Senin, 11 Agustus 2014

Parodi CINTA WOLFiction - EXO



Bagai melihat dua permata yang berharga yang keindahannya hanya dapat dilihat dari jarak terdekat. Dua permata berbeda karakter ini, membuat mereka terlihat berbeda karena jarak penglihatan orang.. Selain itu, mereka berdua memiliki nilai plus kekuatan magis yang mereka milikku.  Itulah yang dua sahabat ini lakukan, perjalanan mereka yang membuat mereka bersama. Dua sahabat yang sama-sama memiliki kekuatan magis layaknya wolfman atau manusia serigala. Kekuatan mereka tak diragukan lagi, karena mereka memiliki kekuatan yang sesuai dengan karakter jiwa mereka. Luhan dan Kris, dua sahabat ini bersekolah disatu sekolah yang sama. Tidak ada yang tahu tentang kekuatan mereka. Kadang mereka tidak mengerti kenapa mereka memiliki kekuatan yang diluar akal sehat. Tapi sebenarnya Kris tahu alasannya, entah apa itu. Luhan yang terpaut perbedaan umurnya karena Kris merupakan kakak kelasnya,
Hyung, kau sedang apa? tanya Luhan,
Aku sedang meredam amarahku, kau lihat yang disana. Aku masih tidak bisa menunjukkan amarahku, ujar Kris,
Kenapa? tanya Luhan lebih lanjut,
Karena banyak yang akan menyalahartikan ini, Luhan. jawab Kris sambil meremukkan kertas yang ada ditangannya,
Kalau begitu, biar aku yang kesana, ujar Luhan yang ingin segera membela orang lemah yang ia lihat disana.
Ingat, Luhan. Jangan sampai kau memperlihatkan rahasia kita, biarkan itu menjadi kekuatan yang tersimpan, ujar Kris hendak pergi,
Kau mau kemana, hyung? tanya Luhan,
Mau tau aja, apa mau tau banget? Aku mau pergi jauh, maaf Luhan. Mafia itu terus memaksaku untuk mengikutinya, dan aku sudah tidak mau masuk ke lingkaran itu. jawab Kris,
Baik, hyung. Tapi, kata Luhan, dan Kris mengambil jatah bicara Luhan,
Tenanglah, selama kau ini tidak menunjukkannya. Kau akan terlihat tersamar dengan identitasmu yang pindah sekolah. jawab Kris,
Baiklah, aku akan kesana dulu. Takut terlambat, jawab Luhan,
Dan mereka berpisah dari pertemuan itu, Luhan segera mendekati pengeroyokan disana. Sedangkan Kris pergi merantau entah kemana, yang pasti dia melarikan diri secara terhormat dengan memberikan sebagian kekuatan yang ia punya kepada Luhan. Luhan melerai perkelahian itu dan tidak sengaja Luhan menunjukkan gelagat aneh dan mengundang banyak tanya dari mafia itu.
Bos, apa dia seperti Kris? tanya anak buah 1,
Iya bos, sepertinya tingkah laku dia persis Kris yang dulu anggota mafia kita, sahut anak buah 2 yang terus manahan sakit hajaran Luhan diperutnya,
Hmmh, sepertinya. Lihat nanti, kita akan melihatnya sendiri, ujar bos mafia itu dengan wajah angkuhnya, dan mereka semua pergi dari Luhan dan orang lemah yang dikeroyoknya itu. Luhan pulang kerumah dengan keadaan tubuhnya yang lemah. Tidak ada teman yang ingin bermain dengannya karena semua orang menganggap Luhan aneh.
Aku pulang, suasana rumah seperti biasanya, hanya ada anjing peliharaannya yang menyapa. Sejak tinggal menjauh dari keluarga, Luhan sudah biasa dengan suasana seperti itu. Lalu Luhan pergi ke kamarnya dan merebahkan badannya di tempat tidur. Dia akui, setelah kepergian Kris menjauh dari keadaan, dia merasa sepi. Sering juga merasa sendiri dibumi yang luas ini,
Hhh, seharusnya aku ikut Kris. Aku ingin melarikan diri dari keadaan ini, aku muak haah!!  teriaknya sambil memegang kepalanya dan dia melihat simbol kekuatan ditangannya itu.
Kris, ujarnya dan handphone-nya berdering memecahkan suasana mengharukan tadi.
Yeobseo? suara orang berbisik ditelepon membuatnya harus berulang kali menyapa orang yang ditelepon,
Ya, halo. Aku Lee Joon tetanggamu, sebaiknya kau jangan keluar rumah. Didepan banyak orang yang mencarimu. ujar penelepon, yang ternyata tetangga yang tinggal dibawah.
Lalu, mereka bilang apa? tanya Luhan sambil menyingkap tirai kamarnya yang menutupi jendela yang tembus keluar.
Dia mencari Kris, sebaiknya juga kau segera melarikan diri. Karena mereka akan mengincar kau dimana saja. ujar Lee Joon berbisik karena anak buah mafia masih ada didepan pintu rumahnya,
Ne, baiklah. Kapan aku bisa keluar dari sini? ujar Luhan yang bergegas membereskan barang bawaannya,
Malam, tepat jam 12. Mafia ini akan pergi ke markasnya, ujar Lee Joon,
Kau tahu detail seperti itu darimana? tanya Luhan,
Aku mendengar percakapan mereka ditelepon tadi, jawab Lee Joon, ayo segera tutup telepon ini, aku akan berakting kepada mereka untuk mengalihkan. dan dia menutup teleponnya. Luhan segera bergegas mencari tempat tinggal baru dekat sekolahnya. Setelah menghubungi apartemen tersebut, Luhan menunggu jam 12 malam. Sesekali dimenyingkap tirai jendelanya itu, masih ada beberapa anak buah mafia itu yang berkeliaran. Dan sampai akhirnya, suara mesin mobil menyala itu tandanya mereka pergi,
Ingat ya, kalau sampai kami melihatnya. Kau akan menjadi jaminannya, ujar salah seorang anak buahnya kepada Lee Joon yang kemudian masuk kedalam mobil. Saat serius mengintip seberapa jauh jarak mobil saat itu, handphone-nya berdering. Lee Joon memberinya sinyal,
Luhan, dengarkan aku. Aku tahu dimana markasnya, dan jarak ke sekolahmu itu tidak aman kalau kau ambil jalan barat, nanti kau putar arah ke timur lalu..... jelas Lee Joon panjang lebar,
Baiklah, iya aku akan melakukannya. Maaf mengganggumu, dan terima kasih banyak atas bantuannya. ujar Luhan sambil membawa barang-barangnya. Setelah dibawah, Lee Joon sudah membelikan tiket taksi untuknya. Dan Lee Joon menyerahkan tiketnya,
Ini tiketnya, Luhan. Maaf hanya bisa membantumu sampai sini, jaga dirimu, kata Lee Joon sambil menepuk bahu Luhan,
Iya, terima kasih banyak. Aku tidak akan melupakannya, ini menurutku sudah cukup. Luhan memeluk Lee Joon, taksi pun datang dan segera mereka berdua memasukkan barang-barang ke bagasi.
Sudah ya, aku segera masuk ke rumah. Tidak enak sudah malam, aku duluan. Dah, Lee Joon segera masuk ke rumah. Luhan pun bergegas pergi ke tempat tujuannya.

***
Pagi harinya, kicauan burung pagi menyambut Luhan yang masih ditempat tidur.  Luhan bangun tidur di rumah barunya. Rumah baru nya itu membuat dirinya nyaman, tapi terasa asing karena desain rumahnya yang lebih sederhana dari yang sebelumnya. Sebenarnya bukan itu masalahnya, dia tetap masih waspada anak-anak mafia itu. Hari ini hari senin, hari pertamanya masuk ke sekolah baru yang sudah diurus Kris sebelum pergi.
Dia bergegas pergi ke kamar mandi dan sarapan. Pagi sekali sekitar pukul 6 pagi, dia diam-diam keluar untuk membeli sarapan. Kebetulan didepan apartemennya, ada kios makanan serba ikan buka 24 jam karena kemarin hari minggu. Dia masuk dan membelinya, setelah membeli masuklah orang berpenampilan rapi. Berperalatan lengkap, microtelecom menempel ditelinganya, berdasi, ini terlalu membuat bingung pemilik kios. Luhan mengenalinya, itu suruhan ayahnya.
Tuan, kau harus segera pulang, tegas suruhan ayahnya itu, sebut saja namanya Lee Junsu,
Hhh, apa urusannya denganmu? ujar Luhan,
Bapak sedang jatuh sakit, dimohon kehadiran tuan, ujar Junsu sambil membungkuk didepannya untuk memohon,
Hhh, kau saja yang menjaganya. Kau itu anak yang sebenarnya ayah sayang. Kau tahu, aku sudah muak mendengar semua kebohongan yang kau buat, jawab Luhan kesal, karena selama ini banyak alasan kebohongan agar Luhan mau pulang.
Tidak tuan, ini sungguh benar. Bapak terus memanggil namamu, tuan. Kau sungguh dibutuhkan, saya mohon, ujar Junsu memohon, pemilik kios akhirnya ikut memberikan Luhan jalan keluar.
Nak, sebaiknya kau tengok ayahmu itu. Sebelum kau menyesal seumur hidupmu, apa salahnya kau menengoknya walaupun cuma sekali. Dia memanggilmu pasti dengan panggilan rindu, percayalah nak. ujar pemilik kios, seorang wanita tua dan berwajah teduh. Luhan mencoba berpikir panjang, dan akhirnya dia menuruti perkataan ibu kios itu. Dan dia memutuskan untuk ikut Junsu ke mobil,
Gamsahamnida, ujar Luhan merunduk memberi salam ke pemilik kios, dan pemilik kios tersenyum padanya. Dia mengibas tangannya dari tangan Junsu, Luhan tidak mau tangannya dipegang ke mobil. Didalam mobil Luhan sudah malas melihat suasana mobil yang selalu mengingatkannya pada ayahnya.
Ayah sekarang dimana? tanya Luhan dengan nada yang datar,
Dirumah, tuan. Maafkan saya, kemarin saya sudah memaksa bapak agar dirawat dirumah sakit. Tapi dia hanya ingin diantar olehmu saja, tuan. Saya mohon tuan bersikap baik nanti.
Baiklah, hanya itu yang kau inginkan? jawab Luhan,
Iya, tuan. Luhan hanya mengangguk dan memandang suasana luar dari jendela mobil.
Luhan tertidur sejenak dimobil, dia bermimpi ayahnya waktu itu. Ayahnya meminta ia tetap menjadi anak yang baik, dan tetap menjadi anaknya selalu. Jangan pernah melupakan ayahnya kelak walaupun dia membencinya,
Ayah sayang kau, nak. Jaga kakak perempuanmu dan ibumu ya, Luhan yang kaget langsung terbangun, dan sadar itu hanyalah mimpi.
Tuan, sudah sampai rumah, ujar Junsu, Luhan segera turun dari mobil dan berjalan ke pintu rumah.
Permisi, aku pulang. Ibu, kakak! ujar Luhan sambil mengganti sandal rumah. Kakaknya segera keluar menyambut Luhan dengan wajah yang terharu,
Kau pulang, Luhan. Ayo ke kamar ayah, ayah akan senang mendengar kau pulang, ujar Lee Yoonhwa, kakaknya Luhan, sambil berjalan menuju kamar ayahnya dilantai 2.
Ayah selalu merindukanmu, Luhan. Kau kemana saja? tanya Yoonhwa kepada adiknya,
Aku? Aku masih disekitar sini. Sudahlah, kak. Tidak usah memikirkan aku, aku baik-baik saja. Percayalah, ujar Luhan, Yoonhwa membukakan pintu kamar ayahnya. Ibunya yang melihat Luhan segera membisiki ayahnya yang sedang terbaring.
Luhan, panggil ayahnya,
Iya ayah, ada apa? Aku disini, ayah jangan banyak berbicara, nanti kau tambah parah, ayah. jawab Luhan yang berjalan menuju ayahnya dan duduk disisi ayahnya.
Tidak, ayah baik-baik saja selama kau masih disini, pulanglah nak. Tinggal bersama ayah lagi, pinta ayahnya,
Tidak bisa, ayah. Aku tidak mau membahayakan orang rumah. jawab Luhan sambil menggenggam tangan ayahnya,
Kenapa nak? Kau masih marah dengan ayah? tanya ayahnya,
Bukan ayah, aku sudah melupakan itu. Tapi aku, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, ayah. Tapi aku janji akan selalu datang kesini kalau ada waktu. Bukan saatnya aku diam dirumah ini, jelas Luhan, ayahnya mulai mengerti dan tersenyum. Seakan-akan ayahnya setuju dengan keputusan Luhan yang akan mengunjunginya terus. Hasil monitoring kesehatan ayahnya berubah, suster pun memeriksa ayahnya. Dan semuanya tercengang melihatnya, keadaan ayahnya berangsur baik, kesehatannya kembali normal namun masih masa perawatan. Ibu dan kakaknya tersenyum melihat itu, dan Luhan pun menahan kesedihannya meninggalkan ayahnya disini. Kakaknya mengajak Luhan berjalan-jalan dihalaman rumahnya,
Kau disana tinggal sama siapa? tanya Yoonhwa,
Aku tinggal sendiri, kak. Aku tidak suka ada yang mengganggu privasiku. jawab Luhan sambil memasukkan tangan ke saku jaketnya,
Kau makan dengan apa? Siapa yang mengurusmu disana? Dimana Kris? ujar Yoonhwa yang menyinggung Kris dipembicaraan mereka.
Dia pindah ke luar negeri, biarlah. Tanpanya aku masih jadi aku, Luhan, adikmu ujarnya sambil tertawa, kakaknya ikut tertawa. Yoonhwa menyadari sesuatu terjadi, keadaan adiknya menjadi gelisah, gugup. Dan kakaknya melihat sinar biru di tangannya,
Luhan, ini apa? ujarnya sambil memegang pergelangan tangan Luhan,
Tidak, bukan apa-apa, kak. Sepertinya aku harus pergi, ujar Luhan sambil menggenggam tangan kakaknya dan memeluk kakaknya sebagai salam perpisahan. Lalu Luhan pergi, lari seperti orang biasa. Setelah melewati pagar rumah, dia mengeluarkan kekuatannya dan berlari seperti serigala. Orang mafia itu hampir saja mendatangi rumah ayahnya, dan hampir menemukan tempat persembunyiannya yang sekarang ia tempati. Ia segera bergegas pergi ke sekolah. Sampai disekolah,
Maaf, pak. Saya terlambat masuk ke kelas. ujar Luhan kepada Pak Lee,
Ya, tidak apa-apa. Tapi sebagai hukumannya agar semua anak disini melakukan peraturan dengan taat, kau tidak boleh masuk kelas hari ini. ujar Pak Lee dikantor guru,
Baik, pak. Besok saya tidak akan terlambat. ujar Luhan membungkukkan badannya, dan Pak Lee menganggukkan kepalanya. Akhirnya Luhan keluar gerbang pintu sekolah, dia merasa ada yang mengikutinya. Dia sesekali menoleh kebelakang dengan tatapan tenang dan menoleh kembali ke arah depan. Dan sampai akhirnya ada beberapa murid dari sekolah lain, yang ternyata suruhan mafia tersebut. Luhan yang tidak tahu ada urusan apa dengan mereka, tidak takut berjalan mendekati mereka.
Hey kau? sahut salah seorang dari mereka, Luhan menoleh ke arahnya. Orang tersebut menyerukan kepada yang lainnya agar mengejarnya sampai dapat. Luhan segera lari menjauhi mereka, tetapi mereka tetap mengejar. Sampai keatap sebuah gedung, mereka mengejar Luhan. Dia terus berlari dan terus bersembunyi, mereka mengejar dan mencarinya hingga larut malam.
Tanpa Luhan sadari seseorang dalam keadaan bahaya, seorang siswi sekolah yang entah kapan mulai disana. Ketika siswa-siswa suruhan mafia itu melihat bayangan orang, mereka segera mengejar kearah perempuan itu. Luhan membekap mulut perempuan itu dan menariknya untuk bersembunyi dibalik kegelapan. Perempuan itu tidak sengaja menyentuh tanda yang ada ditangan Luhan, dan Luhan terkejut akan itu. Luhan segera pergi meninggalkan perempuan itu karena keadaan sudah aman. Kelihatannya perempuan itu tampak bingung melihat tingkah Luhan yang panik. Sesampainya diapartemen,
Hey kau, Luhan. panggil pemilik apartemen,
Ya, ahjussi. Ada apa? ujarnya menghampiri Pak Han,
Tunggu sebentar, dia mengambil sesuatu dari dalam rumahnya, ..ini dia, seseorang mengatakan kakakmu menitipkan belanjaan. ujar Pak Han sambil membawa dua kantung supermarket. Luhan segera mengambilnya, dan berterima kasih kepada Pak Han, lekas kembali ke kamarnya. Dia beristirahat, merasa lelah dengan kejadian hari ini. Menurutnya istirahat malam ini penting karena harus bangun pagi untuk hari pertama masuk sekolah baru.

***
Pagi hari sekali dia bangun dan memasak sarapannya sendiri. Dia lekas mandi dan merapihkan perlengkapan kesekolahnya. Pukul tujuh pagi tepat, dia bergegas berangkat karena dia tidak mau terlambat seperti kemarin. Bus pertama keluar jam 07.30, berarti Luhan harus berada disana pukul 07.15. Kereta bawah tanah datang jam 09.00, masih ada waktu untuk meneruskan sarapan ini. Akhirnya Luhan membungkus sebagian sarapannya untuk diteruskan nanti di stasiun. Luhan kadang merasa dia lelah mempunyai musuh seperti ini harus berpindah semakin jauh dan jauh lagi. Dia berjalan ke halte, bus nyatanya sudah berangkat. Dia segera melihat jam tangannya,dan menunggu bus berikutnya. Dari kejauhan Luhan melihat ada segerombolan anak SMA yang gak jauh dari sekolahnya. Semakin dekat, semakin dekat dan mereka menghampiri Luhan yang berdiri didepan halte tanpa membuat keributan.
            Hei kau, panggil salah seorang diantara mereka, lalu Luhan mengangkat wajahnya. Lalu salah seorang dari mereka atau bisa disebut ketua geng itu mendekati Luhan dan membisikinya,
            Hei Luhan, kami tahu kau. Kami tunggu di tempat biasa dan kami akan menawarkan kau sebagai anggota kami. Luhan pun hanya tersenyum simpul dan segera menaiki bus karena sudah datang.
            Aku pergi dulu, lihat nanti. Akan kuhubungi salah satu dari kalian kalau aku sudah mau menghadapi kalian. Aku sedang malas berdebat, bisik Luhan ke ketua geng tersebut dan masuk ke dalam bus.

***

Waktu berlalu dan Luhan sampai disekolahnya, saat memasuki gerbang sudah banyak yang memandanginya. Dari perempuan dengan tatapan ceria dan juga beberapa lelaki dengan tatapan sengit. Dia pergi ke kantin untuk melanjutkan sedikit demi sedikit sarapannya. Seseorang menghampiri Luhan, dia murid lama disini namanya Kai.
            Hei, kau. Aku baru lihat kau disini? ujar Kai sambil duduk disebelah Luhan,
            Ya, aku murid baru disekolah ini. Kau siapa? tanya Luhan sambil menolehkan wajahnya,
            Aku Kai, murid kelas XII-D, kau sudah tahu kelasnya? tanya Kai kembali,
            Aku belum tahu, Kai. Tapi aku sudah jadi murid disini kok, hahaha Luhan dan Kai tertawa bersama. Bel sekolah berbunyi, Kai segera meminta izin meninggalkan tempat untuk ke kelas. Luhan kembali duduk sendiri dikantin dan segera membereskan bekalnya. Dia bangun dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang guru untuk menemui Pak Lee. Sampainya dikantor guru,
            Ah- Luhan, ayo kesini. Pak Lee memanggilnya dari kejauhan.
            Iya pak. Luhan menghampiri Pak Lee yang sedang duduk di mejanya.
            Kau sudah tahu jadwal hari ini?
            Mollaseo, jawab Luhan dengan sopan.

Pak Lee mengambil buku pelajaran hari ini dan meminjamkannya kepada Luhan. Mereka berdua segera pergi ke kelas pertamanya Luhan. Saat memasuki ruangan kelas,
            Kalian semua, perhatian, semua murid segera merapihkan diri masing masing,
            Ya pak, serentak jawaban anak-anak murid,
            Ini murid baru, perkenalkan namanya Luhan. Dia murid pindahan dari SMA Yoon Ge Hwa (nama samaran). seru Pak Lee,
            Saya Luhan, Xi Luhan, annyeong, sapa Luhan kepada yang lainnya,
            Luhan, silahkan duduk disana. Dibangku yang masih kosong itu, Pak Lee menunjukkan bangku yang memang masih kosong. Luhan melihat siapa yang duduk disebelahnya dari depan kelas,
            Kau? Wanita yang waktu itu kan? pikirnya, dan perempuan itu memperkenalkan dirinya,
            Hai, namaku Sohee, Yoon Sohee. Salam kenal, Sohee memperkenalkan diri malu malu. Luhan menjawabnya dengan senyumannya yang begitu charming.
Waktu pun berlalu, pelajaran berjalan dengan lancar. Mereka pun bermain ditempat biasa dengan mengajak Luhan untuk bersama sama. Mereka berbagi informasi dan saling belajar sesuatu yang belum pernah ada. Dan mereka seperti itu sepanjang istirahat, mereka tidak hanya akrab dikantin tapi juga didalam kelas. Terus berjalan seiring waktu berlalu, sepulang sekolah mereka janjian untuk pergi bermain futsal bersama di lapangan sekolah. Dan setelah bermain futsal, mereka berdiskusi tentang tantangan dari anak SMA yang tak jauh dari sekolahnya. Setelah mendengar kisah cerita Luhan, mereka sepakat untuk membantu Luhan dalam menghadapi ini.
            Malam ini? tanya Chanyeol,
            Ya iyalah, masa malam takbiran? Kalau begitu, kita harus tunggu puasa dulu dong? jawab Baekhyun,
            Sudah, sudah. Kalian kenapa jadi malah begini. Chanyeol, iya malam ini. Lay menjawab Baekhyun dan Chanyeol yang saling bercanda.
            Oh iya. Pasti mereka akan kalah, tenanglah Luhan kami akan selalu mendukungmu, ujar Chanyeol,
            Aku dan Tao akan pergi menemui salah seorang dari mereka. Kita akan menyusun schedule penting ini, ujar Kai dengan nada angkuh.
            Baiklah, ayo Kai, lebih cepat lebih baik. Sebelum mereka sudah bubar, ajak Tao dan mereka pergi bersama.
Malam hari pun datang, mereka semua takut kalau Sohee akan dikuntit orang. Makanya mereka semua mengantar Yoon Sohee sampai ke halte bus sebelum ke tempat janjian dengan geng itu.
            Ayo, naiklah. Ayo, sebelum busnya berangkat lagi, ujar Kai,
            Iya, baiklah. Selamat malam kalian, semua. Luhan, aku pulang. Selamat jalan kalian semua. Sohee segera menaiki bus, tapi bus itu masih menunggu penumpang lainnya. Sohee mengintip jendela bus dan mendapati Luhan dan yang lainnya berhadapan dengan orang yang jumlahnya kurang lebih sama dengan Luhan dari kawan kawan. Di sana,
            Hei, Luhan. Kau merasa takut untuk datang sendiri kesini? sahut ketua geng dengan nada menantang.
            Hmmh, Luhan hanya menjawab dengan senyuman simpul, namun ketua geng itu sebut sang Kim Sang Man, malah menarik kerah Luhan. Luhan hampir terpancing emosinya, namun D.O segera memegang tangannya dan mencoba untuk menenangkannya. Kai maju, dan bertanya kepada Sang Man,
            Kau berani dimana? tantang Kai,
            Ah~baik, kalau begitu kami tunggu di gedung belakang sekolah kami, jangan lupa. Persiapkan diri kalian, dan untuk kau Luhan saatnya jawab penawaran kami, dan mereka pun pergi. Luhan dan yang lainnya pergi ke sekolah untuk memastikan semua guru sudah pulang dan tidak akan ada polisi disini. Mereka pun menyusul Sang Man dan kawanannya di gedung kosong, tepatnya dibelakang sekolah mereka. Sampai disana, memang sudah ada beberapa orang menunggu kehadiran mereka. Dengan penuh keyakinan, Luhan, Kai dan yang lainnya masuk dengan memasang wajah tenang.
            Apa kurang meyakinkan kalian apa jawabanku setelah aku datang kesini dengan mereka? ujar Luhan, tanpa basa basi panjang dari pihak lawannya, mereka segera menyerang Luhan dan yang lainnya. Perkelahian pun tidak bisa dielakkan lagi, semuanya berusaha mempertahankan keutuhan gengsi mereka masing masing.
Mereka tidak menyadari Sohee menguntit mereka dari kejauhan, setelah mereka masuk Sohee pun mengintip dari luar. Dia khawatir dengan teman temannya, dia tahu dan melihat pertemuan mereka tadi dan memutuskan untuk turun dari bus. Dia memantau perkelahian itu, dia sebenarnya ingin menelepon polisi tetapi disana juga ada beberapa temannya. Dia sedang diposisi serba salah. Kembali ke dalam gedung, Luhan dan yang lainnya berusaha untuk mengalahkan Sang Man dan yang lainnya agar mereka tahu jawaban dari penawaran mereka terhadap Luhan. Ditengah perkelahian, Luhan melihat teman temannya dipukul dan lainnya.
Dia merasa kesal dan geram, dan tak sadar kekuatan serigala itu keluar. Dia menghajar siapapun yang menyentuhnya dengan tenaganya yang berubah itu. D.O yang mencoba menenangkan Luhan dengan memegang tangannya tak luput dari hajaran Luhan. Kai dan yang lainnya tersadar kalau Luhan baru saja menghajar D.O hingga terpental jauh ke sudut ruangan. Mereka segera berlari ke D.O untuk menolongnya, wajah D.O terluka karena kibasan tangannya Luhan. Kai melihat Luhan dan memandang Luhan dengan pandangan amarah.
Memangnya kau itu siapa? Oh, jangan jangan kau salah satu dari mereka ya? Aku tidak akan melupakan ini, kau tahu itu? ujar Kai, lalu dia pergi dari hadapannya Luhan. Yang lainnya ikut kesal karena perbuatan Luhan yang tidak sengaja melawan D.O. dan Luhan merasa bersalah akan itu. Dia baru sadar yang dia hajar adalah temannya sendiri. Setelah mereka semua pergi meninggalkan Luhan yang sendiri didalam gedung itu, Sohee pun masuk kedalam ruangan untuk menghampiri Luhan.
Luhan? Sohee memanggilnya dengan suara yang lirih, sayu. Luhan mengangkat wajahnya,
Se-sebenarnya, k-kau siapa? Kau ini siapa? kata Sohee gugup dan sedikit ketakutan. Sohee yang merasa bingung dengan semuanya, tentang siapa Luhan? Kenapa dia bertemu dengannya pertama kali dalam keadaaan yang aneh. Dan yang lebih membuatnya sedih, kenapa Luhan melakukan hal seperti itu kepada temannya dan teman Sohee juga. Luhan masih tidak menjawab, dan Sohee pergi meninggalkan Luhan juga. Luhan hanya bisa tertunduk lelah dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Tunggu di Parodi WOLF-EXO part 2, tetap setia menunggu ya... ^^

(Inspirated by : Wolf drama ver. EXO)
Salam,
Toshiro Yagami
Gomawoyo, Nan neohuideul-eul saranghamnida!! Saranghaeyo~