Senin, 23 November 2015

Pulang

Author : L.Gurman

Hujan sepertinya terus mengguyur bumi, tapi tidak untuk kepala dan seluruh tubuhku. Tak terkecuali. Aku berlindung di bawah naungan rumah mewah namun ngeri. Atapnya sudah usang tergerus zaman. Bukan, bukan untuk ribuan tahun yang lalu, hanya saja cuaca di Bogor ekstrim akhir-akhir ini. Hujan, lalu panas, hujan ya sesudah itu panas, hujan lalu ya hujan terus. Itu loh, yang sering dapat kutipan "pengirim" banjir ke Jakarta. Haha, kutertawai berita macam itu, terlalu menggelitik. Bukan tentang Jakarta banjir atau Bogor yang sering hujan yang akan jadi dongeng sebelum tidur para anak marmut yang lucu itu. Tapi dia, orang yang mengindahkan sulitku, dan menyulitkan indahku. Dimas Dirgantara, sahabatku yang mencoba menjadi temanku, "teman hidup" katanya. Sudah rajin kepalanya ia elus karena sakit, itu karenaku. Habisnya, dia terlalu sering menyesatkanku sampai dosen menggelengkan kepalanya untukku.
"Lesta, kamu ngapain?" Ujar dosen yang melihatku mendadak berdiri.
"Ngga pak, tadi katanya saya diabsen yang nilainya C pak,"
"Lesta, lesta, npm kamu berapa?" tanyanya sambil liat daftar nilainya.
"023 pak,"
"022, Adi Wicaksono. Bukan kamu,"
Semuanya tertawa, juga Dimas yang memberitahuku untuk berdiri dan menghampiri dosen. Katanya kalau tidak maju, tak bisa perbaikan nilai. Kurang ajar memang, aaarghhhh aku kesal. Saat kuhampiri bangkunya, dia hanya diam tapi masih ada tawa kecil bekas tadi aku dipermalukan.
Tapi sikapku tegas marah, tapi dia lebih punya ketegasan untuk membuatku tersenyum "lagi". 
.                                                  
.
.
.
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar