Sabtu, 02 April 2016

Destiny - part 2

Author POV

Chanyeol pun segera menemani Ahra di dalam ambulans, ia takkan melepaskan dia begitu saja. Ia mau tahu seperti apa kondisi Ahra sekarang menurut dokter disana. Darahnya terus mengotori seragam sekolahnya, lalu manajer menariknya untuk turun segera dari ambulans saat mobil berhenti di rumah sakit.
"Andwae, angayo!" Chanyeol enggan naik ke mobil van. Hyung terpaksa mendorongnya dan dia segera menyusul ke dalam mobil.
Ia membenturkan kepalanya ke jok mobil yang ada dihadapannya. Hyung tak bisa bisa membiarkannya terus begini, ia mengambil inisiatif untuk memarkirkan mobil dulu.
"Aku akan ke dalam, memastikan apa yang terjadi oleh Ahra. Kau tunggu disini!"
"Aku ikut!"
"Andwae, kau disini dulu! Kau mau membuat Ahra semakin begini? Aku akan memberimu informasi yang kudapat tadi. Kau tunggu disini, nanti akan kuberitahu," ujar Daehan hyung, kebetulan Chanyeol segera menuruti apa katanya. Sampailah kepada kekecewaan Chanyeol yang memuncak, ia akhirnya turun setelah mendengar kabar dari hyung. Kalau Ahra sudah sadar tapi akan dilakukan operasi untuknya. Ia pun berlari secepat yang ia bisa, mengejar cintanya yang akan menjalani operasi.
"Kenapa kau kesini!" ujar hyung menghalangi Chanyeol,
"Hyung, Ahra dimana?"
"Dia sedang di ruang tunggu, ia akan masuk ke ruang operasi sebentar lagi." Chanyeol tak menyia-nyiakan waktu, ia pun mendorong Daehan hyung dan segera mengejar Ahra. Beberapa pasang mata yang melihatnya, dengan balutan seragam yang penuh darah, ia berlari sambil menangis.
Ia menghentikan langkahnya saat menemukan Ahra ada dihadapannya. Ia menghampiri dengan langkah yang hati-hati, dan segera meraih tangan Ahra yang sedang berbaring. Ada suster didekatnya, sedang sibuk memegang oksigen untuknya. Membantunya agar tetap bernapas, terima kasih untuk suster itu.
"Ahra," panggilnya dengan nada lembut, siapa yang menyangka Ahra membuka matanya. Ahra juga memegang erat tangan Chanyeol, dan meneteskan air mata. Ia terlihat ingin berbicara, lalu chanyeol mendekatkan telinganya agar bisa mendengar apa yang dikatakan.
"Nado saranghae," bisiknya dan mempererat genggamannya, kemudian menangis lagi. Setelah itu tangan mereka akhirnya berpisah juga. Chanyeol tersungkur mengingat peristiwa ini, ia memastikan ini takkan terjadi lagi.

Chanyeol POV

Aku pun mengusap air mata yang ada, dan kembali duduk manis di dalam mobil. Hyung segera menanyakan bagaimana keadaannya, bagaimana kabar perasaanku. Dan aku datang untuk menagih janji hyung yang akan menceritakan informasi yang di dapat tadi.
"Kau harus tenang dulu kalau mau mendengarkan ini," ujarnya. Aku pun menarik napas beberapa kali agar tenang.
"Apa hyung?" tanyaku mengatur nada bicaraku agar tetap tenang. Hyung mendapatkan info dari ibu pemilik kedai, ada wanita yang membeli kursi di kedainya meski tidak di jual. Saat ahjumma itu hendak menjemur kain sehabis dicuci, ia melihat ada anak SMA lebih dari tiga memukul satu orang. Karena tak mungkin menghadang sendiri, lalu ia segera menyalakan sirine motor milik suaminya yang kebetulan seorang polisi untuk mengusir anak-anak itu pergi.
"Apa ada cctv di kedai itu?" tanyaku,
"Entahlah. Ayo kita bahas ini lain kali saja di asrama. Sebaiknya kau bersihkan bajumu sebelum ketahuan banyak orang dan mendapatkan fotomu dengan keadaan seperti ini.

Sesampainya di asrama, aku mengeringkan rambut dengan handuk sambil melamunkan cerita Daehan hyung tadi. Sepertinya ada yang bisa kuandalkan, dan kutuntut orang yang membuat  Ahra seperti itu.
"Brugg" tabrak Kai yang baru datang, mencoba mengejutkanku tapi malah bahunya yang sakit. Aku dapat ide bagus saat melihatnya yang baru datang, juga kehadiran baekhyun, sehun dan Daehan hyung. Akan kurekonstruksi ulang kejadian itu.
Aku mengambil kursi makan dan tali skipping yang biasanya kami pakai untuk olahraga pagi. Kuikat Kai pada kursi itu,
"Hyung, apa-apaan ini? Aku sesak, hyung ughh," ujar Kai menggeliat berusaha melonggarkan ikatannya.
"Diam dulu," kemudian aku kembali konsentrasi. Aku menyuruh Baekhyun dan Sehun berdiri di sebelah Kai. Tapi aneh, seharusnya tak ada jejak sepatu di belakang seragamnya Ahra kan? Tapi jelas kata kim ahjussi, polisi di TKP, dibaju Ahra ada jejak sepatu. Kucoba menendang Kai dari belakang, tapi punggung terhalang sandaran kursi itu kan? Kusuruh Daehan hyung berdiri didepanku dulu, berjalan membelakangiku. Kutendang dia,
"Aisssh appo!! Ya!! Augggh jinjja-ish," ujarnya berusaha mengusap punggungnya yang terasa sakit dan bangun berusaha memukulku kembali.
"diam hyung. Seriuslah." Aku berpikir sejenak, "hyung ambilkan gitarku yang sudah false,"
"Eodisseo?" tanyanya kesal sambil mengusap punggungnya yang sakit.
"di belakang pintu gudang," ujarku  memerintah. "Dan sehun, ambilkan stick baseball mu,"
"Ya hyung, buat apa sih?" tanyanya sambil tiduran dengan ponselnya. Ingin kutendang wajahnya waktu itu, lalu ia langsung berjalan ke kamarnya mengambil stick baseball. Lalu aku duduk santai sambil menunggu Daehan hyung dan Sehun mengambil barang yang kusuruh. Aku hanya tersenyum melihat Baekhyun dan Kai mencibir membicarakan sikapku yang aneh.
"Mwohae? Eo? Mwo?" sapaku kepada mereka sambil menggambar kejadian yang dipikiranku. Terpikir olehku untuk menelepon Kim ahjussi untuk menanyakan hasil olah TKP nya. Tapi tak kunjung di angkat, kubiarkan dia bekerja semaksimal mungkin, baru kutagig hasilnya nanti. Aku kembali dengan gelaran rekonstruksi yang kubuat sendiri.
"Sudah?"
"Eo!" ujar mereka bersamaan dengan wajah yang malas. Kuabaikan perilaku mereka terhadapku seperti itu, kusuruh mereka berdiri sesuai yang ku gambar.

Sehun menjadi shadow 1, baekhyun menjadi shadow 2, Daehan hyung menjadi shadow 3, Kai menjadi Main Target dan aku menjadi investigator.
Kusuruh mereka melakukan apa yang kukatakan, tentunya tanpa memukul secara keras.
"Eo? Eo, wae hyung?!" ujar Kai menundukkan kepalanya.
"Wae?" sahutku menahan tangan.
"Stick baseball itu, jangan sungguhan ya." ujarnya tersenyum ketakutan padaku. Aku bercanda hendak memukulnya, tapi aku tetaplah hyung-nya yang mesti menyayanginya. Aku segera melakukan beberapa pukulan yang kuduga penyebab luka yang cukup besar itu ada di kepala dan di pelipis. Telinganya masih bekerja dengan baik, tak ada kerusakan yang fatal. Hanya dengan beberapa kali memeriksakan ke dokter, itu tidak jadi hal yang serius.
Stick baseball, dan gitar seperti tidak membuat dia benar-benar kritis saat itu. Sebuah paku yang tertancap di punggungnya dan sebagian serpihan yang lebih kecil yang menempel di rambutnya kurasa bukan dari gitar.

"dia membeli kursiku, tapi aku tak menjualnya. Tak lama kudengar suara hantaman keras dari kursi," aku ingat apa kata ahjumma itu. Kursi? Apa Ahra dipukul kursi juga? Segera kugambarkan kejadian yang ada dikepalaku.
"Hyung?"
"Uhhm,"
"Kita punya kursi kayu?"
"Untuk apa lagi?"
"Ada? Dimana?" Aku langsung menuju kamar Baekhyun, aku ingat tempat ia meletakkan kotak-kotak berisi sepatunya adalah kursi kayu. Aku sudah memegang itu, dan kusuruh Baekhyun memukul Kai dari belakang dengan tenaga yang cukup keras. Aku akan meletakkan bantal yang tebal dan mengikatnya di seluruh bagian belakang tubuh Kai.
"Aku tak sebodoh itu, aku juga memikirkan keselamatanmu," ujarku sambil mengikatkan bantal milikku, milik Sehun, milik Daehan hyung yang tadi diambilkan oleh Sehun. Kukira semua sudah siap, ready..ACTION! Baekhyun punya tenaga yang kuat untuk melempar benda seperti ini hingga pecah.

"Prakk!!!" Hancur sudah kursi kayu yang tadi kugunakan untuk memukul Kai. Saat kulihat, aku cukup terkejut melihatnya. Sudah kuduga kenapa dia memilih kursi kayu yang tak dijual daripada kursi besi dan plastik yang jelas dijual di toko kursi tak jauh dari kedai ahjumma.
"Hyung!" Sehun berteriak,
"Eoh, wae?!" Kuhampiri dia yang ramai sendiri. Aku tak kalah terkejut dengan Sehun tadi, Kai terluka. Paku yang menancap itu sudah melukai permukaan kulitnya. Aku pun segera menjauhkan bantal penghalang tadi dari punggungnya dan segera mengobatinya sambil meminta maaf karena perbuatanku ia terluka.
"Gwaenchana hyung, hehe. Aku hanya sedikit kaget, ternyata aku tau bagaimana rasanya paku menancap ditubuh," Kai bercanda, kupukul lukanya yang sedang ku obati.
"Appo!" Kai meringis. Aku hanya tersenyum dan mengingat kejadian Ahra tadi. Kursi? Di TKP sudah tak ada kursi, kemana barang bukti itu? Apa mereka hanya membutuhkan pakunya, bukan kayunya? Lalu siapa Ahra, kenapa dia jadi target mereka?

1 komentar:

  1. Find a game you love – casino, and the slots – drmcd
    Play for real money 남원 출장안마 casino at DrmCD! We have over a 아산 출장샵 dozen 충청북도 출장안마 titles such as classic 수원 출장마사지 slots, unique slots, online table games, 진주 출장안마 scratch cards and more!

    BalasHapus