Senin, 06 Oktober 2014

History of Angel - ff Kai EXO (Chapter 4 - Episode 3)



SUB JUDUL III
Kau Datang, Kau alihkan ceritaku...
당신이 와서, 당신은 이야기를 전환 ...

Saat Hahee terbangun, ia tersadar kalau ini kamar rumah sakit. Ia lihat sekelilingnya perlahan-lahan, tidak ada seorangpun kecuali suara sibuk para perawat dibalik tirai tempatnya tidur. Dia kembali merebahkan tubuhnya di pembaringan. Sesekali memejamkan mata menghilangkan rasa pusing yang masih terasa, lalu ia mencoba untuk tidur. Samar dari matanya terlihat tirai terbuka dan seseorang masuk dan duduk disisinya. Setelah merapikan makanan, orang tadi menutup kembali tirai dan Hahee membangunkan dirinya sambil memegang kepalanya yang masih sakit.
            “Hei, jangan banyak bergerak dulu. Kau mau sembuh apa tidak?” ujar orang itu. Hahee belum sempat menatapnya,
            “Memangnya kau itu siapa?” ujarnya, seketika mata Hahee terbelalak, ‘di-dia orang yang waktu itu dikamar mandi,
            “Hei kau, kenapa kaget seperti itu? Itu sangat berlebihan, lagipula kan kita pernah bertemu kan?” jawabnya dengan senyuman indah, “Oh iya, waktu itu aku belum sempat mengenalkan diriku, namaku Sehun, Oh Sehun” sesekali Hahee melemparkan senyumannya kepada Sehun.
            “Oh ya, aku Hahee, Jang Hahee. Senang berkenalan denganmu, oh kau yang waktu itu mendorong aku dan temanku masuk kedalam kamar mandi yang sempit itu?” kata Hahee,
“Hahaha, iya.....” dan mereka pun saling bercanda dalam pembicaraan mereka. Hahee melihat dahinya telah diperbani,
“Eh, dahimu kenapa, Sehun?” tanyanya,
“Ah? Ini? Ini cuma luka kecil, aku juga terjatuh. Aku sedang berjalan dan kau menabrakku, kau berlari seperti penjahat yang sedang dikejar oleh polisi. Hahaha”  jawab Sehun bercanda,
“Kau!! Emm tapi kau tidak apa - apa kan?” kata Hahee sambil mencoba menyentuh luka didahinya.
“Aaaaaaw!!!” teriak Sehun yang membuat perawat disekitarnya datang untuk memastikan sesuatu terjadi. Hahee membekap mulut Sehun, sambil menaruh telunjuknya di depan bibir Sehun. Dan saat perawat masuk,
“Eh? Ka-ka-kalian tidak apa - apa? Semoga keadaan kalian cepat membaik dan cepat sembuh. Dokter sudah datang memberikan hasilnya?” tanya perawat yang gugup melihat Hahee dan Sehun saling bertatapan.
“Saya permisi dulu, kalau terjadi sesuatu mohon tekan tombol alarm itu. Maaf mengganggu waktu kalian. Selamat malam,” dan perawat itupun berlalu dari hadapan mereka.
“Mwo?” Sehun mematung sambil melihat jari Hahee yang masih menempel didepan bibirnya. Lalu Hahee segera memindahkan jarinya dan meminta maaf.
“Mianhaeyo, Sehun-ah. Aku tak sengaja, gara-gara aku semuanya jadi kacau. Mianhaeyo,” ujarnya sambil menunduk malu.
“Ahh aniyo, gwaechana. Oh ngomong-ngomong kau kesini sampai tergesa-gesa seperti itu, ada apa sih?” tanya Sehun,
“Emm eobseo, kau?”
“Tidak mungkin kalau kau tidak tahu apa - apa. Aku disini sedang checkup, rumahku tidak jauh dari sini tepatnya diapartemen sebelah sana.” jelas Sehun,
“Oh haha, aku kesini sebenarnya mau cari tahu. Apa sebenarnya, oppa ku itu adalah orang yang dimaksud oleh Kai.” ujar Hahee,
“Kai?” tanya Sehun heran,
“Ah~ maaf ya, aku belum perkenalkan mereka. Tapi nanti kau akan tahu Kai kok, disekolah. Kapan kau mulai masuk sekolah?” kata Hahee sambil mengupas buah untuk Sehun.
“Nanti, kalau bukan besok mungkin lusanya lagi. Haha, kau ini, kau tidak merasa aneh?” ujar Sehun,
“Mwo? Apa, ada apa?” jawab Hahee terheran dengan keadaan sekelilingnya.
“Bukan apa - apa, kau yang sakit kenapa jadi kau yang mengupas buah untukku?” tanya Sehun,
“Dahimu juga sakit. Tidak sepantasnya aku sudah kau rawat tapi aku tak membalas. Jadi aku melakukan ini. Emm sudah, dimakan ya” ujar Hahee sambil memberikan buah hasil kupasannya itu ke Sehun. Sehun pun tersenyum melihat semua kejadian yang terjadi.
“Terima kasih, hehe. Kau baik sekali, kau tidak takut kalau misalnya aku sebenarnya orang jahat?” tanya Sehun,
“Aniyo, aku yakin kau orang baik. Lagipula kalau memang kau jahat, kenapa kau bawa aku ke IGD seperti sekarang?” tungkas Hahee,
“Oh iyaya, baiklah kalau begitu. Sekarang aku yang akan nengupas buah untukmu ya.” Lalu Sehun mengambil pisau dan sebuah apel hijau. Hahee dan Sehun bercanda bersama, mereka saling bertukar cerita tapi salah satu ceritanya dia, mengenal Kai dengan baik, apa hubungan mereka? Hahee membiarkan pikiran - pikiran anehnya berlalu dari kepalanya. Waktu menunjukkan waktu 2 dini hari, Sehun dan Hahee sudah tertidur pulas. Mereka menunggu hasil analisa dari dokter IGD selanjutnya harus bagaimana. Tak lama, dokter meminta Sehun untuk keluar melihat hasilnya.
“Dia tidak mengalami apapun. Hanya saja, dia harus lebih tenang, karena setelah kami analisa, keadaan jantungnya lemah. Jangan sampai dia panik seperti tadi, jangan terlalu banyak masalah.” ujar dokter itu,
“Memangnya kenapa dok?” tanyanya,
“Dia bisa terkena serangat jantung. Tapi ini masih hal kecil, tapi sebaiknya kita hindari saja lebih awal.” jelas dokter,
“Oh begitu, baik dokter akan saya usahakan,” ujarnya sambil membungkukkan badannya.
“Baiklah, jika tidak ada yang mau ditanyakan. Silahkan beristirahat kembali,” Sehun kembali ke ruangan Hahee. Dia mencari handphone Hahee dan menelepon kakaknya Hahee agar menjemput. Setelah Sehun menghubungi kakaknya, ia segera pulang dan berpamitan ke Hahee yang sedang tidur.
“Aku pulang ya, Hahee. Istirahat yang banyak, cepat sembuh ya” dia mencium kening Hahee sebagai salam perpisahan, Sehun pun berlalu dari ruangan Hahee.
Pagi harinya, Hahee terbangun dan sudah mendapati dirinya dijaga oleh Suho oppa. Ia pun membangunkan oppa nya yang tertidur pulas.
“Oppa? Suho oppa? Bangun,” bisiknya sambil mengguncangkan badan Suho oppa,
“Ah? Kau sudah bangun? Syukurlah,” ujar Suho oppa sambil mengucek matanya,
“Bagaimana denganku kata dokter?” tanya Hahee,
“Gwaechana, kau sudah boleh pulang pagi ini, kau mau pulang sekarang?” Hahee mengangguk, Suho oppa pun bangun dari kursinya dan membawakan tas Hahee. Mereka berdua berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang hening karena masih subuh. Hahee menanyakan beberapa hal yang ada dipikirannya, tentang Suho oppa semalam.
“Ah~ oppa hanya ingin mencari udara segar setelah rapat dadakan itu,” jawab Suho oppa,
“Tapi, kenapa semalam aku melihat mobil oppa sedang parkir di rumah sakit ini?” tanya Hahee,
“Ah tidak mungkin, kenapa kau disini semalam?” Suho oppa bertanya kembali dan Hahee menjawabnya dengan jujur,
“Oh begitu, aku kira itu kau, oppa. Kemarin malam aku mengikuti mobil yang mirip dengan mobil oppa. Jadi aku ada disini, hehe mianhae oppa, tapi syukurlah kalau itu ternyata bukan oppa” jelas Hahee, Suho oppa tidak menjawabnya. Hahee semakin yakin, kalau memang Suho oppa itu orang yang Kai maksud dan dia mengalihkan pembicaraan,
“Oppa? Kau bertemu dengan orang yang menjagaku semalam?” tanya Hahee,
“Tidak, oppa tidak bertemu dengannya. Dia bilang sedang terburu-buru harus pulang, jadi oppa bilang terima kasih hanya lewat telepon,” jelas Suho oppa,
“Oppa dapat nomor handphonenya?”
“Tidak, dia kan menelepon dengan handphone mu. Sudah ayo naik ke mobil,”
Hahee ingin bertemu dengan Sehun hari ini, tapi dia harus beristirahat hari ini. Tapi biarlah mungkin Sehun bukan masuk ke kelasnya. Hahee teringat sesuatu, Sehun bilang tadi malam kalau rumahnya tidak jauh dari rumah sakit ini.
            “Oppa, kau mau mengantarku tidak?” rajuk Hahee,
            “Kau mau kemana? Kau harus istirahat, kau ingat kalau kau banyak riwayat sakit nanti kau tidak dapat lolos universitas negeri nantinya.” Suho oppa menjelaskan kepada adiknya yang sedang merengek itu,
            “Ayolah oppa, aku mau mencari apartemen tempat tinggal temanku, boleh kan?” ujar Hahee dengan memasang senyuman itu yang membuat Suho oppa tidak bisa menolaknya kalau sudah seperti itu.
            “Baiklah,” merekapun segera menyusuri beberapa kompleks apartemen. Didekat rumah sakit dan dekat kantor Suho, Suho sendiri bingung apartemen yang mana karena yang dia tahu apartemen disekitar itu lebih dari satu. Mereka terus melihat apartemen yang kemungkinan ditempati oleh anak sekolahan, dan semuanya tidak ada. Dan sampai diapartemen yang terakhir, Suho dan Hahee turun dari mobil sambil menatap gedungnya.
            “Ini kompleks terakhir Hahee, tapi ini terlalu exclusive class untuk murid seumur kau tinggal disini,” kata Suho oppa,
            “Aigoo, oppa. Benar, ini terlalu mewah untuknya ya,” Hahee terus mendenga ke atas gedung. Suho oppa menarik tangan Hahee agar segera mencari keberadaan temannya itu. Setalah sampai didalam, Hahee mendorong Suho oppa agar bertanya ke bagian informasi untuk bertanya seperti yang sebelumnya dilakukan diberbagai tempat. Suho oppa langsung memasang wajah cool dan membenarkan suaranya, “ekhhm..” dan ia menghampiri meja informasi.
            “Ada pemilik kamar yang bernama Sehun?” tanya Suho oppa, sejenak petugas wanita itu melihat komputernya untuk mencek nama.
            “Ada. Apakah hubungan anda dengan Sehun?” Suho bingung harus bilang apa, dan hanya bilang mau mengantar adiknya yang ingin bertemu dengannya. Wanita itu pun segera menanyakan lebih lanjut, menanyakan nama lengkap, umur, bekerja dimana, dan ada keperluan apa yang membuatnya datang kesini. Suho oppa menjawabnya dengan jujur, dan wanita itu menolak memberikan informasi.
            “Maaf, kami tidak bisa memberikan informasinya. Karena kami mendapatkan anda tidak memiliki janji atau daftar orang yang dikenal pemiliknya.” Ujar wanita itu dengan wajah ramah,
            “Tidak mungkin, pemilik kamar kan masih berstatus siswa SMU. Sampai dipakai proteksi seperti itu?” Suho oppa bingung,
           “Maaf, klien kami Kim Sehun berumur 38 tahun dan tidak memiliki seorang anak SMU.” Suho oppa bingung, dan akhirnya menyerah dan memberi tahu kalau orang yang dia cari ternyata bukan pemilik kamar. Suho menghampiri Hahee yang sedang duduk dan mengajaknya pulang. Mereka pun pulang ke rumah dengan perasaan lelah dan kecewa menjadi satu. Ditengah perjalanan, Hahee melihat seseorang mirip Sehun berjalan. Setelah mobil menepi, ternyata itu bukan dia. Hahee merasa bosan diam dimobil saja, dia mengajak Suho oppa untuk mengobrol,
            “Oppa, kau kenal tidak, orang yang tampan dan pintar itu. Yang disekolahku, namanya Kai,” Hahee menepuk bahu kakaknya,
            “Ka-Kai? Oh, aku tahu. D.O pernah cerita padaku. Memangnya kenapa dengan dia?” wajah Suho berubah menjadi serius,
            “Oppa? Kau kenapa? Oh, Kai itu baik sekali. Dia pernah membelaku didepan kakak kelas wanita yang menggangguku lho.” Hahee tersenyum terus menerus. Suho hanya terdiam mematung sambil tetap memandang kedepan. Dia lebih memilih konsentrasi menyetir dibanding harus mendengar cerita tentang Kai. Dia masih mengingat kebohongan yang dibuat oleh Kai kepadanya tiga tahun yang lalu.
            “Kau masih saja membicarakannya, kau suka dengannya?” tanya Suho oppa dengan intonasi yang ramah,
            “Mwo? Naega? Tidak mungkin, aku itu suka orang yang seperti emm..”
            “Seperti dia? Iya?” tebak Suho, wajah Hahee memerah dan dia tidak bisa menyembunyikan wajah itu dari kakaknya,
            “Tidak, aku tidak menyukainya oppa. Benar, sungguh aku tidak berbohong pada kau, oppa. Lagipula katamu aku harus serius belajar, jadi aku tidak memikirkan itu.” Hahee menjawabnya serius dengan menahan rasa malu itu.
            “Benar? Syukurlah, kalau begitu aku akan mengajakmu makan di restoran didepan sana, aku yang traktir haha” kata Suho mencoba menggoda adiknya,
            “Hei, lagipula memang kau yang selalu mengeluarkan uang, oppa. Jangan meledekku,” jawab Hahee memalingkan wajahnya dari pandangan Suho. Suho hanya bisa tertawa sambil menatap ke depan. Perjalanan dari kantor Suho ke rumahnya memakan waktu 3 jam, cukup membuat mereka kelaparan dijalan setelah sarapan tadi pagi. Itulah sebabnya Suho pulang kerumah dua hari sekali.
Sesampainya direstoran, Hahee dan Suho memesan dua porsi Kimbap spesial. Hahee tidak begitu menyukai Kimbap, jadi dia juga memesan satu porsi bulgogi. Mereka menyantapnya dengan lahap dan seakan - akan lupa kalau mereka berdua punya satu saudara lagi yang mungkin sekarang sedang susah makan. D.O sedang diet ketat karena ingin mendapatkan tubuh seperti Siwon Super Junior.
            “Oppa, kau tahu tidak? D.O oppa kan sedang menjalani diet ketat loh,” bisik Hahee,
            “Yang benar kau? Mana mungkin dia mau melakukan itu, bukannya dia sudah cukup untuk dibilang ideal?” jawab Suho heran,
            “Benar, oppa. Kalau kau tidak percaya, kau datangi kamarnya disana berserakan buku herbal dan menu vegetarian. Dia juga ikut gym loh, ada kartu member dikamar hohoho,” ujar Hahee sambil memasukkan daging yang dibalut selada, Suho hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh dongsaengnya.
            “Kau habiskan dulu makanannya, baru kau boleh bicara lagi. Mwo? Gym? Aku saja jadi kakak kalian tidak terlalu suka dengan gym.” kata Suho,
            “Memang jarang gym, tapi kau sering sekali bermain golf kan? Itu sama saja gym sepuluh kali, oppa.” maksudnya Hahee adalah biayanya, bermain golf sama dengan 10 kali gym. Hahee merengut melihat oppa-nya dan mengambil satu potong Kimbap yang ada dimeja. Suho nampaknya hanya bisa tertawa kecil mendengar celoteh adiknya itu. Setelah mereka selesai makan, mereka langsung mengambil langkah kembali kerumah.
Sesampainya dirumah, Suho oppa langsung memeluk tempat tidurnya yang ia rindukan selama dua hari, kebetulan hari ini hari Sabtu jadi Suho libur kerja. Hahee segera membaringkan dirinya ditempat tidur. Dia memikirkan sekolah, baru kali ini Hahee memikirkan sekolah sampai seperti ini. Kali ini bukan tentang pelajaran, tapi entah apa yang membaluti pikirannya. Dia berharap jika ada sesuatu terjadi disekolah, agar terjadi hari ini saja.
            “Aku tidak mau memikirkannya, makanya aku berharap hari ini saja terjadinya.” Hahee mengomel dibalik bantal yang menutupi wajahnya. Tak terasa Hahee ketiduran sampai tak terasa sudah sore hari. Ia dibangunkan oleh dering sms dari handphonenya, kalau tidak ada sms mungkin dia tidur sampai malam. Hahee segera membuka beberapa pesan yang masuk, sms pertama datangnya dari Sharon,
            Kenapa kau tidak masuk sekolah hari ini? Kudengar kau sakit ya, cepat sembuuuh ya Hahee. Aku menyayangimu, hehehe..oh ya, kau sudah tau belum pacarnya Kai sekarang? Tadi dia menggandeng anak baru loh mereka sekelas. Namanya Kim Chaerin, dia cantik loh pantas saja Kai tidak pernah mau memberitahu kita.” Hahee sedikit terkejut membaca sms dari Sharon, tapi apa mau dikata Hahee itu memang bukan siapa - siapanya Kai.
Yang kedua ini smsnya datang dari temannya Byun Baekhyun,
            Hahee Hahee temanku yang bodooh cengeng. Kenapa kau bolos hari ini, wah aku laporkan ke walikelas kita loh, Bu Lee. Hahah jangan dianggap serius, aku hanya bercanda. Hey kau harusnya datang, saudaraku datang ke sekolah loh. Kasihan yah kau, masih belum bisa melihat saudaraku yang tampan itu. Oh ya, cepat sembuh Hahee temanku yang pintar! Ayo sembuh, KAJJA!!” sms Baekhyun sedikit mengobati hati Hahee yang rusak karena pesan Sharon tentang Kai itu. Hahee jadi penasaran dengan hari Senin, “aduh bagaimana ini?” Hahee terus memegang kepalanya. Hahee mengambil boneka pemberian Kai,
            “Kai-ah, sebenarnya kau ini kenapa? Kau begitu baik denganku awalnya, mengapa kau ternyata mencintai orang lain. Lagipula Chaerin, Kim Chaerin itu siapa ya? Aku penasaran,” ujar Hahee sambil mencubit kedua pipi boneka itu, Hahee terdiam karena teringat tentang orang yang bernama Kim Chaerin itu. Hahee ingat kalau Chaerin itu orang yang membantunya bangun waktu terbentur tembok. Aku kira dia orangnya baik tetapi kenapa dia bersama Kai? Mungkin saja dia tidak tahu kalau aku suka dengan Kai, ini juga salahku dari dulu mengulur perasaanku pada Kai. Hahee terus bergumam, sampai akhirnya dia juga menyadari satu hal lagi. Bagaimana cara temannya tahu kalau dia sedang sakit? Bisa saja kalau tanpa keterangan aku akan alpa. Siapa yang memberitahu ya, mungkin saja D.O oppa atau Suho oppa.
Hahee mengerjakan tugas untuk hari Senin, tugas yang harus dikumpulkan setiap awal minggu. Suho oppa mengetuk pintu kamar Hahee,
            “Ne, tidak dikunci kamarnya, oppa. Masuk saja,” teriak Hahee yang sibuk menghadap bukunya dimeja belajar. Karena pelajaran Bahasa Inggris dia harus susulan sendiri hari Senin nanti.
            “Hahee, kau sibuk?” tanya Suho oppa,
            “Aniyo, oppa. Memangnya ada apa?” Hahee memutar kursi belajarnya dan menghadap kearah tatapan oppa-nya.
            “Apa kau menyukai Kai? Kalau iya, oppa harap kau jangan melanjutkannya. Aku takut kau sakit hati dengannya. Kau tahu, wanita yang pernah menjadi pacar oppa, Kim Sohee, kau tahu dia meninggal?” tanya Suho,
            “Aku tahu, dia meninggal. Kau memberitahuku, oppa. Kita juga kan bersama ke makamnya, dan ti---” Hahee sadar, ‘ti-ba disana sudah tidak ada dirumah duka!' ujarnya terkejut dalam hati.
            “Ya, tidak ada. Karena sebenarnya dia tidak meninggal, Kai merekayasa ini semua.” Suho oppa tampaknya menahan kesedihannya,
            “K-kai?” Hahee bingung,
            “Dia adiknya,” ujar Suho oppa singkat,
            “A-adiknya? K-kai?” Hahee gemetar mendengar nama Kai adalah adiknya Kim Sohee, berarti yang selama ini dia ceritakan adalah Sohee eon, calon tunangan Suho oppa? Hahee lemas, ia menyandarkan dirinya di sandaran kursi.
            “Kau kenapa? Tidak apa - apa?” Suho oppa khawatir,
            “Gwaechanayo, oppa. Emm oppa, aku ingin istirahat dulu. Kepalaku pusing,” lalu Suho oppa menuntun Hahee ke tempat tidur. Ketika Suho hendak beranjak, tangannya ditarik Hahee,
            “Oppa, maafkan aku ya. Aku jadi tidak bisa mendengarkan ceritamu seluruhnya. Hanya saja aku merasa tiba - tiba pusing dan tidak sehat. Mianhaeyo, oppa.” Hahee sedih melihat oppa-nya masih memendam cerita itu dibenaknya. Suho oppa duduk kembali dan mengusap kening Hahee,
            “Tidak apa - apa, oppa tak memaksamu untuk mendengarkannya kan? Hahaha, sudah lupakan, anggap saja tadi oppa sedang bercanda. Oppa juga ingin istirahat, selamat tidur ya Hahee,” Suho menatap Hahee dengan tatapan yang sangat hangat.   
            “Oppa,”
            “Apa?”
            “Selamat mimpi indah,” Hahee tersenyum,
            “Kau juga,” dan malam itu berlalu dengan tenang. Keheningan malam hari membuat semua pikiran berelaksasi dengan suasana ketenangan dan kenyamanan.


***

Pagi hari sekali, Hahee sudah bangun lebih awal daripada kedua kakaknya. Dia berencana memasak sarapan untuk mereka berdua. Dia sudah mencari resep diinternet yang paling mudah. Musim panas spesial seperti ini, sepertinya enak kalau makan sarapan sup hangat. Dia akan memasak Samgyetang. Hahee kurang yakin bagaimana rasanya masakan itu kalau sudah jadi, tapi setidaknya dia tahu cara memasaknya bagaimana.
            “Ahh selesai!! Akhirnya jadi juga, kira - kira aromanya mengundang selera mereka tidak ya?” ujar dia sambil meletakkan mangkuk supnya dimeja makan. Kemudian Hahee mendatangi kamar kedua oppa-nya,
            “Oppa? Suho oppa?” Hahee tidak melihat Suho oppa ditempat tidurnya, Hahee segera mencarinya. Ketika Suho oppa muncul Hahee merasa lega,
            “Suho oppa, sarapannya sudah siap. Ditunggu,” Hahee melempar senyuman manisnya, lalu oppa-nya mengangguk dan tersenyum padanya. Kemudian Hahee segera datang ke kamar D.O oppa,
            “Oppa, ooopppaa...” Hahee terus mencari kedalam karena tidak ada jawaban.
            “Kau dimana?” lalu Hahee membuka pintu kamar mandi,
            “Haaaaa!!” teriak Hahee,
            “Haaaaa!!” teriak D.O oppa, “Kau sedang apa?” teriak D.O oppa dari balik pintu kamar mandi yang ditutup kembali oleh Hahee saat kaget tadi.
            “Tidak apa - apa oppa, aku cuman mau kasih tau kalau sarapannya sudah beres, ayo makan bersama.” Hahee menjawabnya dengan memejamkan matanya,
            “Kau yang masak? Kau yakin, apa tidak salah dengar? Memangnya sudah pasti enak? Aku takut ah kalau nanti aku disekolah mual dan sakit perut, nanti bagaimana? Hahaha” katanya sambil memakai kaus didalam kamar mandi, dia mencoba menggoda Hahee. Hahee langsung memasang wajah kesal diluar kamar mandi.
Saat D.O keluar kamar mandi, dia langsung memutar badan adiknya menghadap kehadapannya,
            “Aku bercanda, Hahee. Jangan marah, aku akan makan makananmu. Pasti! Sekarang kau keluar kamarku ya,” kata D.O oppa,
            “Kenapa oppa mengusirku? Apa karena makananku lagi?” Hahee heran,
            “Karena aku mau pakai baju seragam dulu dong!” katanya sambil mendorong Hahee keluar kamarnya,
            “Hehe iya iya, maaf oppa.” Hahee langsung ke kamarnya, dia merapihkan barang bawaannya ke sekolah. Setelah itu dia bergegas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
10 menit kemudian, ketika Hahee sedang sibuk memakai seragamnya. Handphonenya berdering, awalnya dia mengira itu hanya pesan tapi terus saja berdering berarti itu panggilan. Hahee berlari menghampiri handphonenya di balik selimut,
            “Yeobseo? Hahee yayo,”
            “Ahh~ Hahee, ini aku Sharon. Ayo kita berangkat bersama, aku menunggumu didepan rumah ya,” Sharon langsung menutup teleponnya, segera Hahee berlari keluar rumah tanpa merapihkan rambutnya yang belum disisir.
            “Sharon-ah, ini terlalu pagi. Ayo sarapan dulu,” ajak Hahee,
            “Emm, boleh juga, kebetulan aku belum sarapan. Rencananya sih aku mau mengajak kau ke kedai belakang sekolah yang waktu itu aku datangi dengan yang lainnya. Tapi biarlah, irit juga lumayan hehehe.” Sharon berjalan mengikuti Hahee yang berjalan didepannya.
“Ya irit dibanding jajan dikantin sekolah. Lebih baik kau makan saja dirumahku, ini akan lebih irit kaan?” dan mereka berdua berjalan sambil tertawa bersama memasuki kedalam rumah. Hahee memberikan kursi Sharon disebelah kursi D.O, rencananya Hahee mau memberi kejutan ke kakaknya itu. Ketika D.O datang ke meja makan,
“M-mwo? Siapa itu!” tanya D.O dalam hati sambil melihat Sharon yang duduk disebelahnya, lalu D.O langsung menarik Hahee yang berdiri disebelahnya,
“Hahee, kenapa dia ada disini?” tanyanya merengut,
“Emm, biarlah. Dia kan juga aku rekrut jadi juri masakanku, maaf ya oppa, aku belum bilang,” jawab Hahee sambil tersenyum, D.O hanya bisa merunduk malu. Hahee mendorong D.O agar duduk dikursi makan. Untuk mensterilkan suasana hatinya, D.O mengajaknya berbicara lebih dulu,
“Sharon, kau sudah rapih sekali pagi hari begini?” ujarnya gugup,
“Ne, tadinya aku mengajak Hahee berangkat lebih awal, tapi nyatanya aku diajak Hahee kesini, kata Hahee aku disuruh mencoba masakannya,” jawab Sharon,
“Wah, kau berbeda sekali dengan Hahee, jam segini saja dia baru selesai mandi. Mwo? Kau yakin mau mencoba masakannya? Kau tidak khawatir dengan kesehatanmu nanti disekolah haha,” kata D.O sambil melirik licik ke arah Hahee yang sedang mengambil supnya ke dalam mangkuk untuk Sharon.
“Ya ya ya, lebih baik sakit perut disekolah karena keracunan makanan daripada harus sakit perut karena gugup bertemu seseorang? Emm mungkin lebih disebut keracunan cinta,” balas Hahee sambil tersenyum dengan tatapan licik melihat ke arah oppa-nya itu. Dan mereka berdua saling bertatapan serius, Suho berusaha melerai mereka.
“Hey hey, sudahlah. Kalian itu sedang apa, sekarang waktunya kita sarapan kan? Selebihnya setelah ini kalian boleh lakukan apa saja.” Suho oppa menunda makannya untuk memberi tahu kepada adik - adiknya.
“Mianhae, oppa. Habisnya D.O oppa sudah lebih dulu meledekku, jadi aku meledeknya lagi. Memangnya seburuk apa sih rasa masakanku?” Hahee mengomel, lalu ia duduk disamping Suho. Sharon hanya bisa tertawa dan membisiki D.O,
“Kyung oppa, kau seharusnya mengalah dulu. Kau kan pasti tahu, Hahee itu masih seperti anak - anak dan ingin diperhatikan terus. Berikanlah sesekali perhatian kepadanya,” bisik Sharon merapat ke D.O, dan dia terkejut. Ada dua hal yang membuatnya terkejut, pertama dia menasihatinya, ini membuat sesuatu yang terkonsep dipikirannya. Kedua dia menyadari, Sharon memanggilnya “oppa” dan membuatnya bahagia setengah mati. Ketika D.O melahap satu suap masakan Hahee, dia langsung tercengang dibuatnya,
            “Eomma, ini seperti masakanmu dulu. Aku rindu masakannya,” ujar D.O sambil sedikit tegar dan merunduk menatap kearah mangkuknya, dengan menahan rasa sedih D.O meneruskan makannya. Tapi sesekali dia menyeka air mata yang jatuh dipipinya.
            “Oppa, kau tidak apa-apa?” Sharon menepuk bahunya,
            “Tidak, aku tidak apa-apa. Aku hanya sedih, tapi aku bahagia adikku bisa mengobati rasa rinduku pada eomma,” katanya sambil menangkat wajahnya,
            “Akhirnya kau tahu kan? Sebenarnya Hahee berusaha membahagiakan kakaknya, tapi kau malah mengejeknya, yasudah kalau begitu setelah sarapan ayo kita berangkat.” Suho bangun dari kursi makannya, dan jawaban anggukan dari mereka. Setelah sarapan, mereka bergegas ke depan rumah. Sampai diluar rumah, D.O kaget melihat mobilnya tapi dia hanya bisa diam. Hari ini Suho akan mengantarkan semua adiknya,
            “Hari ini sebagai hukumannya, kau naik bus saja pulangnya karena hyung sudah menjual mobilmu. Ayo cepat naik,” Suho menekan remote control mobilnya, dan semuanya tak segera masuk karena mematung tak terkecuali D.O yang masih bingung.
            “Kyung-ah, ayo masuk, tunggu apa lagi? Kalian juga, ayo naik cepat” mereka langsung masuk ke mobil daripada ditinggal oleh Suho. Diperjalanan, semuanya hening,
            “Kyung-ah, kau kenapa diam saja? Marah denganku?” tanya Suho meledek D.O yang diam saja,
            “Aniyo, aku tidak marah. Tenang saja, hyung.” D.O menjawabnya dengan nada yang tidak enak,
            “Kau ini, sebenarnya seperti ini ceritanya. Kau pernah bilang kau mau belajar diluar negeri. Kau tahu, aku tidak bisa memenuhi itu secara royal, aku hanya bisa membiayaimu kalau kau kuliah disini. Uang hasil penjualan mobilmu ada di rekeningmu, dan pesanku belajar mandiri agar terbiasa nanti disana. Hyung sudah mencarikan universitas untukmu, disana cukup baik.” D.O terkejut mendengarnya, dia kira hyung-nya itu akan mengabaikan perkataannya itu.
            “Hyung, kau..” D.O menatap Suho,
            “Sudahlah, kau tidak usah seperti itu. Itu sekolahmu sudah sampai, kyungsoo. Hahee, Sharon, kau tidak apa-apa turun disini? Oppa akan berputar arah disini, kau naik taksi saja ya, sebentar.” Suho turun mobil dan menyetop taksi untuk Sharon dan Hahee. Mereka berdua akhirnya meneruskan perjalanan menggunakan taksi. Sesampainya disekolah, Hahee dan Sharon segera pergi ke kelas mereka. Dari kejauhan, kelas mereka sudah dikerumuni banyak orang.
            “Permisi, permisi. Ada apa ini?” Sharon dan Hahee memaksa masuk dan ternyata mereka semua menunggu anak baru yang mau masuk kelasnya.
            “Mina, Lee Mina, tunggu.” Hahee memanggil temannya, “Ada apa sih sebenarnya? Memang anak barunya masuk ke kelasku?” sambung hahee
            “Iya, kau tidak tahu? Anak barunya itu mau masuk hari ini, tapi kami semua belum tahu kelasnya. Tapi kelihatannya hari ini dia tidak datang, Baekhyun belum datang,” jawab Lee Mina, teman satu angkatannya,
            “Mwo? BAEKHYUN? Byun Baekhyun? Memang apa urusannya?” tanya Hahee,
            “Dia saudaranya Baekhyun, kau tidak tahu?” Hahee merasa kenal dengan yang ia maksud karena sudah berulang kali diceritakan oleh Baekhyun sendiri. Lalu Hahee mengangguk, dan  Mina membuka pesan sms yang baru diterimanya. Mina langsung meminta ijin untuk ke kelasnya karena menurut anak yang lain murid baru itu tidak jadi datang.
Hahee segera meraba sakunya untuk mengambil handphonenya, lalu dia segera menghubungi Baekhyun,
            “Sharon, kau ikut denganku ya. Kita tunggu Channie dan Baekhyun dikantin saja. Tumben sekali mereka datang terlambat lebih daripada kita, ini sudah jam berapa?” ujar Hahee panjang sambil terus mengulang panggilan yang terputus daritadi.
            “Ini sudah jam 8, aneh juga ya. Ada apa dengan mereka berdua?” jawab Sharon yang ikut menyibukkan dirinya menghubungi Chanyeol juga,
            “Tunggu disini, emm tapi kita sebenarnya mau ngapain tunggu dikantin?” kata Hahee,
            “Iya ya, tidak mungkin kita menunggu tanpa membeli sesuatu kan.” ujar Sharon yang tampaknya bingung juga, jadilah mereka berdua berpikir sesuatu. Mereka merasa bingung karena dalam keadaan perut mereka sudah kenyang dari rumah tadi. Tak lama, ada seorang wanita dari kejauhan memanggil nama Hahee. Hahee mencari sumber suara itu, tapi tidak terlihat oleh pandangannya dan dia kembali fokus dengan telepon genggamnya. Suara langkah berlari mendekatinya, hentakan sepatu pentofel yang beradu dengan lantai mendekati Sharon dan Hahee.
            “Annyeong, kau Hahee kan, Jang Hahee. Kau masih ingat aku tidak?” ujarnya memperkenalkan diri.
            “Emm izinkan aku untuk mengingat. Emm kau itu Chaerin, Kim Chaerin kan? Sedang apa kau disini? Ayo silahkan duduk.” Hahee masih sedikit merasa lupa dengannya,
            “Terima kasih ya, kau masih tidak ingat ya? Aku kan yang pernah bertemu denganmu, aku kan pernah cerita kalau aku akan sekolah disini. Tidak jauh dari kelasmu, hahaha. Kau ini mudah lupa ya,........” ujarnya panjang, dan Hahee masih menyesuaikan diri. Hahee merasa masih canggung ngobrol dengannya.
Sharon yang belum kembali dari menelepon Chanyeol, memaksa Hahee harus panjang lebar berbicara dengan orang yang baru saja ia kenal.
            “Ya begitulah, mianhaeyo. Aku mudah lupa karena mungkin kita belum terlalu dekat, mungkin kita akan menjadi teman.” Hahee memberikan senyumannya ke Chaerin,
            “Iya benar, akan aku pastikan itu. Hey, kau sedang apa disini? Kau hanya sendiri saja, kau menunggu seseorang? Kau sudah makan, ayo pesan sesuatu aku yang traktir.” tawar Chaerin kepada Hahee yang masih terlihat canggung berbicara padanya,
            “Tidak, terima kasih. Aku sudah kenyang sarapan dirumah. Aku sedang menunggu temanku, itu temanku yang sedang menelepon, kau?” jawab Hahee sambil meletakkan handphonenya dimeja yang daritadi terus digenggamnya,
            “Ah, aku sedang menunggu pacarku, haha mungkin ini hubungan terlalu dini. Tapi memang kurasa dia sangat cocok untukku, emm mana ya? Dia lama sekali,” Hahee hanya merespon dengan wajah polos dan sesekali mengangguk. Tak lama, Sharon kembali setelah menelepon Chanyeol. Sharon yang melihat Hahee bersama orang lain segera bergabung. Namun tidak disangka, yang menemani Hahee berbicara adalah Chaerin, tentu saja Sharon terkejut.
Melihat Hahee tampak akrab dengannya, Sharon menghampiri mereka,
            “Hai, Hahee. Baekhyun sudah mengangkat teleponnya?” ujar Sharon sambil duduk disebelah Hahee, “Mwo? Kau, Chaerin kan?” ujarnya,
          “Hahaha, iya. Salam kenal ya, kemarin aku menumpahkan jusmu, aku masih merasa bersalah. Mau aku ganti?” tawar Chaerin dan Sharon tersenyum mendengarnya bicara,
            “Tidak usah, terima kasih aku sudah kenyang.” jawabnya dengan nada sedikit angkuh,
            “Oh kalau begitu, maaf mengganggu acara kalian berdua, aku akan menunggu dimeja lainnya.” Chaerin hendak pindah tempat,
            “Tidak usah, kau disini saja. Kita bicara bersama,” jawab Hahee, Sharon berusaha mengalihkan kesalahpahaman ini sebelum semakin parah.
            “Hahee, Chanyeol bilang kita tunggu dia di depan gerbang. Ayo cepat,” Hahee melepaskan genggaman Sharon, lalu membisikinya,
“Kau jangan membuatnya sedih, aku sudah terlanjur berjanji akan menunggunya sampai pacarnya datang, aku tidak enak.” bisik Hahee, “Tapi ini berbeda,” ujar Sharon,
“Kau dan aku tunggu Baekhyun disini, Chanyeol biar datang kesini ya,” ujar Hahee mempertahankan diri, kemudian Chaerin yang menghampiri pacarnya tadi diceritakan kepada Hahee dan Sharon,
“Kalian, ini pacarku yang aku bicarakan tadi, bagaimana? Hahee, cocok tidak?” Chaerin merangkul tangan pacarnya itu, dan ketika Hahee menengok ke arah Chaerin. Bagai petir menyambar, bagai gelombang laut yang memecahkan keheningan laut, inilah yang Hahee rasakan.
'Kk-kk--kau?' lirih Hahee dalam hati,
“Hai, aku Kai,” ujar Kai memperkenalkan diri didepan mereka berdua, seperti tidak pernah bertemu ini semua berbeda.
“Hahee, ini Kai. Kai, ini Hahee” Hahee hanya merundukkan kepalanya untuk memberi salam.
Dari tadi, Chaerin terus saja menunjukan kalau mereka itu pasangan yang serasi satu sama lain. Akhirnya Hahee menguatkan dirinya dan menjawab,
“Iya, cocok. Kalian serasi sekali, semoga hubungan kalian terus seperti ini,” ujarnya, Sharon yang melihatnya tidak tahan dan pura-pura menerima telepon dari Baekhyun,
“Ya, ada apa Baekhyun? Ne, kita akan kedepan gerbang, tunggu kami.” Sharon menutup teleponnya, dan mengajak Hahee pergi,
“Chaerin kami pamit dulu ya,”
“Kai kami pamit lebih dulu ya, annyeonghi gaseyo.” Hahee mendadak sesak napas saat meminta pamit Kai. Kai yang melihatnya mendadak sedih, dari tatapan matanya yang lirih tapi mencoba menutupinya dari Chaerin. Dikelas, Sharon memarahi Hahee,
“Hahee, kenapa kau tidak cerita saja sih ke Chaerin. Kalau kau itu sempat ada hubungan dengan Kai yang sampai sekarang belum jelas,” kata Sharon dengan intonasi yang tinggi.
“Ya, aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin merusak acara sarapan mereka,” jawab Hahee dengan intonasi lebih rendah,
“Kau kenapa sih selalu mengalah? Semoga kau akan mendapatkan orang yang lebih baik darinya,” jawab Sharon mengalihkan pandangannya dari Hahee, matanya sudah berkaca-kaca melihat temannya terlalu lemah untuk disakiti.
Bel sekolah berdering, jam menunjuk pukul setengah 9. Ini waktunya semua murid masuk, dan semua kursi terisi. Sebelah Hahee duduklah Baekhyun yang terengah-engah,
“Kau darimana?” tanya Hahee,
“Aku, aku tidak diantar supir. Supirku pulang kerumahnya, jadi aku izinkan. Jadi aku lebih banyak berlari dari rumah.”
“Oh, kau mau minum? Ambil saja ditasku,” Baekhyun mengangguk dan mengambil minum ditasnya,
Jam pertama setiap senin adalah kelas perwalian. Biasanya selalu ada kejutan, apalagi ini sudah mau semester dua. Kejutan kali ini adalah tukar kursi, Hahee berharap tidak duduk sendiri. Satu persatu, mereka semua sudah dapat pasangan duduknya. Dan ternyata hal yang ditakuti akhirnya datang,
“Jang Hahee..” panggil Bu Lee,
“Ya,” Hahee segera berdiri,
“Kau pindah ke kursi yang sebelah sana,” lalu Hahee pindah, dia merasa lega bukan dibelakang. Tapi ternyata, dia baru sadar kalau dia anak yang terakhir yang dipindahkan. Hahee memang merasa kecewa, kalau sendiri dia selalu ingat Kai dan mengingatnya itu membuat Hahee menderita.
“Kalian, mohon perhatiannya. Ibu berharap kalian bisa menyesuaikan diri satu sama lain.” ujar Bu Lee,
“Baik, bu.” jawab serentak semua murid. Hahee berusaha tegar didepan temannya, dan dia memberikan wajah ceria saat menghadap temannya. Bu Lee meninggalkan kelas untuk beberapa saat, dan keadaan kelas berubah menjadi seperti pasar lelang ikan. Hahee hanya bisa diam duduk dikursinya. Mengerjakan tugas yang belum tuntas dan sesekali mengangkat wajahnya untuk melihat anak-anak yang sibuk bercanda.
“Hahee, ayo kita main. Jangan belajar terus, nanti yang ada ranking satu kau terus. Ayolah kasihan kami,” tampaknya Chanyeol memprovokasi teman yang lainnya agar ikut mengajaknya main.
“Baiklah, emm” Hahee melempar sesuatu ke kepala Chanyeol.
“Aissh~” Chanyeol mengelus kepalanya, dan Hahee pura-pura tidak tahu.
“Kau ya, Hahee rasakan ini,” Baekhyun bangun dari duduknya dan lemparan Chanyeol mengenainya, lemparan itu meleset.
“Chanyeol! Hiaaaat!” Baekhyun menghampiri Chanyeol dan mencekiknya,
“Ampuun, aku mau melemparnya ke Hahee,” teriak Chanyeol,
“Kau ini, alasan sajaa..haaaa” dia mengeluarkan ilmu beladirinya, semuanya tertawa dan Hahee kembali ke tempat duduk. Sampai akhirnya Bu Lee datang, semuanya memungut kertas yang dilempari daritadi.
“Kalian sedang apa?” Bu Lee tanya bingung,
“Maaf bu. Aku bereskan sekarang,” Lay memungut kertasnya dan membuangnya.
“Sudah sudah, simpan dulu. Kau duduk dulu, Lay.” Bu Lee menyuruh Lay duduk,
“Kalian semua, kita kedatangan teman baru. Silahkan.” dan orang itu berdiri didepan kelas,
'Sehun?' panggil hatinya,
“Nama saya Sehun, Oh Sehun. Annyeong,” dia menundukan kepalanya memberi salam,
“Ne,” serentak sekelas menjawab, Bu Lee mencarikan tempat duduk yang kosong. Tapi Sehun memilih duduk sendiri,
“Ya, baik kau duduk disana. Hahee jaga dia ya, ajarkan materi yang pernah diajarkan sebelum dia masuk.” ujar Bu Lee, dan menyudahi pelajarannya.
“Kau, kenapa kau disini? Aku tidak menyangka kita sekelas,” ujar Sehun ke Hahee,
“Hahah aku tidak menyangka juga.” jawab Hahee malu-malu.
“Haha, abis sekolah kau tidak kemana-mana?” tanyanya ke Hahee,
“Tidak, aku langsung pulang. Jam bimbelku kosong hari ini, waeyo?” ujarnya sambil sibuk dengan bukunya dan sesekali menatap Sehun.
“Tidak, aku mau belajar denganmu. Habis kalau sama Baekhyun aku sering bertengkar dengannya.” Sehun menopang dagunya sambil melihat Hahee,
“Mwo?            Kau sering bertengkar dengan Baekhyun? Kau serumah?”
“Ne, Baekhyun tak pernah cerita? Hahaha, lagipula aku terus dianggap anak kecil olehnya. Jadi aku harus dijaga terus, lebih baik dirumahku saja ya belajarnya,” ajak Sehun,
“Baiklah, sudah. Pak Kim sudah datang, ssstt..” dan mereka semua belajar dengan serius.
Tak terasa jam istirahat datang,
“Hey, kau sibuk tidak?” tanya Sehun sambil menengok wajah Hahee,
“Ani, aku hanya membereskan buku. Nanti aku mau ke kantin bersama Sharon dan yang lainnya.” jawab Hahee,
“Kalau begitu, ikut aku ayoo,” Sehun tak sengaja menggenggam tangannya Hahee, Sharon dan yang lain terdiam ditempat melihat itu, mereka tidak jadi menegur Hahee.
Hahee dan Sehun pergi ke belakang sekolah, dekat gudang sekolah. Sehun mengajak ke dalam gudang yang memiliki 3 lantai. Dari mulai masuk gudang, Sehun terus menutup mata Hahee. Sampai diatas, dia baru menyuruh Hahee melepaskan tangannya.
“Ini dia, kau sudah lihat ini?” ujar Sehun,
“Aniyo, aku terakhir disini karena kakak kelas. Jadi aku mengingat disini tempat terburukku. Sudahlah lupakan, ini indah, Sehun. Sungguh” jawab Hahee terus menatap hamparan luas sekolahnya, dan semua murid yang beraktivitas.
“Bagaimana? Kau merasa lebih baik? Aku lihat kau banyak pikiran, kalau boleh aku tahu, apa yang kau pikirkan? Itu juga, jika kau mau bercerita.” Sehun langsung merasa tidak enak hati,
“Hahaha, aku suka cerita kepada siapa saja. Aku terbuka, tapi aku merasa ada sesuatu, maaf ya.”
“Andwae, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin tahu saja. Tapi kalau kau tidak mau cerita tidak apa-apa.” Sehun dan Hahee duduk ditepi bangunan, awalnya Hahee merasa takut tapi genggaman Sehun membuatnya merasa nyaman.
“Kau takut ketinggian? Hahaha” goda Sehun,
“Ya, aku takut. Aku tidak biasa melihat ke bawah dari ketinggian,” jawab Hahee,
“Tapi kau hebat, bisa menghadapi rasa takutmu. Itu bagus,” ujar Sehun sambil menatap ke atas dan mengayunkan kakinya. Hahee tersenyum melihatnya, dan menyembunyikan rasa takutnya untuk mengikuti Sehun. Mereka berdua berbicara, bertukar cerita seperti yang ia lakukan dirumah sakit waktu itu. Sehun berdiri dipinggir gedung, dan mengajak Hahee. Tapi dia menolaknya, sampai akhirnya Sehun ingin ke toilet sebentar tidak jauh dari gudang. Saat itu, Hahee berpikir untuk mengikuti seperti yang Sehun lakukan.
“Emm aku harus berani,” Hahee perlahan bangun dan menegakkan badannya, lalu menjulurkan tangannya ke samping. Merasakan alunan angin yang tenang, tanpa ia sadari dia melangkah dan terpeleset.
“Aaah!!” saat Sehun yang sedang perjalanan kembali kesana, dia mendengar suara Hahee berteriak. Dia berlari menghampirinya, sudah ada beberapa anak murid lainnya berdiri disekitar gudang. Sehun segera berlari dan menarik Hahee.
“Kau tidak apa-apa? Maafkan aku,” ujar Sehun memeluk Hahee,
“Ne, gwaechanhayo.” jawab Hahee lemas. Sehun membawa Hahee turun, Sharon dan yang lain menghampiri Hahee. Tak disangka, Kai datang kesana dan menarik kerah baju Sehun.
“Kau mau membahayakan Hahee, Hah? Kau mau mencelakainya?” ujar Kai,
“A-aniyo, aku sudah bilang jangan mengikuti sepertiku berdiri.” ujar Sehun,
“Tapi kau hampir mencelakainya, kau tahu itu” ujar Kai dengan nada mengancam, Kai menghajar Sehun sampai dia tersungkur dan menariknya berdiri lagi. Hahee menghampiri mereka berdua. Hahee melepaskan tangan Kai dari kerah Sehun,
“Kai, apa yang kau lakukan! Lepaskan,” Hahee membentak Kai, dan dia melepaskan tangannya,
“Kau ini kenapa?” tanya Kai,
“Tidak usah tanya kenapa. Tidak perlu repot-repot mengurusku, urus saja pacarmu itu, ayo Sehun, aku bantu.” Hahee merangkul Sehun, meninggalkan Kai dan pergi ke UKS. Dia membersihkan luka di wajah Sehun dan mengobati wajahnya itu. Sehun yang memandang Hahee serius, mendekati Hahee dan dia menciumnya. Hahee hanya diam terpaku, mematung, napasnya tertahan, jantungnya seperti berhenti berdetak beberapa detik.Tanpa disadari keduanya, Kai masuk kedalam UKS melihat semua yang terjadi dan dibelakangnya diikuti Sharon, Baekhyun dan Chanyeol. Sharon dan dua anak lelaki itu menatap dua temannya dengan tatapan terharu. Kai membuka pintu UKS dan mendapati Hahee dan Sehun, lalu dia segera pergi dari sana. Sharon dan yang lainnya meihat Kai yang pergi menjauh, dan mereka pun masuk kedalam ruangan.

***

Keesokan harinya dikelas, Hahee dan Sehun saling salah tingkah. Mereka mau bertindak biasa saja, tapi karena mereka ada sesuatu jadi mereka sama - sama salah tingkah. Teman-teman merasa ada sesuatu terjadi diantara mereka.
“Hahee, Hahee pssst...” panggil Lay,
“Ne?” Hahee menengok Lay yang duduk dibelakangnya,
“Apa benar berita yang aku dengar?” tanya Lay,
“Berita apa?” Hahee mulai heran,
“Lihat sini, aku gak mungkin ngomong bisik-bisik kalau telinga kamu terlalu jauh begini,” Lay terus mencolek bahu Hahee dengan pensil dari belakang,
“Apa? Aku gak mungkin menengok kebelakang, sekarang pelajaran Bu Kim. Aku takut bermasalah,” bisik Hahee yang menjaga pandangannya tetap ke depan,
Lalu Lay mengambil selembar kertas dan memutuskan untuk menulis surat saja. Lalu Hahee mengambil surat yang ditulis temannya itu,
'Hahee, apa kau benar? Emm kejadian kau dengan Sehun di UKS? Aku belum sempat lihat, tapi aku dan teman-teman mengucapkan congratulation for getting a new partner. Dari aku dan kawan-kawan Hahahahaha,' begitulah isi surat Lay, wajah Hahee memerah perasaannya berantakan, malu dan marah dia juga bingung. Hahee melihat Sehun yang duduk disebelahnya sedang tertidur manis dengan melipat kedua tangannya sebagai bantalan kepalanya. Hahee melihatnya, memandanginya diam-diam agar anak dikelas tidak ada yang sadar. Tapi berbeda dengan pemikirannya, teman-teman terus mengintai kegiatan mereka berdua. Ketika jam pelajaran selesai, Hahee membereskan buku kedalam laci bawah mejanya. Tangan Hahee ditarik kebawah agar merunduk oleh Sehun, otomatis anak sekelas segera mengintai.
“Hahee, tadi aku tidur mendengkur tidak? Nanti ajari aku ya, maaf aku terlalu lelah.” Hahee menjawab dengan anggukan dan segera bangun dari duduknya. Dia hendak ke kantin dan mengajak teman yang lainnya, tapi ketika dia melihat sekelilingnya mereka semua seperti salah tingkah dan menyibukkan diri masing-masing. Hahee berjalan sendiri keluar kelas lalu Sehun membuntutinya.
“Aku ikut ya, aku lapar,” ujar Sehun,
“Kita juga ikut, kita juga lapar kok. Tidak apa-apa kan?” ujar Sharon, Baekhyun dan Chanyeol.
“Ne, ayo ikut. Mianhae, tadi aku tidak mengajak kalian karena aku kira kalian sedang sibuk dan aku tidak mau mengganggu.” kata Hahee sambil berjalan disamping Sharon.
“Tidak, aku tadi hanya mengikuti anak yang lainnya. Biasalah, kau tahu kan kita tidak pernah sibuk kecuali semua urusan yang berhubungan denganmu. Itu baru kita akan sibuk, Hehe,” Sharon menyikut perut Baekhyun dan Chanyeol yang terus tertawa sambil dibekap.
“Kalian kenapa? Kalian berdua mual, kalau mual ke UKS saja, aku ambilkan obat ya.”
“Tidak usah, aku cuma bercanda. Serius,” ujar Baekhyun dan Chanyeol yang berdehem bersama.
“Kalian ini kenapa sih?” tanya Hahee,
“Begini, kami sebelumnya mau meminta maaf kepadamu. Sebenarnya yang menyebarkan berita tentang kalian berdua seperti itu adalah kita. Awalnya Baekhyun mau bicara kepada yang lain, tapi dia takut kau marah. Dan gak disangka Chanyeol lebih dulu dari kami memberitahukannya. Begitu Hahee ceritanya,” jelas Sharon sambil sesekali menyikut perut Baekhyun,
“Oh! Jadi kalian yang memberitahu mereka?” bentak Hahee, yang dalam hatinya tertawa terbahak - bahak.
“Ya, Hahee!! Maafkan kami, kami janji tidak akan membicarakan itu lagi,” mohon Chanyeol, dia merasa bersalah karena dia yang menjadi biang masalah ini.
“Aku sudah memaafkannya, tapi aku harap jangan diulangi lagi ya. Cukup rahasia kita saja.” Chanyeol menganggukan kepalanya.
Mereka semua saling bercanda, dan Sehun berjalan dibelakang mereka karena merasa belum terlalu mengenal satu sama lain. Chanyeol merangkul Sehun yang berjalan dibelakangnya,
            “Ayolah, anggap saja, kami ini teman akrabmu. Santai saja kawan,” ujar Chanyeol, Sehun hanya tersenyum mendengar itu. Baekhyun menepuk bahunya, sambil terus meledek adik sepupunya itu.
            “Sehun, ayo cepat ke kantin. Kita tandai kursinya,” ujar Hahee sambil menarik tangan Sehun. Sharon, Chanyeol dan Baekhyun hanya melihat mereka yang berjalan mendahului mereka, sambil tersenyum mereka melanjutkan jalannya.
Sesampainya dikantin,
            “Hari ini kalian mau makan apa? Biar aku yang bayar, ok?” kata Hahee yang bangun dari duduknya itu,
“Dalam rangka apa ini?” tanya Chanyeol yang meledek,
            “Tidak, aku hanya ingin berbaik hati hahaha..sudah ya,” Hahee beranjak dari meja makannya, lalu Sehun menarik tangan Hahee dan ia membalikkan badannya,
            “Ya? Ada apa?” tanya Hahee,
            “Emm tidak. Aku hanya ingin memesan satu porsi tanpa sup dan diganti dengan sayuran kering saja. Terima kasih ya, Hahee.” Sehun mencoba mengalihkan perasaannya.
            “Baiklah,” Hahee melemparkan senyuman manisnya ke Sehun, hampir saja dia tertegun menatapnya. Ketiga temannya itu menatap Sehun serius, dan mereka memberi kode kepada Sehun dengan menyikut lengan Sehun.
            “Ayo, kau antar dia, masa kau membiarkannya sendiri berjalan dan mengantri di antrean pemesanan.” Sharon membisiki Sehun,
            “Kau lihat saja disana, antreannya panjang,” tunjuk Baekhyun ke arah antrean,
            “Kalau aku jadi kau, pasti akan aku antar dia kesana. Aku temani dia sampai kembali lagi ke sini, soalnya aku takut terjadi sesuatu dengannya,” Chanyeol terus saja memcoba memprovokasi Sehun. Usaha ketiga temannya berujung manis, Sehun bergegas menghampiri Hahee yang berjalan hampir sampai ke antrean.
            “Hahee! Tunggu,” Sehun berlari mendekatinya,
            “Ne? Ada yang bisa aku bantu?” Hahee membalikkan tubuhnya, “Oh kau Sehun, aku kira siapa. Ada apa? Ada yang mau dipesan lagi?” tanya Hahee dengan wajah polosnya,
            “Eobseo, aku cuma mau nganter aja kok, gak apa-apa kan?” ujarnya tersenyum,
            “Baiklah,” Hahee tersenyum kembali ke Sehun, yang membuatnya seperti berdiri ditengah bukit dengan angin sejuk yang menyambutnya.
Mereka berdua mengantri dan akhirnya sampai didepan loket. Sehun dan Hahee mulai membacakan pesanan teman - teman mereka. Setelah pembayaran selesai, mereka kembali ke tempatnya, tetapi ditengah jalan Hahee melihat Kai dan Chaerin sedang bersama. Hahee terlihat rapuh saat menatapnya, Sehun yang sadar akan itu, langsung mengajak Hahee bercanda, Hahee mengejar Sehun dan akhirnya tidak memperdulikan keberadaan Kai dan Chaerin. Dan Kai hanya menatap mereka berdua yang berlari berlalu dari pandangannya.
Waktu pelajaran pun tiba, semua murid masuk ke kelas masing-masing, termasuk Hahee dan kawan-kawannya. Dikelas keadaannya mulai rusuh melebihi demonstran dijalanan. Kebetulan hari ini pelajaran kesenian dan jadwal melukis dengan imajinasi atau bisa dibilang sekarang ada test tentang pelajaran minggu lalu.
“Hahee, kau tidak mengambilkan kanvas Pak Lee? Bukankah harusnya sudah disiapkan seperti biasa?” Sharon mengingatkan Hahee sebagai seksi sarana dikelasnya,
“Oh iya, aku baru ingat. Maaf ya, aku akan segera mengambilnya.” tangan Hahee ditarik oleh Sehun,
“Tunggu, aku ikut.” Sehun pun mengikutinya dari belakang. Sedangkan Chanyeol sibuk menyebarkan berita tentang mereka berdua, ini merupakan kegiatan rutinnya.
Sampainya diruangan sarana prasarana,
“Yang mana yang harus aku ambil?” tanya Sehun,
“Yang itu, ya, yang itu. Emm, dan yang disana ya itu dia.” Hahee sibuk menunjuk keatas lemari, Sehun jatuh dan terbentur lemari.
“Aduh!!” rintih Sehun,
“Ah, Sehun kau harus hati-hati. Mana yang sakit? Emm,” Hahee membalas perlakuan Sehun yang kemarin. Hahee mencium kening Sehun yang terbentur tadi, Sehun tersipu malu pipinya yang memerah tidak bisa mengelak kalau memang dia malu.
“Maaf ya, anggap saja ini balasan dariku, pengobatan yang kemarin-kemarin.” Hahee pun tampaknya malu,
“Tidak apa-apa, aku merasa lebih baik. Terima kasih,” Sehun mengusap keningnya, dan tanpa disadari Kai menyaksikan itu dan segera pergi.
“Kai, kau tidak jadi mengambil Gitarnya? Pak Han menunggu kita kan?” tanya Chaerin, mendengar kata Kai, Hahee segera mengintip ke luar. Kai melihat kalau Hahee sedang menyaksikan mereka berdua, lalu Hahee keluar dari ruangan,
“Hai Hahee, kau disini juga?” sapa Chaerin,
“Iya,” jawab Hahee,
“Kai, kau cari apa sebenarnya? Gitar ada disana, dan kau tetap disini kau tidak tahu Pak Han menung---” Kai menarik Chaerin dan menciumnya tiba-tiba, saat itu Hahee seperti tersambar petir, cukup lama ia merasakan petir itu. Segera Sehun memutar balik badan Hahee dan mengalihkan itu.
“Lupakan dia, lupakan juga apa yang kau lihat tadi. Ayo kita ke kelas, aku sudah mengambil perlengkapannya.” bisik Sehun kepada Hahee yang lemah dalam pelukannya, dia mengangguk. Kai menatap Hahee dan Sehun yang menjauh dari dirinya. Dikelas, Sehun meletakkan semuanya didepan kelas. Dalam keadaan lemah, Hahee berjalan ke kursi tempat duduknya. Wajah Hahee memucat, dia melamun terus dan merasa kedinginan dalam dirinya.
“Entah kenapa, aku merasa dingin.” ujar Hahee lirih, mendengar itu Sehun segera mengambil jaket ditasnya dan dipakaikan ke Hahee,
“Gomawo,” ujar Hahee, ditengah pelajaran Hahee merasa tidak kuat lagi dan jatuh pingsan.
“Hahee!! Hahee!! Kau kenapa!!” kata Sharon panik, Sehun segera menggendong Hahee ke UKS. Penjaga UKS mengatakan Hahee harus istirahat dan tidur yang cukup, jadi Sehun mengantarkan Hahee kerumahnya.
“Sharon, boleh kesini sebentar?” ujar Sehun ke Sharon yang sebelumnya sudah meminta izin ke Pak Lee,
“Iya, ada apa dengannya?” jawab Sharon,
“Dia harus pulang, tapi aku tidak tahu rumahnya. Kau mau mengantarnya?”
“Baiklah, nanti kita kembali ke sekolah lagi ya,”
“Iya, Sharon. Ayo cepat, Hahee sudah ada dimobil.” kata Sehun,
“Mobil kau?” tanya Sharon,
“Bukan, aku meminjamnya ke kantor kakakku. Sudah, ayo ke Pak Lee.” ujar Sehun, diikuti langkah Sharon yang ada disebelahnya.
Sharon dan Sehun meminta izin ke Pak Lee, dan mereka bergegas ke rumah Hahee. Sharon yang terus memeluk Hahee yang lemas, dia tampak khawatir dengan keadaannya. Sharon menelepon D.O agar segera pulang karena adiknya sedang dibawa kerumah. Sehun yang mengemudikan mobilnya itu pun ikut khawatir dengan keadaan Hahee. Sesekali dia melihat kaca spion dalam mobil, melihat Hahee yang duduk dibelakang.
'Kalau memang ini karena kejadian tadi, benar-benar keterlaluan kau, Kai.' geram Sehun, menggenggam erat setir mobilnya. Dibalik lamunan kekesalan Sehun, Sharon membuyarkan semuanya,
“Sehun, belok kiri. Nanti lurus belok kiri lagi, pagar hitam ya, itu rumahnya.” ujar Sharon,
Benar saja, setelah mencari-cari Sehun masih tidak menemukannya. Sehun tidak berani bertanya ke Sharon karena Sharon sedang mengipasi Hahee. Didepan sana, sudah ada sosok laki-laki menunggu didepan rumahnya. Sehun pun mencoba memarkirkan mobilnya didepan lelaki itu. Benar, itu kakaknya Hahee ternyata.
“Sharon, bagaimana keadaan Hahee? Apa dia baik-baik saja?” D.O menghampiri mobil yang Sharon tumpangi tadi.
“Dia tidak kenapa-kenapa, oppa. Aku bawa dia masuk dulu ya,” Sharon menuntun Hahee berjalan.
“Iya, silahkan,” ujar D.O membukakan pintu rumah. D.O langsung mengambil handphone-nya dan memberitahu Suho kalau Hahee baik-baik saja. Dia melihat Sehun yang berdiri sendiri menyandarkan tubuhnya disamping mobil. Lalu D.O menghampirinya,
“Terimakasih ya, kau sudah mau mengantar adikku kesini.” ujarnya mengajak berjabat tangan dengan Sehun,
“Iya, hyung.” jawabnya gugup,
Ayo kita masuk dulu,” D.O mengajak Sehun duduk di teras rumahnya,
“Baik, hyung.” Sehun duduk dikursi setelah D.O mempersilahkan duduk. D.O menanyakan beberapa hal kepada Sehun, dilain tempat Sharon meletakkan Hahee ditempat tidur. Sambil menyelimuti Hahee, Sharon berpesan kepadanya,
“Hahee, sudahlah. Kau istirahat, jangan menekan dirimu sendiri, ayo ceritakan ada masalah apa sebenarnya?” tanya Sharon,
“Emm, tidak. Aku tidak apa - apa, eh kalau kau mau pulang sampaikan ucapan terima kasihku ke Sehun. Maaf ya merepotkan kalian,” ujar Hahee, Sharon yang sedikit kesal, akhirnya memukul tangan Hahee,
“Aduh!” rintih Hahee sambil mengelus tangannya,
“Kenapa kau masih suka menyembunyikan perasaanmu sih?! Sudahlah, Sehun ada didepanmu, dan Kai sudah menjadi debu yang nantinya akan terhempas. Ayolah, kau jangan bicara seperti itu, aku tidak direpotkan!” Sharon membentak Hahee dan Hahee hanya bisa tertawa melihat temannya itu. Setelah perbincangan itu, lalu Sharon pergi dari kamar dan menghampiri D.O dan Sehun yang ada didepan. Sharon mengajak Sehun untuk segera kembali ke sekolah, dan D.O mengucapkan terima kasih kepada kedua teman Hahee.

***
Sampai disekolah, Sehun melihat Kai pergi ke kamar kecil dan Sehun menyuruh Sharon masuk ke kelas terlebih dahulu. Saat Kai sedang mencuci wajahnya, Sehun menyerang Kai,
            “Hei, kau ini lelaki atau bukan?” tanya Sehun sambil menarik kerah baju Kai,
            “Sehun, kau kenapa. Oh, jangan bilang kalau ini masalah tentang perasaan tidak tega dengan Hahee. Hah, kau menyukainya?” jawab Kai dengan wajah angkuhnya.
            “Kalau aku suka memang kenapa? Ya aku menyukainya. Apa alasan kau melakukan seperti itu didepannya?” tanya Sehun yang tetap menarik kerah Kai,
            “Oh! Kau mau tau alasannya? Itu ada di kau sendiri, kau tidak sadar kau yang lebih dulu menyakiti perasaan antara aku dan dia!” bentak Kai sambil menangkis tangan Sehun dari kerahnya. Sehun diam, berdiri didepan Kai dan Kai terus melanjutkan pembicaraannya,
            “Kau tau? Kejadian di UKS yang menyebar, kau tahu? Aku ada dibelakang kalian, dan aku tidak bisa menahan kalian. Itu yang membuatku melakukan tindakan itu.” Kai menunjuk dada Sehun yang sedang tertunduk diwastafel. Dia langsung mengangkat wajahnya dan memberitahu sesuatu,
            “Hanya karena itu, dan kau membalasnya? Alasan yang kurang masuk akal, hhh. Kenapa kau tidak tanyakan langsung ke Hahee tentang kejadian itu?”
            “Masalah apa?”
            “Masalah yang sebenarnya, tidak terjadi apa – apa antara kami, karena perasaannya yang kuat kepada seseorang.” Sehun menceritakan semua jalan ceritanya dan Kai yang terdiam mematung dihadapan Sehun. “Kau seharusnya tau sebelumnya, Kai. Tapi kalau setelah kejadian ini Hahee tidak mengenalimu sebagai seseorang yang dicintainya, jangan menyalahkan orang lain. Salahkan dirimu, keegoisanmu. Ingat itu,” ujar Sehun yang kemudian pergi dari kamar mandi meninggalkan Kai sendiri yang terus merunduk.
Sampai dikelas, Sharon menghampiri Sehun dan menanyakan ada hal apa yang terjadi tadi. Sehun membisiki Sharon dan menceritakan sesuatu yang bukan sebenarnya terjadi, karena menurutnya ini rahasia dirinya. Waktupun berlalu, jam menunjukan pukul 4 sore waktu sekitar. Ini tandanya waktu pulang sekolah, Sehun segera merapihkan buku - buku kedalam tasnya, mengecek kolong meja dia dan Hahee. Dia menemukan sebuah kertas milik Hahee,
            Andai bisa kuulang waktu, aku ingin lebih lama mencintainya. Aku ingin lebih dulu menyayanginya. Aku memang mencintai seseorang yang dulu, tapi itu mungkin perasaan yang dulu pernah kurasakan.
Sekarang ada dia dihadapanku, mungkin ini lebih baik untukmu. Memang salahku dari dulu yang mengharap bukan diharapkan.
            Tapi berbeda dengannya, aku merasa diharapkan olehnya. Aku merasa indah dihadapannya, dan saat bersamamu aku tidak merasakan hal yang aku rasakan bersamanya.'

            내가 반복 시간을 원하는, 내가 그를 사랑하고 싶어. 내가 먼저 사랑하고 싶어. 정말 누군가를 사랑하기 위해 사용하지만, 그것은 아마도 내가 생각했던 느낌.
이제 그는 앞에 있었다, 이것은 당신을 위해 나은 있습니다. 그것은 희망이 예상되지 않는 처음부터 잘못이야.
그러나 그와는 달리, 나는 그에 의해 예상했다. 나는 그의 앞에 아름다운 느낄 , 그리고 당신과 나는 그와 함께 느끼는 생각하지 않습니다. “

“Hahee...” Sehun tidak sengaja menyebut nama Hahee yang membuat teman dibelakangnya, Lay bertanya.
“Ada apa? Ada sesuatu terjadi?” tanya Lay yang sedang merapikan bukunya,
“Tidak, aku hanya khawatir dengan keadaannya. Bagaimana keadaannya sekarang ya?” jawab Sehun dengan memasang wajah polosnya,
“Ya kalau begitu, kenapa tidak kau telepon saja dia. Tanya bagaimana kabarnya, nanti kan kau bisa tahu.” Sehun mendengar itu langsung diam dan berbalik badan kembali merapikan bukunya ke dalam tas.
 “Sehun-ah, jangan - jangan kau tidak punya nomor teleponnya Hahee ya?” tanya Lay. Sehun dengan polosnya menganggukan kepalanya. Saking kesalnya, Lay rasanya ingin memasukkan Sehun kedalam dus dan melemparkannya ke Samudera Atlantik. Lalu Lay memberikan nomor Hahee,
“Ini. Jangan lupa sms dia, mungkin dia sedang menunggu haha..masa sih sejauh kau berkenalan, kalian belum saling tukar nomor telepon?” tanya Lay sambil berjalan keluar kelas bersama Sehun.
“Aku mana berani langsung mengatakannya? Aku baru mengenalnya,” ujar Sehun,
“Kenapa? Kau kan lelaki, seharusnya lebih terus terang lah sedikit. Walaupun sebenarnya wanita itu diam saja dan jelas menyukaimu, wanita itu butuh kejelasan. Kau masih terlalu anak kecil,” ujar Lay. Sehun mendorong bahunya dan tertawa melihatnya,
“Eh tapi, walaupun kau seperti anak kecil tapi kejadian di UKS menunjukkan kau lelaki loh. Hahaha” ujar Lay meledek,
“Oh ya, aku mau mengakui satu hal. Tapi kau janji jangan bilang siapa-siapa,” Sehun mengecilkan suaranya,
“Memangnya apa?” Lay penasaran,
“Aku tidak melakukan apapun di UKS. Karena Hahee membisiki, ‘Aku tidak bisa, aku masih mencintai Kai.' Itu yang membuatku sedikit mundur, tapi entah kenapa waktu tadi ke ruang prasarana,” Lay menyerobot pembicaraannya,
“Apa? Kau berhasil melakukannya?” tanya Lay semakin penasaran,
“Makanya tunggu dulu, aku belum selesai cerita. Aku sempat terjatuh dan terbentur lemari yang ada didepanku, ini lukanya,” Sehun menunjukkan luka didahinya,
“Emm ini? Tidak begitu parah, berarti tidak terjadi sesuatu yang spesial dong?” ujar Lay sambil memegang dahinya Sehun,
“Kau salah. Dia mengusap dahiku dan dia mencium lukaku ini.” Sehun menceritakannya sambil mengelus luka yang ada didahinya itu.
“Tuh kan, kau masih aja terlihat seperti anak kecil. Kau seperti dapat ciuman dikening dari ibu saja, sampai segitunya.” Lay merangkul Sehun,
“Hah, aku seperti anak kecil?” Sehun menatap Lay, “Ne, kau seperti....anak bayi! Hahaha,” Sehun berlari mengejar Lay yang lebih dulu berlari ke arah gerbang. Dan mereka pulang kerumah bersama - sama.

***

Keakraban mereka semua bertahan sampai mereka menduduki kelas 2, Kai dan Sehun sudah sangat berteman baik sejak saat itu. Kai sering mengisi acara Pensi bersama satu stage dengan Sehun. Chanyeol dan Baekhyun sudah menjadi sahabat yang tidak bisa dipisahkan.  Bahkan, Chanyeol sering bilang kalau Yoona SNSD atau Hyoyeon SNSD dia akan memilih Hyoyeon, dan kalau harus memilih Hyoyeon atau Baekhyun dia akan memilih Baekhyun. Ya begitulah kedekatan mereka, sampai akhirnya pertemanan mereka mengiringi kehidupan sampai kelas 2 saat ini. Semua berjalan dengan baik sampai akhirnya musim pertukaran murid baru pun datang.
Chanyeol dan Baekhyun berlari tergesa-gesa ke arah kelasnya. Mereka ingin memberitahu kalau akan ada murid baru datang ke kelas mereka,
“Aduh!!” rintih mereka setelah mereka terbentur satu sama lain karena ingin masuk kelas lebih dulu, Hahee sedang menyuapi Sharon sarapan yang ia buat tadi pagi.
“Kalian ini kenapa sih?” tanya Hahee,
“Anu, Hahee. Kami mendengar berita menggelegar, kau tahu Chaerin?” ujar Baekhyun,
“Iya, aku tahu memangnya kenapa?” tanya Hahee,
“Di-dia, dia, menjadi utusan pertukaran murid. Dia akan pergi ke Beijing, dan pastinya..” Baekhyun memotong pembicaraan Chanyeol,
“Pasti akan ada murid lainnya kesekolah ini, dan hanya kelas kita yang masih kekurangan murid.” sahut Baekhyun, Hahee diam sejenak dan bertanya tentang Chaerin.
“Kalian tahu darimana dia akan pergi ke Beijing hari ini?” tanya Hahee,
“Dari dia sendiri, dia sedang dikantor kepala sekolah. Dia sedang berpamitan ke beberapa guru.” jelas Chanyeol,
Tanpa berpikir panjang Hahee mengajak Kai dan langsung berlari ke kantor kepala sekolah. Sepanjang perjalanan dia hanya berharap waktu belum terlambat. Kai belum tahu maksud Hahee mengajaknya berlari. Dan sampainya di depan ruang kepala sekolah,
“Chaerin,” tanya Kai berdiri didepannya,
“Kai? Hahee? Sedang apa kalian disini?” tanya Chaerin bingung,
“Chaerin, kau serius akan ke beijing? Dengan siapa, apa kau sudah mengenal teman disana?” tanya Hahee khawatir,
“Tenanglah, Hahee. Aku punya sanak saudara disana, jadi kau tenang saja. Lagipula buat apa kau khawatir, kan aku sudah jahat kepadamu,” ujar Chaerin yang matanya sudah berkaca-kaca,
“Didunia ini tidak ada yang boleh memendam amarah terlalu lama, lagipula apa salahmu?” tanya Hahee,
“Tentang Kai yang...”
“Sudahlah, lupakan masalah itu. Anggap saja itu hanya ujian untuk pertemanan kita.” Hahee langsung memeluk Chaerin, “Baik-baik ya kau disana. Kami akan selalu merindukanmu, jangan lupa sering telepon kami semua disini ya,” dan Chaerin menghampiri Kai,
“Kai, maaf sudah menjadi penghalang antara kau dan Hahee.” Chaerin semakin dekat dan berbisik, “Maafkan aku yang membuatmu menyia-nyiakan Hahee.” lalu Kai juga menjawabnya,
Tak apa. Bukan salah kau, ini salahku. Terlalu membuatmu tersiksa karena perasaan itu. Aku bukan idolamu yang pantas kau sukai, Chaerin. ujar Kai, Chaerin tersenyum dan menjauh dari Kai,
“Jaga dia baik-baik, maaf ya,” ujar Chaerin sambil menggenggam tangan Kai, dan Kai segera melepas tangannya perlahan. Dan memeluknya,
“Terima kasih ya, sudah menjadi bagian terindah disini,” Kai membisiki Chaerin. Hahee hanya bisa tersenyum, terharu, tak ada rasa cemburu.
Sehun dan yang lain menghampiri Chaerin dan mengucapkan salam perpisahan. Mereka berniat mengalihkan perhatian Hahee yang terhanyut dalam keadaan seperti ini. Chaerin sudah dijemput oleh tantenya, dan disitulah mereka terakhir melihat Chaerin disekolah itu. Lalu mereka semua kembali ke kelas masing-masing, Hahee dan Kai jalan bersebelahan dibelakang Sehun dan yang lainnya.
“Kau kenapa? Aneh sekali, kau canggung denganku?” sahut Kai, Hahee tidak merespon karena dia tidak tahu mau jawab apa,
“Hahee, kau sadar tidak?” ujar Kai semakin membesarkan suaranya,
“Aniyo, wae?” Hahee mengangkat wajahnya,
“Hmm kau diam saja dari tadi, memangnya ada sesuatu?” tanya Kai,
“Tidak, tidak ada apa-apa.” Hahee menarik tangan Sehun ke suatu tempat,
“Ayo Sehun,” ujar Hahee sambil berlari dan tertawa. Kai dan yang lainnya hanya bisa melihat mereka berdua berlari menjauh. Hahee bingung harus mengajak Sehun kemana, jadi Sehun langsung memberi kejutan yang sebenarnya.
“Kenapa? Kau bingung? Aku sudah tahu kita kemana, aku punya kejutan untukmu.”
“Apa itu?” tanya Hahee,
“Percayalah, ini tidak mengecewakan,” jawab Sehun mengajaknya naik motor. Mereka akan mengantar Chaerin sampai bandara Incheon yang lumayan jauh dari sekolah. Dibandara, Chaerin baru sadar kalau Hahee dan Sehun menyusulnya sampai sana.
“Mwo? Kalian mengikutiku?” tanya Chaerin heran,
“Haha, tidak apa-apa kan? Kim Chaerin temanku, aku akan selalu mengingatmu, ya.” ujar Hahee menahan sedihnya,
“Hahee kau tidak usah seperti itu,” Chaerin langsung memeluk Hahee, Sehun hanya bisa melihat pemandangan mengharukan seperti itu.
“Dan kau anak bayi, kau itu temanku juga. Aku suka menjahilimu, maaf ya dengan bedak waktu itu.” Sehun ingat kejadian bedak dikursinya, yang coba ditabur oleh Chaerin.
“Sini,” Chaerin memeluk Sehun juga. Dan panggilan penerbangan sudah menunjukkan siap take-off dan Chaerin pergi untuk boarding pass.
“Selamat jalan, Chaerin. Jangan lupa sering mengirim pesan ya,” teriak Hahee dari kejauhan, Chaerin mengangkat jempolnya keatas diantara kerumunan.
“Ikut aku,” Sehun mengajak pulang dan pergi ke suatu tempat,
Ne,” Hahee mengikutinya,
Sampai disuatu tempat Hahee akan diberi kejutan.
“Kau tutup matamu, sekarang.” ujar Sehun ke Hahee,
“Baiklah,” Hahee menutup matanya dengan sapu tangan Sehun. Sudah 5 menit Hahee menunggu,
“Ada apa sebenarnya?” Sehun masih diam, dan ternyata dia mengajak ke atap gedung yang tinggi.
“Baiklah, buka sekarang. Pelan-pelan,” ujar Sehun yang berdiri didepannya. Hahee terkejut melihatnya dan terus berpegangan dengan Sehun.
“Kenapa gedung tinggi? Kau tahu aku takut dengan ini,”
“Aku hanya ingin tahu kejujuranmu, Hahee.” ujar Sehun sambil tersenyum.
“Apa yang mau kau tahu?” tanya Hahee yang tetap berpegangan dengan Sehun,
“Apa kau masih trauma dengan kejadian itu?” tanya Sehun,
            “Emm i-iiya, makanya aku masih takut kejadian kemarin,” jawab Hahee,
“Berarti kamu tidak mudah melupakan sesuatu yah,” ujar Sehun menghadapkan badannya kekiri.
“Mwo? Aku tidak mengerti sedikitpun, maksudnya apa?” tanya Hahee,
“Ani, ayo turun kalau kau tidak kuat,” Sehun menarik tangannya untuk turun,
“Hmm..bantu aku turun,” Hahee menjulurkan tangannya,
“Ah~ kau berat, Hahee. Ayo cepat sini,” Sehun juga menjulurkan tangannya ke Hahee. Dan Hahee pun turun dari atas tembok pembatas. Mereka pun turun dari gedung itu sambil tertawa bersama, dan mereka pulang kerumah masing-masing. Sehun mengantar Hahee ke rumahnya,
“Kau tadi berat loh,” ujar Sehun,
“Oh ya? Masa sih? Kalau begitu aku akan mencoba diet lagi deh, mian ya.” jawab Hahee,
“Hey!! Kalau kau mau diet lagi, nanti aku bisa-bisa menggendong kerangka manusia nanti di pernikahan kita,” Sehun menutup mulutnya karena dia berbicara terlalu jauh.
“Apa? Yang kau katakan tadi?” tanya Hahee,
“Bukan, maksudku bukan kerangka manusia, tapi nanti kau terlalu kurus. Terlihat jelek,” jawab Sehun mengalihkan pembicaraan,
“Bukan yang itu, tapi..apa mungkin aku salah dengar ya? Hahah..” Hahee merasa tidak enak membicarakannya, “Makanya jangan suka meledekku berat!” sahut Hahee memukul tangan Sehun,
“Aduuh, sakit tahu. Yaudah, masuk kerumah, sana. Diluar dingin, nanti kau masuk angin, ga! Gada..” ujar Sehun sambil mendorong Hahee kedalam rumah,
“Kau masih menunggu dijemput kan?” ujar Hahee,
“Ne, gwaechana. Aku tunggu didepan sana, kau lebih baik masuk sekarang. Sudah semakin malam,” ujar Sehun,
“Ya, gomawo, hati – hati dijalan.” ujar Hahee memberi salam ke Sehun,
“Bye~” mobil itu pun terdengar menjauh dari rumah Hahee,

***

Keesokkan harinya, Hahee dan Sharon seperti biasa berangkat bersama ke sekolah. Ada yang berbeda, karena pagi ini mereka naik kendaraan umum. Bukan hari ini saja tetapi hari-hari berikutnya karena D.O sudah mulai kuliah dan asrama, dia mengambil jurusan kesenian dan perfomance. Ditengah perjalanan memang banyak yang menawarkan tumpangan, tapi Hahee dan Sharon menolak tawarannya dan memilih jalan kaki ke halte bus.
Sampai didepan halte,
“Hahee, kayanya kita terlambat 2 menit untuk bus yang rute halte dekat sekolah. Eotteohge?” ujar Sharon setelah melihat daftar keberangkatan bus.
“Selanjutnya bagaimana?” tanya Hahee kembali,
“Emm sebentar,” ujar Hahee menunjuk daftar jadwal bus, “Ya, aku dapat!! Tapi kita harus menunggu 12 menit lagi, itu juga di halte dekat gedung periklanan itu. Kita harus ke jembatan penyebrangan, bagaimana? Mau?” jawab Sharon menawarkan ke Hahee,
“Yaudah, emm sekarang baru jam 7.00 pagi. Kita duduk saja disini, ya?” tawar Hahee,
“Baiklah,” dan mereka duduk di kursi halte bus. Tidak lama dari mereka duduk, sebuah mobil menepi dan membuka jendelanya.
“Hahee, Sharon, mau ikut tidak?” tawar Kai,
“Mau, mau. Ayo ke mobil, Hahee.” ajak Sharon menarik tangan Hahee,
“Ah, aniyo. Tidak usah, lagi pula busnya sebentar lagi datang. Tidak perlu repot-repot, Kai.” Hahee tersenyum dan menarik tangan Sharon. Sharon terus memaksa Hahee tapi Hahee tetap tidak mau. Kai tetap disitu,
“Ayo, bus nya masih lama. Kau pasti akan terlambat masuk kalau menunggu, ayo.” ajak Kai terus,
“Sebentar ya,” Hahee mengangkat telepon dari seseorang,
“Yasudah, aku dihalte dekat rumahku. Iya aku tunggu, daah.” ujar Hahee ditelepon,
“Siapa, Hahee?” tanya Sharon,
“Emm yasudah, kau naik mobil bersama Kai. Aku mau menunggu seseorang, ayo naik.” ujar Hahee sambil mendorong Sharon ke dalam mobil Kai.
“Ta-tapi Hahee... Busnya masih lam...”
“Sudah masuk aja,” Hahee menutup pintu mobil Kai,
“Kai, jaga temanku ya. Selama kakakku tidak ada, kau jaga dia ya. Kau kan sahabatku,” ujar Hahee dan mereka berpisah disana. Hahee kemudian pergi duduk dikursi halte, dan benar 5 menit kemudian bus pun datang. Disana sudah ada Sehun yang duduk di bangku terakhir sebelah kanan.
“Hahee, disini.” Sehun memanggil Hahee agar duduk disitu,
“Ya! Sehun-ah,” Hahee menjawab panggilan Sehun tadi, dan mereka duduk bersama. Mereka lalu berbincang-bincang sampai tujuan halte dekat sekolah. Hahee dan Sehun pun turun dari bus bersama dan berjalan memasuki sekolah. Baru juga masuk, dia sudah dikejutkan dengan berita yang tersebar saat itu.
“Hey? Kenapa sih?” dumel Hahee saat beberapa adik kelasnya berlarian dan menyenggolnya beberapa kali.
“Mungkin anak baru itu, disini kan seperti tradisi saja menyambut anak baru itu. Kaya aku dulu,” ujar Sehun sambil tertawa,
“Oh iya ya, aku sampai lupa. Tapi emm..mwo?!! Anak baru? Dari mana lagi?” tanya Hahee heran,
“Pertukaran pelajar dari China, pertukarannya dari Kim Chaerin loh. Kan kita melakukan pertukaran murid, kau lupa ya?” jelas Sehun,
“Iya aku tidak lupa, tapi bukannya pertukaran murid itu harus sama - sama perempuan atau sama - sama lelaki? Apa mungkin aku yang salah?” tanya Hahee samakin bingung.
“Ya, ngga lah, Hahee. Kau ini bagaimana, ya semuanya gak harus sesuai gender. Menurut prestasi aja,” ujar Sehun mengucek rambut Hahee dan berlari menjauh dari Hahee sebelum dia marah.
“Sehun-ah! Ya!!” Hahee mengejar Sehun yang lebih cepat didepannya. Sampainya dikelas, Hahee menepuk bahu seseorang dan memarahinya. Dia mengira kalau orang itu adalah Sehun yang sudah masuk ke kelas tadi,
“Hey, mau lari kemana kau? Kamu sekarang gak bisa kemana - mana,” teriak Hahee, tapi Sharon dan yang lainnya berdehem memberi kode ke Hahee. Tapi Hahee yang polos malah jadi bingung ada apa sebenarnya, dan mulai bertanya ke Sharon sambil berbisik.
“Ada apa?” bisik Hahee ke Sharon yang ada ditempat duduknya, tetapi dia cuma menunjuk ke arah orang yang dianggap Hahee adalah Sehun.
“Kenapa? Ini kan Sehun. Sehun-ah, mereka kenap...” Hahee terkejut, tenyata orang itu bukan Sehun yang sebenarnya. Kenyataan ini diperkuat dengan datangnya Sehun yang asli.
“Hahee, kau tadi kemana? Aku dikan..tin. Ini anak kelas pada kenapa semua?” Sehun melambatkan bicaranya karena bingung apa yang terjadi saat ia datang.
“Sehun, aku mencarimu. Kemana?” Hahee mencoba mengalihkan suasana dan keadaannya yang malu. Dan salah satu dari isi kelas yaitu Kai mengeluarkan suaranya,
“Mwo?! Sehun-ah, k-kau mirip dengan Luhan. Sungguh,” beberapa anggukan dari teman - teman sekelas menyusul setelah ucapan Kai tadi,
“Kalian kembar?” tanya Kim Ye Rim ke Luhan yang sedang ia ajari salah satu mata pelajaran kelas. Dan Luhan pun menghadapkan badannya ke arah Sehun dan Hahee yang masih berdiri dibelakangnya.
Keduanya sempat diam sejenak dan terkejut satu sama lain.
“Kau siapa?” tanya Sehun bingung,
“Ini anak baru yang kau bilang tadi, Sehun,” ujar Hahee yang terus menundukkan kepalanya karena malu, “..maafkan aku ya tadi. Aku kira kau itu dia,” ujar Hahee sambil menunjuk ke arah Sehun yang berdiri disampingnya. Dan Luhan membungkukkan badannya juga,
“Ne, gwaechanayo.” Luhan menjawab permintaan maaf Hahee terhadapnya, Hahee hampir pingsan karena mendengar jawaban dari Luhan karena terlalu ramah orangnya.
“Kau duduk dimana?” tanya Sehun sok akrab,
“Disana,” jawab Luhan menunjuk ke arah salah satu bangku,
“Mwo?! Itu bangku ku, siapa yang menyuruhmu duduk disitu?” Sehun terus komat kamit ke murid baru,
“Aniyo, aku duduk disebelahnya. Aku disuruh Pak Han, wali kelas yang baru kita.” Luhan menjelaskan dengan sangat lengkap, Sehun yang malu telah membentak Luhan langsung merangkulnya dan duduk dibangku mereka.
           “Kau ikut denganku ya, mari kita rayakan pertemuan pertama kita,” ujar Sehun, Ye Rim hanya melihat mereka berlalu dan...
“Sehun, sehun-ah. Dia sedang belajar denganku, jangan ganggu dulu.” Ye Rim pun akhirnya memarahi Sehun,
“Ya, nanti dulu ya. Anak baru tidak boleh belajar terus, nanti dia bisa pusing. Sudah ya,” jawab Sehun dengan wajah yang membuat orang kesal.
Hahee yang duduk disebelah Kai hanya bisa saling tertawa melihat tingkahnya. Sharon duduk disebelah Baekhyun karena Chanyeol belum kembali dari Paris, dia masih harus melakukan beberapa tes universitas disana.
Pelejaran pertama pun dimulai, Pak Han masuk menggantikan wali kelas sebelumnya karena sesuatu hal.
“Baik, perhatian semua. Kita kedatangan murid baru, sebagian dari kalian mungkin sudah ada yang mengenalnya karena dia sudah mengikuti ektsrakurikuler disekolah ini. Untuk Luhan dipersilahkan memperkenalkan diri,” Pak Han mempersilahkan Luhan berdiri disampingnya,
“Annyeong haseyo, Jeoneun Xi Luhan imnida,” ujar Luhan membungkukkan badannya,
“Ne, annyeong haseyo,” sahut semua isi kelas,
“Kalian bisa memanggilku Luhan. Bangapseumnida,” Pak Han pun menyuruh Luhan untuk kembali lagi ke tempat duduknya. Semuanya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan semestinya. Tak terasa bel istirahat pun berbunyi, dan wajah ketegangan setelah pelajaran Fisika pun nampaknya mulai sirna sedikit demi sedikit.
“Hahee, mau makan apa? Aku lapar banget nih,” ujar Sharon dari bangku belakangnya,
“Ayo ke kantin, aku juga mau ke kantin.” Hahee mengajak Sharon yang merengek karena kekurangan nutrisi. Hahee tidak lupa mengajak Kai yang duduk disebelahnya, dia sedang asyik bermain games di gadget nya.
“Kai,” panggil Hahee,
“Hmm..” Kai menjawab tanpa memandang Hahee sedikitpun,
“Issh..mau ikut tidak?” ujar Hahee mulai kesal,
“Kemana?”
“Ke kantin, mau tidak?”
“Aku tidak tahu, aku sedang main. Sedikit lagi deh, nanti aku menyusul.” Kai benar - benar membuat Hahee kesal.
“Baekhyun, Sharon ayo,” Hahee mengajak kedua temannya saja ke kantin, dan tak lupa mengajak Sehun dan teman baru kita, Luhan.
“Luhan, Sehun, sudah jangan belajar aja. Ayo ke kantin, ini udah istirahat loh.” Hahee mencoba mengajak mereka dan mereka berdua mau ke kantin bersama. Kai yang mendengar Sehun diajak ke kantin, dia segera merelakan permainannya kalah. Dan segera mengikuti mereka yang akan makan bersama di kantin, tentunya dengan yang lainnya.
“Hahee, tunggu! Aku ikut,” teriak Kai,
“Ayo cepat, aku lapaaar Kai!!!” rintih Sharon yang kesal,
“Iya iya sabaar,” Kai menyusul Hahee dan yang lainnya. Dan mereka pergi bersama ke kantin dengan hati yang riang. Ini kaya anak TK lagi rekreasi ya??
Dikantin, tempat semuanya penuh. Biasanya memang mereka dapat tempat tapi berhubung pelajaran Fisika terlambat istirahatnya, mereka belum sempat menandai tempat. Kai punya ide cemerlang,
“Hei, gimana kalau aku, Hahee, Sharon memesan makanan. Kalian diam saja dilapangan, nanti kita bawa makanannya kesana. Bagaimana?” ujar Kai,
“Kau tidak ingat, karena kau juga kita dihukum membersihkan lapangan. Kau membuang sampah gak pada tempatnya kan?” Sharon mencoba mengingat masalah yang lalu. Kai hanya bisa tersenyum mengingat itu,
“Ya maaf. Kan aku waktu itu lupa,” mohon Kai,
“Ssstt..sudah sudah, kalian. Aku dan Sehun memesan, kalian duduk disini sampai ada bangku yang kosong. Ayo Sehun,” ajak Hahee sambil menjulurkan tangannya ke Sehun. Kai hanya melihat tangan mereka berpegangan dan pergi ke tempat pemesanan.
“Usaha kau failed lagi ya, turut berduka cita kawan,” goda Baekhyun yang duduk disebelah Kai,
Gak ada kerjaan selain meledekku?” Kai memukul kepala Baekhyun, “Aduh!” rintih Baekhyun, Sharon pun melerai mereka berdua.
“Sudahlah, kalian sudah remaja. Malu dilihat orang lain, lihat Luhan aja tenang begitu. Kenapa kalian jadi rusuh begini?” ujar Sharon yang duduk diantara Baekhyun dan Kai. Luhan hanya tersenyum melihat Kai dan Baekhyun,
“Tidak apa - apa, aku sering seperti itu dulu di sana. Hidup jangan terlalu serius, nanti bisa cepat tua loh,” ujar Luhan sambil tersenyum manis,
“Oh ya? Tuh Sharon dengerin, nanti kamu cepat tua loh lihat kulitmu ini, kasihan dia.” kata Baekhyun memegang kulit pelipis Sharon,
“Iya benar, nanti kau cepat dipanggil nenek oleh saudaramu. Iiihh..” sahut Kai,
Sharon langsung memegang wajahnya dan menggeleng - geleng, dia tidak mau terjadi sesuatu seperti apa kata Luhan tadi,
“Kau bercanda?” tanya Sharon,
“Ani, aku tahu dari ibuku. Dia sering tersenyum, dan memang terlihat lebih muda dari umurnya. Jadi aku percaya itu,” ujar Luhan dan mereka semua memandang Luhan dengan serius.
“Kalian kenapa? Jangan seperti itu,” Luhan menepuk bahu Baekhyun,
“Hahaha, kau takut ya? Dipandangi dengan makhluk extra ordinary seperti kita ini?” goda Sharon, dan Luhan hanya bisa tertawa dan bilang kalau dia ngga sama sekali takut. Mereka memang sedang asyiknya berbincang sampai tak sadar Hahee dan Sehun berdiri diantara mereka. Hahee duduk diantara Sharon dan Kai sedangkan Sehun memilih duduk disebelah Luhan.
“Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Hahee,
“Ada deeh,” Sharon dan yang lainnya tersenyum geli. Hahee tampaknya langsung memasang wajah sebal, dia kurang suka dengan sesuatu yang rahasia dibelakangnya.
Makanan yang ditunggu - tunggu akhirnya datang juga, Sharon dan Baekhyun segera melahap makanannya. Hahee dan Sehun saling bertukar - tukar makanan sedangkan Kai hanya bisa melihat peristiwa itu didepan matanya. Makanannya dia mainkan, selera makannya jadi berkurang tapi Luhan langsung menahan tangannya. Luhan menyuruh Kai untuk tidak memainkan makanan yang ada dihadapannya. Dan keadaan menjadi damai dengan sendirinya. Hari pun berakhir dan berlalu seiring waktu yang terus berjalan.

***

To Be Continued......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar