Selasa, 12 April 2016

Maaf Sahabat

L.Gurman
Genre: bukan horor bukan thriller, middle diantaranya haha.

Kami berdua benar-benar bersahabat, aku dan Hyuna itu bagai kancing dan benang. Iya, takkan berguna satu sama lain jika tak bersama. Kurang lebih seperti itu, sudah terbayang bagaimana kami menjalankannya?
Suatu hari aku akan pergi ke Gangnam, sepertinya paman Taekyung menyuruhku untuk menjenguknya yang sedang sakit. Hyuna ingin dekat denganku terus, tapi kujelaskan kalau aku tak bisa mengajaknya pergi kali ini. Ini bukan tamasya, ini dalam rangka bakti sosial ke rumah paman. Namun ia memaksa, untuk saat ini kubiarkan dia pulang dan aku tetap di Daegu. Kuputuskan tengah malam untuk pergi, dan tanpa memberitahu Hyuna.
"Tak akan, Hyuna. Aku disini,"
Aku merasa persahabatan ini terlalu berlebihan. Hyuna terlalu mengekangku untuk melakukan sesuatu. Hubunganku dengan Dae Young juga kandas, karena Hyuna mengabarkanku kalau kekasihku itu berselingkuh. Kuturuti saja, karena aku percaya pada sahabatku sendiri. Tapi, Daeyoung memberikanku keyakinan yang cukup imbang, bahkan dia nekat menikahiku akhir bulan ini. Setelah berkunjung ke Paman Taekyung, kusempatkan berbicara langsung dengan Daeyoung. Di tengah perjalanan kupikir ada lampu sign mobil yang menyorotiku. Tunggu, mobil itu mengarah padaku!

****CRASH****

Hyuna sudah berdiri dipinggir jurang dengan wajah bangganya. Ia pun menceritakan semuanya sambil tertawa lega karena telah menyingkirkanku. Samar kudengar,
"Daeyoung itu milikmu, kau itu milikku. Tak mungkin aku melepaskanmu untuk Daeyoung kan? Hahaha.. Dan kali ini aku harus menyingkirkanmu, karena aku sudah menyayangi Daeyoung. Biarkan aku yang menikah dengannya. Pamanmu, si Taekyung itu? Sudah kuberi obat tidur dosis tinggi, kubiarkan dia tertidur 'agak' lama dari biasanya. Tapi tak sampai mati, hanya sedikit sesak nantinya. Tekanan jantungnya akan cepat dan dia takkan membelamu lagi untuk bersama Daeyoung." suaranya terdengar jelas ditelingaku.
.
.
.
.
Aku pun naik ke atas tebing, berusaha bertahan dari bongkahan batu yang rapuh. Kupegang kaki Hyuna, ia pun terkejut. Aku menunjukkan wajah kesal dan marah dengannya. Karena semua kebanggaannya, aku akan membalaskan perbuatannya.
"OMO! Kau mau apa?" Tanya Hyuna seperti tak bersalah. Tak main-main, kutarik kakinya ke jurang seperti yang ia inginkan terjadi padaku.
"Maaf sahabat, cara busukmu itu terlalu membuatku menjadi iblis!" Ujarku sambil berdiri memandangi tubuhnya yang terkapar tak berdaya. .
.
.
.

Selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar