dari seseorang,
“Yasudah, aku dihalte dekat
rumahku. Iya aku tunggu, daah.” ujar Hahee ditelepon,
“Siapa, Hahee?” tanya
Sharon,
“Emm yasudah, kau naik mobil
bersama Kai. Aku mau menunggu seseorang, ayo naik.” ujar Hahee sambil mendorong
Sharon ke dalam mobil Kai.
“Ta-tapi Hahee... Busnya
masih lam...”
“Sudah masuk aja,” Hahee
menutup pintu mobil Kai,
“Kai, jaga temanku ya.
Selama kakakku tidak ada, kau jaga dia ya. Kau kan sahabatku,” ujar Hahee dan
mereka berpisah disana. Hahee kemudian pergi duduk dikursi halte, dan benar 5
menit kemudian bus pun datang. Disana sudah ada Sehun yang duduk di bangku
terakhir sebelah kanan.
“Hahee, disini.” Sehun
memanggil Hahee agar duduk disitu,
“Ya! Sehun-ah,” Hahee
menjawab panggilan Sehun tadi, dan mereka duduk bersama. Mereka lalu
berbincang-bincang sampai tujuan halte dekat sekolah. Hahee dan Sehun pun turun
dari bus bersama dan berjalan memasuki sekolah. Baru juga masuk, dia sudah
dikejutkan dengan berita yang tersebar saat itu.
“Hey? Kenapa sih?” dumel
Hahee saat beberapa adik kelasnya berlarian dan menyenggolnya beberapa kali.
“Mungkin anak baru itu,
disini kan seperti tradisi saja menyambut anak baru itu. Kaya aku dulu,” ujar
Sehun sambil tertawa,
“Oh iya ya, aku sampai lupa.
Tapi emm..mwo?!! Anak baru? Dari mana lagi?” tanya Hahee heran,
“Pertukaran pelajar dari
China, pertukarannya dari Kim Chaerin loh. Kan kita melakukan pertukaran murid,
kau lupa ya?” jelas Sehun,
“Iya aku tidak lupa, tapi
bukannya pertukaran murid itu harus sama - sama perempuan atau sama - sama
lelaki? Apa mungkin aku yang salah?” tanya Hahee samakin bingung.
“Ya, ngga lah, Hahee. Kau
ini bagaimana, ya semuanya gak harus sesuai gender. Menurut prestasi aja,” ujar
Sehun mengucek rambut Hahee dan berlari menjauh dari Hahee sebelum dia marah.
“Sehun-ah! Ya!!” Hahee
mengejar Sehun yang lebih cepat didepannya. Sampainya dikelas, Hahee menepuk
bahu seseorang dan memarahinya. Dia mengira kalau orang itu adalah Sehun yang
sudah masuk ke kelas tadi,
“Hey, mau lari kemana kau?
Kamu sekarang gak bisa kemana - mana,” teriak Hahee, tapi Sharon dan yang
lainnya berdehem memberi kode ke Hahee. Tapi Hahee yang polos malah jadi
bingung ada apa sebenarnya, dan mulai bertanya ke Sharon sambil berbisik.
“Ada apa?” bisik Hahee ke
Sharon yang ada ditempat duduknya, tetapi dia cuma menunjuk ke arah orang yang
dianggap Hahee adalah Sehun.
“Kenapa? Ini kan Sehun.
Sehun-ah, mereka kenap...” Hahee terkejut, tenyata orang itu bukan Sehun yang
sebenarnya. Kenyataan ini diperkuat dengan datangnya Sehun yang asli.
“Hahee, kau tadi kemana? Aku
dikan..tin. Ini anak kelas pada kenapa semua?” Sehun melambatkan bicaranya
karena bingung apa yang terjadi saat ia datang.
“Sehun, aku mencarimu.
Kemana?” Hahee mencoba mengalihkan suasana dan keadaannya yang malu. Dan salah
satu dari isi kelas yaitu Kai mengeluarkan suaranya,
“Mwo?! Sehun-ah, k-kau mirip
dengan Luhan. Sungguh,” beberapa anggukan dari teman - teman sekelas menyusul setelah ucapan Kai
tadi,
“Kalian kembar?” tanya Kim
Ye Rim ke Luhan yang sedang ia ajari salah satu mata pelajaran kelas. Dan Luhan
pun menghadapkan badannya ke arah Sehun dan Hahee yang masih berdiri
dibelakangnya.
Keduanya sempat diam sejenak dan
terkejut satu sama lain.
“Kau siapa?” tanya Sehun
bingung,
“Ini anak baru yang kau
bilang tadi, Sehun,” ujar Hahee yang terus menundukkan kepalanya karena malu, “..maafkan aku ya tadi. Aku
kira kau itu dia,” ujar Hahee sambil menunjuk ke arah Sehun yang berdiri
disampingnya. Dan Luhan membungkukkan badannya juga,
“Ne, gwaechanayo.” Luhan
menjawab permintaan maaf Hahee terhadapnya, Hahee hampir pingsan karena
mendengar jawaban dari Luhan karena terlalu ramah orangnya.
“Kau duduk dimana?” tanya
Sehun sok akrab,
“Disana,” jawab Luhan
menunjuk ke arah salah satu bangku,
“Mwo?! Itu bangku ku, siapa
yang menyuruhmu duduk disitu?” Sehun terus komat kamit ke murid baru,
“Aniyo, aku duduk
disebelahnya. Aku disuruh Pak Han, wali kelas yang baru kita.” Luhan
menjelaskan dengan sangat lengkap, Sehun yang malu telah membentak Luhan
langsung merangkulnya dan duduk dibangku mereka.
“Kau ikut denganku ya, mari kita
rayakan pertemuan pertama kita,” ujar Sehun, Ye Rim hanya melihat mereka
berlalu dan...
“Sehun, sehun-ah. Dia sedang
belajar denganku, jangan ganggu dulu.” Ye Rim pun akhirnya memarahi Sehun,
“Ya, nanti dulu ya. Anak
baru tidak boleh belajar terus, nanti dia bisa pusing. Sudah ya,” jawab Sehun
dengan wajah yang membuat orang kesal.
Hahee yang duduk disebelah Kai hanya
bisa saling tertawa melihat tingkahnya. Sharon duduk disebelah Baekhyun karena
Chanyeol belum kembali dari Paris, dia masih harus melakukan beberapa tes
universitas disana.
Pelejaran pertama pun dimulai, Pak Han
masuk menggantikan wali kelas sebelumnya karena sesuatu hal.
“Baik, perhatian semua. Kita
kedatangan murid baru, sebagian dari kalian mungkin sudah ada yang mengenalnya
karena dia sudah mengikuti ektsrakurikuler disekolah ini. Untuk Luhan
dipersilahkan memperkenalkan diri,” Pak Han mempersilahkan Luhan berdiri
disampingnya,
“Annyeong haseyo, Jeoneun Xi
Luhan imnida,” ujar Luhan membungkukkan badannya,
“Ne, annyeong haseyo,” sahut
semua isi kelas,
“Kalian bisa memanggilku
Luhan. Bangapseumnida,” Pak Han pun menyuruh Luhan untuk kembali lagi ke tempat
duduknya. Semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan semestinya. Tak
terasa bel istirahat pun berbunyi, dan wajah ketegangan setelah pelajaran
Fisika pun nampaknya mulai sirna sedikit demi sedikit.
“Hahee, mau makan apa? Aku
lapar banget nih,” ujar Sharon dari bangku belakangnya,
“Ayo ke kantin, aku juga mau
ke kantin.” Hahee mengajak Sharon yang merengek karena kekurangan nutrisi.
Hahee tidak lupa mengajak Kai yang duduk disebelahnya, dia sedang asyik bermain
games di gadget nya.
“Kai,” panggil Hahee,
“Hmm..” Kai menjawab tanpa
memandang Hahee sedikitpun,
“Issh..mau ikut tidak?” ujar
Hahee mulai kesal,
“Kemana?”
“Ke kantin, mau tidak?”
“Aku tidak tahu, aku sedang
main. Sedikit lagi deh, nanti aku menyusul.” Kai benar - benar membuat Hahee
kesal.
“Baekhyun, Sharon ayo,”
Hahee mengajak kedua temannya saja ke kantin, dan tak lupa mengajak Sehun dan
teman baru kita, Luhan.
“Luhan, Sehun, sudah jangan
belajar aja. Ayo ke kantin, ini udah istirahat loh.” Hahee mencoba mengajak
mereka dan mereka berdua mau ke kantin bersama. Kai yang mendengar Sehun diajak
ke kantin, dia segera merelakan permainannya kalah. Dan segera
mengikuti mereka yang akan makan bersama di kantin, tentunya dengan yang
lainnya.
“Hahee, tunggu! Aku ikut,”
teriak Kai,
“Ayo cepat, aku lapaaar
Kai!!!” rintih Sharon yang kesal,
“Iya iya sabaar,” Kai
menyusul Hahee dan yang lainnya. Dan mereka pergi bersama ke kantin dengan hati
yang riang. Ini kaya anak TK lagi
rekreasi ya??
Dikantin, tempat semuanya penuh.
Biasanya memang mereka dapat tempat tapi berhubung pelajaran Fisika terlambat
istirahatnya, mereka belum sempat menandai tempat. Kai punya ide cemerlang,
“Hei, gimana kalau aku,
Hahee, Sharon memesan makanan. Kalian diam saja dilapangan, nanti kita bawa
makanannya kesana. Bagaimana?” ujar Kai,
“Kau tidak ingat, karena kau
juga kita dihukum membersihkan lapangan. Kau membuang sampah gak pada tempatnya
kan?” Sharon mencoba mengingat masalah yang lalu. Kai hanya bisa tersenyum
mengingat itu,
“Ya maaf. Kan aku waktu itu
lupa,” mohon Kai,
“Ssstt..sudah sudah, kalian.
Aku dan Sehun memesan, kalian duduk disini sampai ada bangku yang kosong. Ayo
Sehun,” ajak Hahee sambil menjulurkan tangannya ke Sehun. Kai hanya melihat
tangan mereka berpegangan dan pergi ke tempat pemesanan.
“Usaha kau failed lagi ya,
turut berduka cita kawan,” goda Baekhyun yang duduk disebelah Kai,
“Gak ada kerjaan
selain meledekku?”
Kai memukul kepala Baekhyun, “Aduh!” rintih Baekhyun, Sharon pun melerai mereka
berdua.
“Sudahlah, kalian sudah
remaja. Malu dilihat orang lain, lihat Luhan aja tenang begitu. Kenapa kalian
jadi rusuh begini?” ujar Sharon yang duduk diantara Baekhyun dan Kai. Luhan
hanya tersenyum melihat Kai dan Baekhyun,
“Tidak apa - apa, aku sering
seperti itu dulu di sana. Hidup jangan terlalu serius, nanti bisa cepat tua
loh,” ujar Luhan sambil tersenyum manis,
“Oh ya? Tuh Sharon dengerin,
nanti kamu cepat tua loh lihat kulitmu ini, kasihan dia.” kata Baekhyun
memegang kulit pelipis Sharon,
“Iya benar, nanti kau cepat
dipanggil nenek oleh saudaramu. Iiihh..” sahut Kai,
Sharon langsung memegang wajahnya dan
menggeleng - geleng, dia tidak mau terjadi sesuatu seperti apa kata Luhan tadi,
“Kau bercanda?” tanya
Sharon,
“Ani, aku tahu dari ibuku.
Dia sering tersenyum, dan memang terlihat lebih muda dari umurnya. Jadi aku
percaya itu,” ujar Luhan dan mereka semua memandang Luhan dengan serius.
“Kalian kenapa? Jangan
seperti itu,” Luhan menepuk bahu Baekhyun,
“Hahaha, kau takut ya?
Dipandangi dengan makhluk extra ordinary seperti kita ini?” goda Sharon, dan
Luhan hanya bisa tertawa dan bilang kalau dia ngga sama sekali takut. Mereka
memang sedang asyiknya berbincang sampai tak sadar Hahee dan Sehun berdiri
diantara mereka. Hahee duduk diantara Sharon dan Kai sedangkan Sehun memilih
duduk disebelah Luhan.
“Kalian sedang membicarakan
apa?” tanya Hahee,
“Ada deeh,” Sharon dan yang lainnya
tersenyum geli. Hahee tampaknya langsung memasang wajah sebal, dia kurang suka
dengan sesuatu yang rahasia dibelakangnya.
Makanan yang ditunggu - tunggu akhirnya
datang juga, Sharon dan Baekhyun segera melahap makanannya. Hahee dan Sehun
saling bertukar - tukar makanan sedangkan Kai hanya bisa melihat peristiwa itu
didepan matanya. Makanannya dia mainkan, selera makannya jadi berkurang tapi
Luhan langsung menahan tangannya. Luhan menyuruh Kai untuk tidak memainkan
makanan yang ada dihadapannya. Dan keadaan menjadi damai dengan sendirinya.
Hari pun berakhir dan berlalu seiring waktu yang terus berjalan.
***
To Be Continued......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar