Senin, 23 November 2015

Pulang (2)

Author : L.Gurman

Dimas menghela nafasnya, dan berusaha membahagiakanku dengan lawakan garingnya. Dia terus mengusik diamku, padahal ingin sekali tertawa. Tapi dia keterlaluan, kalau cuma sekali ya kumaafkan. Ini mungkin sudah puluhan kali aku dijadikan bahan tertawaan kelas. Berharap aku menghadiahinya sebuah tawa kecil dan sebuah kalimat "ya, kumaafkan" dariku. Nyatanya tidak. Kemudian dia diam, kudengar dosen terus mengoceh tentang leasee dan lessor. Apa kau tau itu? Itu pemeran utama dari drama yang kububuhi judul "pembayaran leasing". Aku yang bosan, hanya nunduk lalu melukis beberapa saja nama aktor korea yang kuinginkan, hanya bertemu bukan berharap menjadi pasangan hidup. Mimpinya terlalu tinggi, nanti jatuhnya makin sakit. Kembali ke suasana dan "dia" yang berubah.

"Lesta, kamu kenapa? Itu diliatin dosennya," ujarnya bisik ketakutan, ikut merunduk dan meyakinkanku, kalau dosen benar-benar sedang memperhatikanku. Aku langsung mengangkat wajahku, dan menegakkan dudukku. Saat kulihat, dosennya sedang menulis dipapan tulis dengan "anteng" dan jangan tanya selanjutnya bagaimana aku. Sudah jelas aku makin geram dengan sikapnya yang membuatku muak.
"Hahahaha," ia tertawa puas disebelahku, tapi dengan suara bisik yang tetap mengejekku. Kumaafkan untuk kali ini, dan kuputuskan untuk berhenti bercanda dan tetap belajar.
Oh iya, aku mengenalnya sejak semester awal sejak kami dipertemukan dikelompok yang sama dan ditunjuk sebagai ketua barisan. Tak usah dibahas bagaimana ia dipermalukan kakak kelas karena salah panggil nama kakak kelas, dan akhirnya.. jika kuingat itu, hanya akan membuatku tertawa terus saat melihatnya. Boleh aku tertawa lepas sekarang? HAHAHAHA.

Kami memacu nyali kami untuk tidak masuk mata kuliah Auditing II yang aku dan teman sekelas kenal bahwa dosennya adalah dosen yang kelak menguji kami nanti. Di sidang skripsi.
"Gausah masuk," ujarnya sambil asyik mengendarai motor santai,
"Heh, gila. Pak Haris sekarang!"
"Yaudah kamu aja, ntar aku turunin didepan kampus ya, Les?"
"Enak aja!" kutoyor helmnya dari belakang, motornya oleng. Atau memang sengaja ia kemudi dengan tak stabil.
"Heh pea! (Pea: entah tulisannya bagaimana yg pasti artinya lebih "bodoh") Yang bener, nanti gue gak jadi pake toga eh!" ujarku sedikit teriak dari belakang. Hujan, hujan! Sesegera mungkin ku instruksikan dia untuk menepi, kalau tidak bajuku akan basah. Baju dia? Tidak. Karena dia pakai jaket, bukan baju. Kalau kau tanya jaket dia, ya mungkin akan kujawab basah. Haha, bercanda. Dia juga selalu begitu, lupakan ini, boleh?

"Ini mienya,"
"Cie paham banget sih gue laper,"
"Lu kan gendut, Les" itu kata paling *kampret* yang kudengar darinya.
"Sialan, awas lu minta," kataku menarik mangkuk mie yang tadi ia pesankan untukku. Dia hanya tersenyum dan sesekali menyeka jaketnya yang sedikit basah.
"Gue ke kamar mandi dulu ya," ujarnya berlalu setelah kuberi anggukan, tak kujawab karena mulutku sudah kujejali mie. Maklum aku gendut, dan aku lapar. Untungnya sahabatku yang satu itu mengerti, aku sayang dia. Sekembalinya dari kamar mandi, dia meminta izin untuk merokok diluar. Untuk kali ini, kurespon saja ucapannya.
"Ishh, gak baik buat kesehatan. Kurus lo!"
"Ah temen gue gendut ini,"
"Haha!" jawabku sedikit ketus, aku marah saat dia mengungkit fisikku yang gempal seksi, itupun katanya juga. Hahahaha.

Seusai makan, kupanggil ibu warung.
"Berapa bu?"
"Anu mba, tadi sudah dibayar sama masnya yang pesen," ujarnya dengan intonasi medok khas Jawa Tengah itu.
"Oh? Makasih mba,"
"Enggeh mba,"
Lalu kuhampiri dia, tak kutemui batang rokok diantara jari jemarinya, baik yang kanan maupun yang kiri. Lalu dia ngapain daritadi disitu? Dia sedang akrab dengan teh hangat yang mengebul dengan dua bapak-bapak yang ikut mengebul juga, tehnya.
"Sudah?" kujawab dengan anggukan, dan senyuman untuk para bapak yang sudah baik menemaninya.
"Lu tunggu didalem aja, Les. Hujannya masih gede," ujarnya,
"Yah lu dingin juga, Dim,"
"Udah masuk sana, tuh disini nyiprat aer ujannya," ujar Dimas sambil menyuruhku untuk masuk ke dalam dengan kode kepalanya, dan aku menurut saja.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar